BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ada, sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi Sumatera Utara.

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku lemah lembut, ramah tamah, mengutamakan sopan santun, serta

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat, masyarakat terbentuk oleh individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi pertunjukan patung Sigale-gale pada masyarakat Batak Toba merupakan sebuah tradisi yang unik dalam seni patung yang dikenal dengan nama Sigale-gale. Di masa lampau, Sigale-gale muncul dalam acara penguburan yang berwujud sebagai anak laki-laki, orang yang dikuburkan yaitu orang yang tidak pernah memiliki anak dalam hidupnya atau orang yang memiliki keturunan namun kesemuanya meninggal tanpa mewariskan keturunan. Biasanya pada upacara kematian bagi orang yang mati tanpa keturunan, diadakan tortor (tari) Sigale-gale. Masa sekarang, yakni setelah agama Kristen semakin banyak pemeluknya dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale mulai ditinggalkan. Menurut pandangan masyarakat Batak yang sudah memeluk agama Kristen, upacara Sigale-gale ini dianggap sebagai upacara keagamaan parbegu, suatu upacara yang didasarkan pada kepercayaan terhadap begu (roh dari orang yang sudah meninggal). Dalam pandangan mereka, kepercayaan demikian bertentangan sekali dengan kepercayaan dalam agama Kristen. Upacara-upacara ritual yang didasarkan pada suatu kepercayaan kemudian berkembang menjadi kegiatan tradisi yang dilakukan oleh setiap generasi masyarakat yang melakukannya namun fungsinya sudah mengalami perubahan. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat di pulau Jawa, upacaraupacara yang bersifat ritual tidak lagi dilakukan untuk memanggil roh melainkan 1

2 dapat dilakukan pada acara-acara lainnya dalam bentuk seni pertunjukan tradisional seperti upacara ruwatan dan turun tanah, upacara pernikahan, upacara pengangkatan penghulu baru (Minangkabau) dan upacara-upacara ritual yang dilakukan masyarakat Bali pada setiap kegiatan ibadahnya. Seni pertunjukan tradisional merupakan bentuk-bentuk karya seni yang lahir dari sejarah. Kesenian patung Sigale-gale mengandung unsur budaya masyarakat Batak Toba yang mengungkapkan sistem kekerabatan patrilineal, anak laki-laki memiliki arti penting di dalam kehidupan keluarga. Cerita Sigale-gale sudah ada sebelum masuknya agama Islam dan Kristen dan bertujuan untuk memuliakan atau menghargai roh. Patung Sigale-gale menurut sejarahnya merupakan patung perwujudan dari putra Raja Rahat bernama Si Manggale. Sigale-gale berasal dari kata gale artinya lemah, lesu, lunglai. Sehingga dapat diartikan Sigale-gale yaitu si lemah lunglai. Banyak versi sejarah mengenai latar belakang diciptakannya patung Sigale-gale. Patung tersebut dibuat menyerupai wajah Manggale yang digunakan sebagai wadah roh Manggale yang diundang masuk ke dalamnya dalam sebuah ritual khusus. Ada kepercayaan di masyarakat Batak bahwa pembuat boneka Sigale-gale harus menyerahkan jiwanya pada boneka kayu buatannya itu agar si boneka bisa bergerak seperti hidup. Seiring dengan perkembangan zaman, kini patung Sigale-gale telah dihadirkan pada seni pertunjukan wisata seperti di Tomok. Seni pertunjukan yang dimaksud di sini adalah seni pertunjukan yang mempunyai tema dan tujuan tertentu, baik untuk kepentingan orang banyak, maupun bagi seni itu sendiri. Sampai hari ini patung Sigale-gale belum punah

sama sekali. Kesenian patung Sigale-gale masih bisa disaksikan pertunjukannya di Tanah Batak, Samosir. 3 Selanjutnya Thompson HS (2005) menyatakan bahwa pada tahun 1930-an, Sigale-gale pernah dimainkan oleh dalang legendaris bernama Raja Gayus Rumahorbo dari Kampung Garoga Tomok. Beliau pernah tampil pada festival Sigale-gale di Pematang Siantar (Simalungun). Sigale-gale yang dimainkannya waktu itu adalah hasil buatannya sendiri. Raja Gayus dikenal mampu membuat patung Sigale-gale mengeluarkan air mata dan punya kemampuan mengusapkan ulos (kain tenunan Batak) yang disandangkan sebelumnya di bahu sang boneka kayu. Selain memiliki unsur magis patung Sigale-gale juga memiliki unsur manipulatif. Airmata yang keluar adalah air yang mengalir dari bagian kepala patung Sigale-gale yang dilubangi. Namun bagaimana teknis mengeluarkannya biasanya diisi dengan kain lap basah atau wadah kecil yang muat di bagian yang berlubang itu. Winarto Kartupat (wawancara: Senin, 21 Oktober 2013) menyatakan bahwa kemudian pada tahun 1998 seorang seniman kota Medan bernama Ben Pasaribu, menggagas sebuah ide untuk membuat patung Sigale-gale yang mudah dibawa dan dapat digerakkan oleh orang lain dari dalam patung. Sehingga dapat dikatakan bahwa patung Sigale-gale garapan baru ini cara menggunakannya seperti boneka Ondel-ondel pada kesenian rakyat Betawi. Meskipun patung Sigale-gale versi baru dapat bergerak dan menari layaknya boneka Ondel-ondel, patung Sigale-gale versi baru tetap dikenal dan dikatakan sebagai patung bukan disebutkan sebagai boneka Sigale-gale. Penyebutan boneka Sigale-gale

4 merupakan istilah yang masih asing dan tidak dikenal oleh masyarakat Batak. Hal ini dikarenakan secara etimologi Sigale-gale dalam masyarakat Batak selalu disebut sebagai patung. Maka dari itu, kata patung tetap melekat untuk menyebutkan patung Sigale-gale versi baru. Ben Pasaribu menggagas ide tersebut dalam rangka mengembangkan patung Sigale-gale. menjadi sebuah karya patung garapan baru (patung Sigale-gale versi baru), yang bermula dari dasar pemikiran Ben Pasaribu bahwa kesenian rakyat patung Sigale-gale bukan hanya milik orang Batak saja dan hanya bisa dinikmati di daerah wisata Tomok melainkan dapat dinikmati oleh siapa saja dan dimana saja. Selanjutnya Winarto Kartupat menyatakan tahun 1998, di tahun yang sama ide ini pertama kali direalisasikan pada seni pertunjukan sendratasik pada acara Pameran Pergelaran Seni Se-Sumatera I dengan judul Sigale-gale, Sigala-gala, Sigolo-golo di Bengkulu. Patung Sigale-gale ini kemudian diperkenalkan di Medan oleh Anton Sitepu dari Group Cindai Kota Medan dalam sebuah seni pertunjukan tari. Sejak diperkenalkan di Medan, patung Sigale-gale garapan baru ini mendapat perhatian yang besar dari seniman-seniman di kota Medan. Sanggarsanggar tari yang ada di Taman Budaya Sumatera Utara seperti Patria, LPS Semenda, Nusindo dan lain sebagainya juga sangat berperan penting dalam memperkenalkan patung Sigale-gale (garapan baru) hingga sampai ke mancanegara dan sampai sekarang khususnya di kota Medan patung Sigale-gale ini lebih banyak kita lihat dimainkan pada seni pertunjukan tari. Banyaknya permintaan akan pertunjukan tari Sigale-gale membuat patung Sigale-gale ini terus mengalami perkembangan sehingga muncul berbagai versi patung Sigalegale.

5 Adanya perbedaan versi dikarenakan terus berkembangnya patung Sigalegale yang digarap oleh lebih dari 1 orang pembuatnya karenanya patung Sigalegale (garapan baru) yang dimainkan dalam seni pertunjukan tari sudah berbeda pula bentuk dan fungsinya dari patung Sigale-gale yang asli berbahan kayu. Seiring dengan perkembangannya, terdapat dua versi patung Sigale-gale yaitu yang pertama versi Hapis Taadi dari Komunitas Lak Lak (berbahan busa) dan yang kedua versi Winarto Kartupat (berbahan styrofoam). Selain mereka, Henrizal Batubara perupa asal Tapanuli Selatan kemudian membuat patung Sigale-gale (berbahan styrofoam) dan terus mengembangkan disain baru pada patung Sigale-gale yang dibuatnya. Hal ini yang membuat patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara memiliki perbedaan antara patung Sigale-gale yang berbahan kayu dan patung Sigale-gale versi lain. Perbedaan yang sangat jelas yaitu terdapat pada bentuk wajah patung Sigale-gale dan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya. Henrizal Batubara selalu memunculkan ekspresi yang berbeda-beda pada patung Sigale-gale versinya. Henrizal Batubara pertama kali mempelajari teknik membuat patung Sigale-gale berbahan styrofoam dari Winarto Kartupat dan sampai sekarang masih aktif membuat patung Sigale-gale di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU). Patung Sigale-gale merupakan aset kebudayaan yang harus dipertahankan sebagai salah satu benda budaya yang dapat memperkuat identitas bangsa Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak corak kesenian daerah. Saat ini, di kota Medan belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang patung Sigalegale baik bentuk maupun fungsinya. Dari sebagian mereka yang telah mengetahui tentang patung Sigale-gale adalah orang-orang yang sebelumnya pernah

6 menyaksikan langsung kesenian tradisional patung Sigale-gale di Tomok, dan yang lainnya adalah mereka yang mendapatkan pengetahuan tentang patung Sigale-gale melalui penelitian, pendidikan, media cetak maupun elektronik. Hal yang sama juga ditemukan ketika ditanyakan tentang patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara sebagai patung Sigale-gale garapan baru yang digagas oleh Ben Pasaribu, ternyata tidak banyak masyarakat yang mengetahui mengenai latar belakang digagasnya ide tersebut, dan beberapa versi bentuk patung Sigale-gale yang ada, bentuk patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara itu sendiri dan fungsi yang terdapat pada patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara selain fungsinya sebagai properti tari, meskipun keberadaan patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara sekarang sudah sangat mudah ditemukan pada suatu pertunjukan baik yang bertema tradisi kebudayaan maupun yang di luar dari itu. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara dengan judul penelitian Analisis Patung Sigale-gale Versi Henrizal Batubara di Taman Budaya Sumatera Utara Medan. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan hal hal yang menjadi pertanyaan bagi para peneliti untuk dicari jawabannya. Identifikasi diperlukan untuk melihat apa apa saja yang ada di latar belakang. Munculnya identifikasi masalah berarti upaya untuk mendekatkan permasalahan sehingga masalah yang dibahas tidak meluas dan melebar.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 7 1. Pertunjukan patung Sigale-gale bukan hanya milik orang Batak, tetapi bisa dinikmati siapa saja. 2. Patung Sigale-gale memiliki bentuk konstruksi yang tidak mudah dibawa ke berbagai tempat untuk melakukan pertunjukan tarian Sigalegale. 3. Adanya perubahan bentuk patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara terkait dengan fungsinya sebagai properti tari. 4. Adanya perubahan fungsi patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara selain sebagai properti pada seni pertunjukan tari. C. Pembatasan Masalah Seperti yang telah dikemukakan dalam identifikasi masalah, banyak faktor yang dapat digali dalam penelitian ini maka arah penelitian harus dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah bentuk dan fungsi patung Sigalegale versi Henrizal Batubara di Taman Budaya Sumatera Utara sebagai properti tari. D. Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah dan batasan masalah seperti yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan tentang rumusan masalah di dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

8 1. Bagaimanakah bentuk patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara sebagai properti tari? 2. Apakah fungsi patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara selain sebagai properti tari? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian selalu dirumuskan untuk mendapatkan catatan yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1978:69) yang menyatakan Penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian ini selesai. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari tercapai tidaknya tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini penulis bertujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui bentuk patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara. 2. Mengetahui fungsi patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara selain sebagai properti tari. F. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dilakukan, maka diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat praktis

9 a. Sebagai acuan dalam menciptakan versi lain patung Sigale-gale dengan pengembangan disain yang berbeda. b. Sebagai sumber inspirasi dalam membangun kreativitas di bidang seni patung. 2. Manfaat teoritis a. Bagi peneliti dan peneliti lain, sebagai sumber kajian ilmiah guna memperluas wawasan mengenai patung Sigale-gale garapan baru dalam seni pertunjukan tari. b. Bagi masyarakat, diharapkan dengan tulisan ini masyarakat mengetahui awal mula diciptakan patung Sigale-gale garapan baru dan memberikan apresiasi pada karya tersebut. c. Bagi lembaga, dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif khususnya dalam mengembangkan keahlian kesenirupaan (seni patung).