2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Utami Lasmawati, 2013

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helda Rakhmasari Hadie, 2015

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembelajaran Layeutan Suara Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Di Smp Pasundan Katapang Kabupaten Bandung

2015 LAGU SINTREN ARANSEMEN YUS WIRADIREDJA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Sunda, kata Sisingaan berasal dari kata si-singa-an. Kata

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Kuantan Singingi termasuk kepada daerah Melayu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu potensi bagi sebuah negara dimana

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I LAGU-LAGU PASANTRENAN SYIFAUSH SHUDUR DI KECAMATAN TAROGONG KABUPATEN GARUT PADA ACARA PENGAJIAN RUTIN BULANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keberagaman suku bangsa. Tidak mengherankan bahwa begitu banyak kebudayaan dan kesenian yang lahir dan berkembang di setiap daerah di Indonesia. Budaya merupakan kebiasaan atau cara hidup sekelompok orang yang keberlangsungannya diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang lahir dan berkembang ini menjadi kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Begitu pula provinsi Jawa Barat sebagai salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak tentu memiliki kebudayaan di dalamnya. Salah satu kebudayaan yang terdapat di Jawa Barat adalah Salametan Irung-irung yang berada di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Salametan Irung-irung merupakan rangkaian acara Ngaruat Bumi yang dilaksanakan masyarakat Desa Cihideung sejak tahun 1938 silam, informasi ini diperoleh peneliti dari salah seorang sesepuh Desa Cihideung yaitu Abah Endi. Salametan Irung-irung merupakan salah satu kepercayaan masyarakat Desa Cihideung terhadap dua mata air yang dinamakan Irung-irung. Dua mata air ini yang pada zaman dulu digunakan untuk mengairi lahan pertanian masyarakat Desa Cihideung. Abah Yanto selaku pelaksana Salametan Irung-irung memaparkan, bahwa: Irung diambil dari bahasa Sunda yang dalam bahasa Indonesia berati hidung. Penamaan irung-irung ini dikarenakan letak sumber mata air yang berdampingan layaknya hidung pada manusia. Adapun dengan tujuan dilaksanakannya Salametan Irung-irung, dimana masyarakat memanjatkan rasa syukur kepada hasil alam yang diberikan oleh Sang Pencipta. Dengan dipanjatkan do a oleh pemangku adat dengan harapan akan membawa kesuburan pada lahan pertanian yang dialiri oleh air yang bersumber dari mata air Irung-irung. (Abah Yanto, 07 April 2014). Berdasarkan pemaparan Abah Yanto diatas, acara Irung-irung merupakan acara yang telah menjadi budaya dan berlangsung secara turun-temurun. Keberlangsungan kegiatan Salametan Irung-irung ini tetap dilaksanakan oleh 1

2 masyarakat sebagai bentuk satu rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang diperoleh selama satu tahun terakhir, dan sebagai bentuk pengharapan untuk hasil panen yang lebih baik di tahun yang akan datang. Kegiatan Salametan Irung-irung rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Pada zaman dahulu kegiatan Salametan Irung-irung dilaksanakan tepat setelah panen berlangsung yang pada pelaksanaan kegiatan Salametan Irungirung, ditampilkannya dua kesenian yaitu, Kesenian Sasapian dan Kesenian Ketuk Tilu. Kesenian Sasapian merupakan kesenian inti yang mengiringi proses Salametan Irung-irung, sedangkan Kesenian Ketuk Tilu menurut hasil wawancara dengan Abah Encu nya ari kesenian sasapian mah janten kesenian inti nu diutamikeun, nah pami hiburanna di desa mah nu disebat ketuk tilu tea dimana sepuh-sepuh kempel di desa, mung ayeuna mah ketuk tilu teh diangge kanggo ngemutan kasenengan sepuh-sepuh kapungkur (Abah Encu, wawancara 25 Agustus 2014) Kesenian Sasapian merupakan kesenian asli yang lahir dan berkembang di Desa Cihideung. Kesenian Sasapian muncul dari hasil kreativitas seorang seniman yang bernama abah Madi pada tahun 1942 di Desa Cihideung. perkembangan keberadaan Kesenian Sasapian di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong sudah menjadi ciri khas daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan Kesenian Sasapian di setiap desa di Kecamatan Parongpong, yang mempertunjukan Kesenian Sasapian pada satu hari tertentu. Hal ini menjadi salah satu cara masyarakat Kecamatan Parongpong dalam melestarikan Kesenian Sasapian. Kesenian Sasapian secara etimologi berasal dari kata sa-sapi-an. Jadi sasapian mempunyai arti kata replika dari bentuk sapi tanpa ke empat kakinya yang dimainkan oleh manusia sebagai ciri khas utamanya. Sedangkan sasapian secara organology ialah kerangka boneka sapi yang terbuat dari bilah bambu yang dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai bentuk sapi. Dalam tradisi pembuatannya Abah Endi memaparkan bahwa pembuatan boneka sapi memiliki aturan tersendiri dimana, jumlah bilah bambu yang digunakan harus berjumlah ganjil baik yang melingkar

3 maupun yang memanjang. Jumlah 33 bilah bambu digunakan untuk posisi melingkar, sedangkan 17 bilah bambu lainnya digunakan untuk posisi memanjang. perhitungan jumlah bilah bambu ini sudah dilakukan secara turun temurun. Namun, tak ada seorang pun yang dapat menjelaskan mengapa jumlah bambu harus sebanyak 33 dan 17 termasuk Abah Endi sendiri. Konon pembuatan kepala boneka sapi menggunakan aseupan bekas memandikan orang meninggal, sedangkan kain yang digunakan untuk menutupi kerangka boneka sapi menggunakan kain boeh (kain kafan), batang padi digunakan untuk bagian tanduk dan ekor. Selain dari cara pembuatannya, persiapan sebelum pertunjukan memiliki aturan tersendiri diantaranya terdapat proses kukusan, penyediaan sesajen. (Abah Endi, wawancara 14 april 2014) Pada awal munculnya Kesenian Sasapian, waditra pengiring pada pertunjuannya hanya diiringi oleh kentrungan saja, dengan kreativitas Abah Madi yang dibantu oleh Abah Ondo alat musik pengiring Kesenian Sasapian mulai menggunakan waditra seperti, kendang, goong, kempul, ketuk, kecrek dan bedug. Seiring perkembangannya muncul beberapa kelompok Kesenian Sasapian yang menggunakan waditra tarompet pencak. Salah satu grup Kesenian Sasapian yang menggunakan waditra tarompet dalam pertunjukannya ialah grup Lingkung Seni Sinar Panggugah Pimpinan Bapak Aweh Sutisna atau lebih dikenal di masyarakat dengan sebutan Abah Aweh. Lingkung Seni Sinar Panggugah berdiri pada tahun 1974 yang didirikan oleh orang tua Abah Aweh sendiri. Kesenian Sasapian ini pernah diteliti juga oleh Tiphanny Aurumajeda Mahasiswi Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung angkatan 2009, dalam kajian keberadaan Kesenian Sasapian di Desa Cihideung. Setelah mempelajari skripsi tersebut dan mengamati keadaan di lapangan mengenai keberadaan Kesenian Sasapian di Desa Cihideung peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irungirung, dikarenakan Kesenian Sasapian pimpinan Abah Aweh yang digunakan dalam mengiringi Salametan Irung-irung termasuk ke dalam kesenian sasapian moderen, hal ini menjadi ketertarikan peneliti untuk mengetahui komposisi musik dan struktur pertunjukan Kesenian Sasapian pimpinan Abah Aweh dalam mengiringi upasaca Salametan Irung-irung.

4 Dari uraian diatas yang telah dijelaskan, peneliti ingin meneliti tentang struktur pertunjukan dan komposisi musik iringan Kesenian Sasapian grup Lingkung Seni Sinar Panggugah pimpinan Bapak Aweh, karena Kesenian Sasapian pimpinan Bapak Aweh yang mengiringi acara Salametan Irung-irung. Agar dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka peneliti membatasi fokus penelitian pada struktur pertunjukan dan komposisi musik iringan Kesenian Sasapian. Maka peneliti melakukan penelitian yang berfokus pada. KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, struktur pertunjukan dan komposisi musik iringan adalah kedua unsur yang tidak dapat dipisahkan pada Kesenian Sasapian. Musik iringan pada Kesenian Sasapian menjadi hal yang penting sebagai pengiring gerakan sasapian pada saat pertunjukannya. Terlebih lagi Kesenian Sasapian memiliki struktur pertunjukan tersendiri dari awal sampai berakhirnya pertunjukan pada acara Salametan Irung-irung. Dalam penulisan ini, peneliti hanya memfokusan pembahasan penelitian meliputi struktur pertunjukan dan komposisi musik iringan Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Ketertarikan peneliti ini didasari ketidak tahuan sejarah Kesenian Sasapian dan struktur pertunjukan serta komposisi musik Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Cihideung Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

5 Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka peneliti memfokuskan pertanyaan penelitian untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya: 1. Bagaimana struktur pertunjukan Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana komposisi musik iringan Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Cihideung Kecamatan Parongpong Bandung Barat. Adapun lebih rinci dari tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Merujuk pada rumusan masalah di atas, diharapkan peneliti mampu mendeskripsikan dan memberikan gambaran tentang pertunjukan Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Cihideung Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 2. Tujuan Khusus Penelitian tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuantujuan yang ingin dicapai untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu dapat mendeskripsikan: 1. Struktur bentuk penyajian Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irungirung. 2. Komposisi musik iringan Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irungirung. E. Manfaat Penelitian

6 Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama, antara lain: 1. Peneliti Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang luas serta beberapa pengalaman, terutama pengalaman melakukan penelitian mengenai penyajian Kesenian Sasapian pada acara Selametan Irung-irung di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 2. Lembaga Akademik Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai Kesenian Sasapian guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang seni tradisional bagi para akademika Departemen Pendidikan Musik FPBS UPI. 3. Masyarakat a. Pelaku Kesenian Sasapian, diharapkan penelitian ini menjadikan suatu motivasi untuk terus berkreasi, melestarikan, dan mengembangkan Kesenian Sasapian. b. Penikmat Kesenian Sasapian atau apresiator, sebagai bahan informasi bagi semua masyarakat tentang Kesenian Sasapian di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong, sehingga masyarakat lebih termotivasi untuk turut berapresiasi dan ikut melestarikan Salametan Irung-irung dan Kesenian Sasapian pada khususnya. 4. Lingkung Seni Sinar Panggugah a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu masukan dan acuan sehingga Salametan Irung-irung dapat terlestarikan, khususnya untuk Kesenian Sasapian dapat berkembang dan bertahan di masa yang akan datang tanpa mengurangi ciri khas dari Kesenian Sasapian itu sendiri. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur penulisan penelitian ini disusun berdasarkan tahapan permasalahan sebagai berikut:

7 BAB I PENDAHULUAN, meliputi: Latar Belakang, Identifikasi masalah, Rumusan Maslah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Struktur Organisasi Skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA, meliputi: Seni Pertunjukan, Struktur Pertunjukan Fungsi Kesenian Sebagai Sarana Ritual, Fungsi Musik, Komposisi Musik, Kesenian Sasapian, Salametan Irungirung. BAB III METODE PENELITIAN, meliputi: Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, meliputi: A. Hasil Penelitian, membahas tentang: 1. Salametan Irung-irung 2. Struktur penyajian Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat 3. Komposisi musik iringan Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung di Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. B. Pembahasan hasil penelitian 1. Struktur penyajian Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irung-irung. 2. Komposisi musik iringan Kesenian Sasapian pada acara Salametan Irungirung BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN