TINJAUAN PUSTAKA. tanaman yang menyerang eukaliptus. Salah satu penyakit tanaman eukaliptus

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CARA TUMBUHAN MEMPERTAHANKAN DIRI DARI SERANGAN PATOGEN. Mofit Eko Poerwanto

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

KONSEP PENYAKIT TUMBUHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Magniliophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas: Liliopsida, ordo: Asparagales, famili:

TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus spp. merupakan salah satu tanaman yang bersifat fast growing

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. PROSES TERJADINYA PENYAKIT TUMBUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dan kehilangan kemampuan untuk berproduksi tinggi. Penyebaran dan tingkat serangan penyakit tergantung pada kondisi lingkungan seperti temperatur dan

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman eukaliptus termasuk famili Myrtaceae, genus Eucalyptus dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

HASIL DAN PEMBAHASAN A B C

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Thrips termasuk ke dalam ordo Thysanoptera yang memiliki ciri khusus, yaitu

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Ralstonia solanacearum

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

BAB V. PATOLOGI DAN PATOGENESIS PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)

II. TINJAUAN PUSTAKA

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

Penyakit Karena Bakteri

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Oleh: Tim Dosen HPT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Tanaman Eukaliptus Pada tanaman eukaliptus di Toba Pulp Lestari terdapat beberapa penyakit tanaman yang menyerang eukaliptus. Salah satu penyakit tanaman eukaliptus yang ada di Toba Pulp Lestari adalah jenis penyakit hawar daun I dan II. Penyabab utama penyakit hawar daun I pada eukaliptus ini disebabkan oleh fungi Pestalotia theae dan hawar daun II disebabkan oleh fungi Cylindrocladium reteaudii. Jenis tanaman yang paling tahan terhadap fungi penyebab hawar daun I adalah tanaman Eukalyptus grandis x Eukalyptus pelita sedangkan virulensi patogen penyabab penyakit hawar daun II yang paling tinggi disebabkan oleh Cylindrocladium sp. terhadap jenis tanaman Eukalyptus grandis dan Eukalyptus pelita (Sembiring, 2009). Menurut pengamatan yang dilakukan di PT. Toba Pulp Lestari. Tbk terdapat dua jenis penyakit pada Eucalyptus yaitu jenis penyakit hawar I dan II. Jenis penyakit hawar ini terdapat pada bibit tanaman E. graandis x E. urophilla dan E.grandis x E. Pelita. Bagian tanaman yang paling banyak terinfeksi oleh penyakit ini adalah bagian pangkal tanaman dimana daun bibit tanaman pada bagian tersebut sedikit mendapatkan cahaya matahari sehingga ketika dilakukan penyiraman daun bibit tanaman akan menyimpan air dalam selang waktu tertentu yang juga berpengaruh terhadap kelembaban tanah. Menurut pengamatan secara mikroskopis terhadap isolat penyebab penyakit atau patogen hawar daun I disebabkan oleh Pestalitia sp sedangkan pada penyakit hawar daun II disebabkan oleh Cylindrocladium sp. Gejala yang ditimbulkan oleh kedua jenis penyakit ini 16

tidak jauh berbeda, perbedaan gejala hawar daun I dan II adalah gejala hawar daun II dapat menembus organ daun bibit tanaman sedangkan pada hawar pada hawar daun I gejala tidak menembus organ daun bibit tanaman (Sembiring, 2009). Fungisida Fungisida adalah bahan kimia pembunuh fungi. Pembunuhan fungi dapat juga digunakan dengan cara lain seperti pemanasan, penyinaran dan sebagainya, tetapi hal ini tidak termasuk fungisida. Ditinjau dari fungsi kerjanya, fungisida dapat dibedakan menjadi: 1. Fungisida yang berarti membunuh fungi, 2. Fungistatik yang berarti tidak membunuh tetapi hanya menghambat pertumbuhan fungi, 3. Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi. Aplikasi fungisida harus diingat dua hal ialah: dosis kurativa, yaitu kadar minimum yang tepat untuk mematikan fungi, dan dosis toksika, yaitu kadar minimum yang mulai merusakkan bagian tanaman. Suatu fungisida hanya dapat dipakai apabila dosis kurativa lebih rendah dari pada dosis toksika (Triharso, 2004) Fungisida digunakan untuk mengendalikan serangan fungi. Fungi merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama pada tanaman. Fungi adalah organisme tingkat rendah yang tidak memiliki klorofil, sehingga tidak dapat mengolah makanannya sendiri, misalnya melakukan penetrasi ke dalam jaringan sel tanaman. Untuk memilih cara pengendaliannya di perlukan pengetahuan mengenai siklus hidup fungi dan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan menginfeksi jaringan tanaman. Fungi akan tumbuh subur di lingkungan yang lembab dan hangat. Beberapa jenis fungi juga bisa dibawa oleh serangga. Fungi dapat menginfeksi tanaman setelah jaringan 17

tanaman terluka oleh gigitan serangga. Dengan demikian, pengendalian seranggaserangga juga berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian fungi (Endah dan Novizan, 2002). Fungisida adalah senyawa kimia untuk mengendalikan cendawan atau fungi. Menurut efeknya terhadap cendawan sasaran terdiri atas 2 macam, yaitu: 1. Senyawa-senyawa yang mempunyai efek fungistatik yakni senyawa yang hanya mampu menghentikan perkembangan cendawan. Cendawan akan berkembang lagi jika senyawa tersebut hilang. 2. Senyawa-senyawa yang mempunyai efek fungitoksik yakni senyawa yang mampu membunuh cendawan. Cendawan tidak akan berkembang lagi meski senyawa tersebut hilang, kecuali ada infeksi baru. Fungisida Berdasarkan Cara Kerjanya Menurut cara kerjanya didalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, fungisida terdiri atas : 1. Fungisida non-sistemik, yakni hanya membentuk lapisan penghalang dipermukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan, fungisida ini mencegah infeksi cendawan dengan menghambat perkecambahan spora atau miselia fungi yang menempel di permukaan daun. 2. Fungisida sistemik, yaitu fungisida yang diabsorsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasi ke bagian tanaman lainnya lewat aliran cairan tanaman. 3. Fungisida sistemik lokal, yaitu fungisida yang diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak ditransformasikan kebagian tanaman lainnya. (Djojosumarto, 2000). 18

Fungisida sistemik adalah senyawa kimia yang apabila diaplikasikan terhadap tanaman, sebagian akan tertranslokasikan ke bagan lain, dalam kuantitas fungisidal. Aplikasi dapat melalui tanah untuk diabsorbsi oleh akar, atau melalui penetrasi daun, atau injeksi melalui batang. Mekanisme kerja fungisida sistemik meliputi : 1) menetralisasi enzim atau toksin yang terkait dalam invasi dan kolonisasi jamur, 2) akumulasi selektif fungisida karena dinding sel jamur menjadi lebih besar, 3) terjadinya kerusakan membran semipermeabel dan struktur infeksi jamur, 4) penghambatan sistem enzim jamur, sehingga mengganggu terbentuknya buluh kecambah, apresorium dan haustorium, 5) terjadinya chelat dan presipitasi zat kimia, 6) terjadinya antimetabolisme, 7) mempengaruhi sistesis asam nukleat dan protein. Syarat ideal fungisida sistemik adalah bekerja sebagai toksikan dalam tanaman inang, mengganggu metabolisme inang dan mengimbas ketahanan fisik maupun kimia terhadap patogen dan tidak mengurangi kuantitas, maupun kualitas tanaman (Djunaedy, 2008). Menurut Misato dan Kakiki (1997) fungisida secara umum menghambat dan beraksi terhadap sel atau bagian-bagian patogen dan menghambat banyak fungsi metabolisme, menghambat penggabungan glicosamine dengan zat kitin pada dinding sel dan hal itu akan menimbulkan akumulasi uridine di phospat (UDP)-N-acetylgucosamine. Penambahan fungisida pada media tumbuh akan berpengaruh menekan koloni, walaupun dengan dosis rendah fungisida sistemik cukup kompatibel dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan fungi. Hal ini tidak menghilangkan dampak negatif fungisida dalam mengendalikan fungi, karena pada dosis yang tinggi terbukti memilliki dampak negatif. Penghambatan 19

pertumbuhan fungi entamopatogen akan berdampak menurunnya daya infeksi fungi. Metiram Metiram selama ini digunakan sebagai fungisida untuk melindungi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman pangan. Metiram termasuk kelas ethilen(bis)dithiocarbamate dan bersifat sistemik. Metiram pada suhu kamar berupa tepung berwarna kuning dengan rumus kimia (C16H33N11S16Zn3)x (Extention Texicologi Network, 1996). Gambar 1. Struktur Kimia Fungisida Metiram (Sumber :Daunderer-klinischeToxikologie-Pestizide) Metiram pertama kali ada di Amerika Serikat pada tahun 1948 yang digunakan untuk melindungi tanaman apel, kentang dan tanaman hias seperti pakis dari kerusakan tanaman yang disebabkan oleh fungi di lapangan dan untuk melindungi tanaman yang akan dipanen. Metiram merupakan anggota dari etilena bisdthiocarbomate (EDBC) dan merupakan bahan aktif dari mancozeb dan maneb. Metiram adalah padatan kuning terang yang terurai pada 140 o C dan memiliki bulk density dari 0,33-0,49 kg/l koefisien oktanol partisi/air 1,76-2,48 pada ph 7 dan 21 o C. Metiram praktis tidak larut dalam air (2mg/L) dan pelarut organik, dan terurai di bawah asam dan basa kondisi yang kuat (Edwards, 2005). 20

Metiram adalah fungisida ethilen bisdithiocarbamate (EBDC) yang biasanya digunakan untuk melindungi tanaman seperti kentang dan anggun dari serangan fungi penyebab penyakit karat, downy mildews, dan leaf spot. Di Itali fungisida metiram sangat efektif dalam membasmi fungi penyebab downy mildews, dan leaf spot. Metiram menghambat sporulasi jamur (pembentukan spora) dengan mengikat enzim dari fungi tersebut, sehingga menyebabkan perkembangan jamur tersebut menjadi terhambat dan tidak dapat berkembang (European Food Safety Authority, 2012). Cylindrocaladium sp. Cylindrocladium sp adalah fungi patogen yang menimbulkan penyakit pada banyak macam tanaman di seluruh dunia dengan kisaran inang yang luas dan menimbulkan banyak macam penyakit pada tanaman, mulai dari akar, pucuk, hingga buah. Keduanya merupakan fungi penghuni tanah dan merupakan dua dari sekelompok pathogen penyebab penyakit lodoh pada tanaman. Cylindrocladium antara lain menyebabkan nekrosis pada akar pisang dan penyakit busuk hitam pada kacang tanah. Fungi patogen ini juga dilaporkan menyebabkan penyakit hawar pada Buxus di Inggris, bercak daun pada Myrtus communis di Portugal, busuk merah tajuk pada kedelai di Cina, serta bercak daun dan lesion batang pada Pistacia lenticus di Italia (Achmad dkk, 2012) Menurut Gandjr dkk. (1999) cendawan Cylindrocladium sp. masuk ke dalam famili khusus Moniliaceae, kelas khusus Deuteromycetes. Cendawan ini mempunyai hifa yang bersekat, hifa membentuk konidior yang pada ujungnya bercabang dan menghasilkan konidia sebagai spora vegetatif (aseksual). Pada ujung hifa steril terdapat bagian yang menggelembung seperti gada disebut 21

vesikel. Konidia berbentuk panjang (batang) bersekat empat. Pada media PDA fungi dapat membentuk spora yang berdinding tebal untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang tidak menguntungkan atau sering disebut spora istirahat/ dorman atau klamidospora. Gambar 2. Cylindrocladium reteaidii. (Sumber: A Manual of Diseases of Eucalyptus in South-East Asia) Genus Cylindrocladium dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama dengan bentuk mikrosklerotia ataupun klamidiospora pada jaringan tanaman yang terinfeksi maupun dalam tanah. Infeksi mulai terjadi pada bagian-bagian tanaman muda. Penyakit berkembang bila didukung dengan kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi, suhu antar 23-27 C (Anggraeni dkk, 2010). Biakan fungi Cylindrocladium sp. pada media PDA memiliki penampilan berwarna putih dan akan menebal, pertumbuhannya lambat, teksturnya seperti berbulu dan tebal, serta penyebarannya merata ke segala arah. Pada pengamatan mikroskopis dapat dilihat bahwa Cylindrocladium sp. mempunyai konodiospora yang bercabang dengan panjang antara 30-45 μm dan diameternya 1-2 μm. Klamidospora yang mengelembung pada bagian tengahnya dengan ukuran antara 45-100 μm dengan panjang antara 15-20 μm dan diameternya 3-5 μm (Hutajulu, 2015) 22

Cylindrocladium sp. menyebabkan penyakit pada pembibitan dan pada tanaman termasuk akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak daun. Penyakit menular terjadi apabila curah hujan tinggi dan pada daerah lembab. Penyebaran penyakit dengan konidia dalam jumlah sangat besar terjadi di atas permukaan daun. Selama hujan lebat, spora terpercik ke udara dan menempel pada daun dan pohon-pohon lain. Cylindrocladium sp. dapat hidup bertahan lama dalam tanah karena adanya dinding tebal Khlamidospora dan propagulnya. Penularan biasanya mulai dari daun cabang bawah menyebar sampai ke mahkota. Serangan penyakit yang disebabkan oleh Cylindrocladium sp. banyak ditemukan pada persemaian dan bagian batang pohon (Old dkk, 2003). Gejala penyakit akar Cylindrocladium dan busuk tajuk biasanya terdiri dari busuk akar, nekrotik pada daun dan busuk batang, dan layu daun (klorosis). Daun tidak selalu menjadi klorosis pada tahap awal penyakit ini. Meski pada akhirnya, daun akan menjadi mati pucuk, abscise, dan Cylindrocladium sp. mungkin juga dapat mulai melakukan sporulasi pada bagian daun yang nekrosis dan batang yang lunak. Cylindrocladium sp. menyerang bagian tanaman yang tidak ditutup maupun yang ditutup setelah pemotongan. Penyakit ini dapat menyebar dengan mudah dalam satu ruangan pembiakan atau antar pot. Sangat sulit untuk dapat mengendalikannya terlebih dalam rumah kaca atau melalui operasi pelaksanaan pembibitan. Patogen ini mungkin berada dalam tanah yang telah terkontaminasi tanah bekas tanaman sebelumnya, material tanaman, atau pada tangan, pakaian atau peralatan penanaman (Leahy, 1994). 23

Penelitian Terkait Menurut Dalimunthe (2015) pada pengamatan mikroskopis Cylindrocladium sp. terdapat beberapa ciri-ciri struktur dan bentuk hifa yang rusak akibat pemberian fungisida mancozeb. Fungi Cylindrocladium sp. yang telah diberi fungisida dengan konsentrasi tertentu mengalami pembengkakan pada jaringan sel, pembengkakan pada percabangan, konidia yang semakin kecil, kumpulan konidiospora yang rapat dan terputusnya beberapa struktur hifa yang bersepta. Hal ini terjadi karena fungisida yang diberikan dapat mengganggu pertumbuhan fungi dengan merubah isothiocyanate dengan mematikan fungsi gugus sulphahydral pada enzim yang dihasilkan fungi sehingga merusak dinding sel fungi dan menghambat sistem kerja enzim dalam pembentukan ATP. Alfiah (2015) pada pengamatan pertumbuhan jamur menunjukkan bahwa M. micranatha mampu menghambat pertumbuhan jamur. Senyawa saponin dapat mengganggu stabilitas membran sel pada jamur sehingga menyebabkan kerusakan membran sel dan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel jamur yaitu protein, asam nukleat, dan nukleotida. Sumardiyono (2012) dalam pengujian beberapa fungisida secara in vitro menyatakan bahwa fungisida campuran antara mancozeb dan kanberdazim (D) pada konsentrasi 0,4% mempunyai daya hambat yang besar terhadap pertumbuhan miselium Colletotrichum sp. mankozeb yang merupakan fungisida kontak dan kanberdazim adalah fungisida yang bersifat sistemik memberikan perlindungan yang lebih baik dibanding fungisida tunggal dengan masing-masing bahan aktif. Pencampuran fungisida tersebut akan menghambat timbulnya strain jamur tahan terhadap fungisida yang sering terjadi pada fungisida sistemik. 24