No. 588, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Penyadapan yang Sah. Audit. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG AUDIT PENYADAPAN INFORMASI YANG SAH (LAWFUL INTERCEPTION) PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN K0MISI PEMBERANTASAN K0RUPSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan pada kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum dan proporsionalitas; b. bahwa salah satu kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan adalah melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan; c. bahwa sebagai salah satu bentuk perwujudan asas kepastian hukum dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception) perlu dilakukan audit; d. bahwa diperlukan suatu tata cara pelaksanaan audit Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception) sebagai bagian dari kegiatan Pengawasan Internal sebelum ada ketentuan yang mengatur secara khusus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan
2016, No. 588-2- Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Audit Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception) pada Komisi Pemberantasan Korupsi; Menimbang : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881); 4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5698); 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
-3-2016, No. 588 Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 6. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 08 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Prosedur Operasi Baku (Standard Operating Procedures) di Lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi; 7. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 01 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi; 8. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor PER-02 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Pengawasan Internal; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TENTANG AUDIT PENYADAPAN INFORMASI YANG SAH (LAWFUL INTERCEPTION) PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi. 2. Komisi Pemberantasan Korupsi selanjutnya disebut KPK adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
2016, No. 588-4- Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU Nomor 30 Tahun 2002). 3. Pengawasan Internal adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi, konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi KPK dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pencapaian visi dan misi KPK. 4. Penyadapan Informasi adalah mendengarkan, mencatat, atau merekam suatu pembicaraan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dengan memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan telekomunikasi tanpa sepengetahuan orang yang melakukan pembicaraan atau komunikasi tersebut. 5. Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception) adalah kegiatan Penyadapan Informasi yang dilakukan oleh KPK untuk kepentingan penegakan hukum yang dikendalikan dan hasilnya dikirim ke Pusat Pemantauan (Monitoring Center) milik KPK. 6. Penyelenggara Jasa Telekomunikasi adalah perusahaan yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi yang perangkatnya terhubung dengan Pusat Pemantauan (Monitoring Center) milik KPK. 7. Pimpinan KPK adalah Pejabat Negara sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 30 Tahun 2002. 8. Pusat Pemantauan (Monitoring Center) adalah fasilitas pemantauan yang digunakan untuk melakukan Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception). Pasal 2 Peraturan Komisi ini bertujuan untuk menjamin terwujudnya pelaksanaan Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan serta peraturan internal KPK.
-5-2016, No. 588 Pasal 3 Peraturan Komisi ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Audit atas Penyadapan Informasi yang Sah/Lawful Interception yang selanjutnya disebut Audit LI. Pasal 4 Ruang lingkup Audit LI meliputi Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception). BAB II TIM AUDIT LI, PELAKSANAAN AUDIT LI DAN LAPORAN AUDIT LI Pasal 5 (1) Keanggotaan Tim Audit LI berasal dari Direktorat Pengawasan Internal KPK. (2) Susunan Tim Audit LI sebagai berikut: a. pengarah : Pimpinan KPK; b. penanggungjawab : Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat; c. ketua (anggota) : Direktur Pengawasan Internal KPK; d. anggota : Auditor dari Direktorat Pengawasan Internal KPK. (3) Susunan keanggotaan sebagaimana tersebut pada ayat (2) berlaku secara ex officio. (4) Tim Audit LI dibentuk berdasarkan surat perintah tugas. (5) Apabila pejabat yang menduduki jabatan sedang berhalangan dan/atau tidak ada yang memegang jabatan, maka secara ex officio digantikan oleh Pelaksana Tugas atau Pelaksana Harian yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Pimpinan atau Keputusan Deputi/Sekretaris Jenderal.
2016, No. 588-6- Pasal 6 (1) Tim Audit LI dapat dibantu oleh perwakilan dari Direktorat Pengolahan Informasi dan Data untuk pelaksanaan teknis. (2) Kegiatan Audit LI dapat melibatkan pihak eksternal terkait yang merupakan perwakilan dari: a. Kementerian Komunikasi dan Informatika; dan b. Penyelenggara Jasa Telekomunikasi. Pasal 7 (1) Audit LI dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam setahun. (2) Pelaksanaan Audit LI dilakukan sesuai program Audit LI yang disusun oleh Ketua Tim Audit LI. (3) Audit LI dilakukan secara terpisah untuk masing-masing Penyelenggara Jasa Telekomunikasi dengan program kerja dan jadwal yang ditentukan oleh Ketua Tim Audit LI. (4) Hasil pelaksanaan Audit LI dituangkan dalam berita acara. Pasal 8 (1) Laporan Audit LI disampaikan kepada Pimpinan KPK. (2) Laporan Audit LI memuat tentang kesimpulan dan hal-hal lain yang diperlukan. BAB III KERAHASIAAN Pasal 9 (1) Tim Audit LI serta pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) berkewajiban untuk merahasiakan seluruh informasi yang diperoleh saat pelaksanaan Audit LI termasuk Laporan Audit LI. (2) Pihak eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) wajib menandatangani pakta integritas dan/atau surat pernyataan untuk menjaga kerahasiaan sesuai
-7-2016, No. 588 dengan ketentuan Audit LI yang berlaku dan ditentukan oleh Tim Audit LI. BAB VII PENUTUP Pasal 10 Peraturan Komisi ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Komisi ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Desember 2015 PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI, ttd TAUFIEQURACHMAN RUKI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 April 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA
2016, No. 588-8-
-9-2016, No. 588
2016, No. 588-10-
-11-2016, No. 588
2016, No. 588-12-
-13-2016, No. 588
2016, No. 588-14-
-15-2016, No. 588
2016, No. 588-16-
-17-2016, No. 588
2016, No. 588-18-
-19-2016, No. 588
2016, No. 588-20-
-21-2016, No. 588
2016, No. 588-22-
-23-2016, No. 588
2016, No. 588-24-
-25-2016, No. 588