BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan di masa sekarang dan masa mendatang adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum SMK edisi 2004 juga menjelaskan tujuan SMK antara lain: melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang DitamatkanTahun (persen) Pendidikan Tertinggi yang

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Sri Nuraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

BAB I PENDAHULUAN. Mathieson, 2006). Pariwisata diyakini menjadi salah satu primadona

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dera Fitria, 2014 Studi Relevansi Antara Program Studi Ketenagalistrikan Dengan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN HARDSKILL

KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan terdapat pada Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan dituntut untuk mampu memberikan kontribusi nyata,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena keahlian/kompetensinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini mengakibatkan masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, seiring dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun jumlah pengangguran juga semakin meningkat. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan etos kerja yang tinggi, sehingga mampu berperan aktif dalam mengisi pembangunan dan mampu untuk berkompetisi dalam dunia kerja yang semakin ketat sehingga dapat menekan jumlah pengangguran di Indonesia. Hampir semua lapangan pekerjaan menuntut sumber daya manusia yang terampil dalam bidang kerja yang akan digelutinya. Untuk memperoleh tenaga-tenaga kerja tersebut serta memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para pencari kerja ini kuncinya terletak di dunia pendidikan. Dalam hal penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan sangat erat kaitannya dengan dunia kerja. Sekolah menengah kejuruan merupakan lembaga pendidikan yang memiliki tujuan umum mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja. Tujuan ini mengacu berdasarkan pasal 15 Undang-Undang

2 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan tersebut harus menjadi acuan utama bagi sekolah menengah kejuruan, bahwa lulusan SMK setelah selesai mengenyam pendidikan harus memiliki kemampuan yang baik dibandingkan dengan lulusan SMA. Sehingga dalam proses belajar mengajar pun tentunya akan berbeda antara pengajaran di SMK dengan SMA yang tujuan utamanya bukan untuk mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke dunia kerja. Menurut American Vocational Assocoation dalam Thomson (1973:III) dalam Made Wena (1996:1), mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai Education designed to develop skill, abilities, understandings, attitudes, work habits, and appreciations needed by workers to enter and make progress in employment on useful and productive basis. Dari pengertian di atas, pendidikan kejuruan pada dasarnya bertujuan mengembangkan keterampilan, kemampuan, pemahaman, sikap, kebiasaan kerja dan pengetahuan bagi pekerja guna memenuhi dan mengembangkan keterampilan kerja agar mampu menjadi pekerja yang betul-betul berguna dan produktif. Berpijak pada uraian tentang konsepsi pendidikan kejuruan seperti di atas, secara jelas nampak terdapat kaitan yang sangat erat antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia kerja. Masalah pengangguran ini merupakan salah satu masalah serius yang erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Hal ini bukan hanyaberkaitan erat dengan

3 lembaga pendidikan melainkan pula erat kaitannya dengan kemajuan dan kemakmuran suatu negara. Di bawah ini menunjukkan jumlah angka pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2010 sebagai berikut: Gambar 1. 1 Persentase Pengangguran Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Tahun 2010 Gambar di atas menunjukkan bahwa pengangguran yang paling tinggi terjadi pada penduduk dengan jenjang pendidikan tertinggi Sekolah Menengah Atas/SLTA. Padahal sebenarnya konsep Sekolah Menengah Atas sangat baik, dimana pelajar dididik untuk siap bekerja dan dibekali pula dengan kemandirian. Disatu pihak, SMK diklaim menjadi salah satu solusi dalam mengurangi pengangguran yang berpendidikan. Namun, pihak lain menilai bahwa pola pembentukan SMK di Indonesia lebih berbasis pada kuantitas dan kurang memperhatikan mutu atau kualitasnya. Jika demikian, maka gejala ini tentu perlu segera diperbaiki agar tidak semakin meruncing dan berdampak lebih parah pada

4 pengangguran yang akan semakin meningkat dan rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Jika telah tertanggulangi dengan baik, tentu akan berdampak positif pada lulusan SMK yang benar-benar siap bekerja, serta mampu menciptakan lapangan kerja baru. Hal tersebut didukung pula dengan tabel di bawah ini yang menunjukkan penyerapan lulusan SMK yang relatif masih rendah dan tingginya tingkat pengangguran menurut jenjang pendidikan masih tinggi. Tabel 1. 1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tinggi yang Ditamatkan, 2011-2012 (juta orang) No. Pendidikan Tertinggi yang 2011 2012 Ditamatkan Feb Agust Feb Agust 1 Sekolah Dasar ke Bawah 55,12 54,18 55,51 53,88 2 Sekolah Menengah Pertama 21,22 20,70 20,29 20,22 3 Sekolah Menengah Atas 16,35 17,11 17,20 17,25 4 Sekolah Menengah Kejuruan 9,73 8,86 9,43 9,50 5 Diploma I/II/III 3,32 3,17 3,12 2,97 6 Perguruan Tinggi 5,54 5,65 7,25 6,98 Jumlah 111,28 109,67 112,80 110,80 Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik Nasional, 2012. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam setahun terakhir (Agustus 2011-Agustus 2012) jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk Sekolah Dasar (SD) ke bawah, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Diploma I/II/III mengalami penurunan. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Perguruan Tinggi mengalami kenaikan. Berikut ini adalah data mengenai jumlah pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 dijabarkan dalam tabel berikut:

5 Tabel 1. 2 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2011-2012 Pendidikan Tertinggi yang 2011 2012 Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus SD ke bawah 3,37% 3,56% 3,69% 3,64% Sekolah Menengah Pertama 7,83% 8,37% 7,80% 7,76% Sekolah Menengah Atas 12,17% 10,66% 10,34% 9,60% Sekolah Menengah Kejuruan 10,00% 10,43% 9,51% 9,87% Diploma I/II/III 11,59% 7,16% 7,50% 6,21% Universitas 9,95% 8,02% 6,95% 5,91% Jumlah 6,80% 6,56% 6,32% 6,14% Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik Nasional, diakses 2012. Berdasarkan tabel di atas, bisa dilihat bahwa angka pengangguran terbuka dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun 2011 bulan Februari sebanyak 10,00% dan pada bulan Agustus tahun 2011 terjadi peningkatan sebanyak 0,43% menjadi 10,43%, dan pada tahun 2012 bulan Februari terjadi penurunan sebanyak 0,92% menjadi 9,51% dan pada bulan Agustus tahun 2012 terjadi peningkatan sebanyak 0,36% menjadi 9,87%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami penurunan, namun jumlah 9,87% masih merupakan jumlah pengangguran yang cukup tinggi untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Masih tingginya angka pengangguran terbuka menurut pendidikan tinggi yang ditamatkan berdasarkan dari tabel di atas, mengindikasikan bahwa tingkat

6 penyerapan angkatan kerja dari lulusan jenjang sekolah menengah kejuruan masih kurang. Adapun lembaga pendidikan yang dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian serta kualifikasi yang dibutuhkan dalam persaingan dunia kerja adalah SMKN 11 Bandung. SMKN 11 Bandung merupakan sekolah menengah kejuruan negeri yang memberikan kesempatan kepada lulusan SMP untuk melanjutkan pendidikan dan mendapatkan keahlian tertsentu sesuai dengan keinginannya. Selain itu SMKN 11 Bandung merupakan SMK yang telah memperoleh sertifikat Quality Management System ISO 9001:2000 pada tahun 2008. Pada penelitian ini yang akan menjadi perhatian penulis dalam melakukan penelitian, yaitu Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. SMKN 11 Bandung mempunyai misi mempersiapkan tenaga kerja menengah sebagai pengelola Akuntansi Usaha Mandiri, Pengelolaan Administrasi Perkantoran, Pengelolaan Penjualan, dan Pengelolaan Teknik Komputer dan Jaringan yang beriman, berilmu, dan beramal yang mampu bersaing di tingkat nasional dan global. Dari misi tersebut dapat digambarkan bahwa SMKN 11 Bandung berusaha untuk meraih sasaran yang hendak dicapai yaitu melahirkan sumber daya manusia yang siap memasuki lapangan kerja dengan sikap profesional sesuai dengan keahliannya, dan mampu mandiri yang sanggup bersaing di tingkat nasional dan internasional, namun misi tersebut belum sepenuhnya tercapai. Hal ini dapat dilihat dari fenomena lulusan SMKN 11

7 Bandung yang keterserapannya belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tahun Lulusan Tabel 1. 3 Rekapitulasi Daya Serap Tamatan SMKN 11 Bandung Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran Jumlah Siswa Keterangan Bekerja Kuliah Wirausaha Tidak Bekerja Lain Lain Total 2007-2008 81 63% 16% 0% 21% 0% 100% 2008-2009 107 69% 18% 4% 0% 9% 100% 2009-2010 118 58% 14% 0% 28% 0% 100% 2010-2011 181 46% 18% 0% 36% 0% 100% 2011-2012 192 36% 16% 0% 48% 0% 100% Sumber: Dokumen SMKN 11 Bandung, 2012. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data tersebut menggambarkan bahwa lulusan SMKN 11 Bandung pada Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran belum optimal dalam mewujudkan tujuan agar lulusan dapat dengan mudah diserap oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI). Banyaknya lulusan yang tidak dapat terserap oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI) dikarenakan tingkat kesiapan kerja lulusan masih rendah. Untuk meminimalisir tingginya angka pengangguran di Indonesia Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan terus melakukan inovasi pendidikan kejuruan, salah satu diantaranya yakni dalam menciptakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berkompeten serta siap kerja dengan membentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan salah satu implementasi struktur kurikulum SMK/MAK (KTSP) yaitu pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda..dalam Pendidikan Sistem Ganda (PSG), dipadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan belajar langsung pada bidang pekerjaan yang relevan dan terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu. Bentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu melalui Praktek Kerja Industri (Prakerin). Program ini wajib diselenggarakan oleh sekolah khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan pendidikan luar sekolah serta wajib diikuti oleh peserta didik. Dalam penyelenggaraannya, Praktek Kerja Industri (Prakerin) menuntut kerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan instansi pemerintah/swasta maupun dengan dunia industri. Tujuan penyelenggaraan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini adalah mempersiapkan kemampuan siswa agar pada saatnya nanti dapat terjun ke dunia kerja dengan profesional, tidak kaget dalam artian mampu beradaptasi karena

9 sudah mendapatkan pengalaman sebelumnya dalam Praktek Kerja Industri (Prakerin). Seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik (1990:205) bahwa tujuan praktek kerja industri adalah memberi kesempatan kepada siswa sekolah kejuruan untuk mendalami dan menghayati situasi dan kondisi dunia usaha yang aktual sesuai dengan program studi yang sedang didalaminya. Selain itu, dengan adanya pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) bagi siswa SMK, diharapkan dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa karena siswa secara langsung mendapatkan pengalaman dalam dunia kerja yang sebenarnya. Sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, melalui kerjasama yang saling menguntungkan antara sekolah dengan industri. Hal ini sesuai dengan teori Law of Axercise (hukum latihan) dari Thorndike yang menyatakan bahwa Melalui latihan dari tindakan tertentu, didalamnya menyatakan bahwa latihan dapat menguatkan ikatan atau hibungan. Pendidikan yang dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa salah satunya pendidikan yang didapatkan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa, salah satunya yakni dengan adanya program Praktek Kerja Industri (Prakerin). Praktik Kerja Industri adalah pengetahuan atau keterampilan yang diketahui dan dikuasai siswa setelah mengikuti praktik kerja di dunia usaha atau dunia industri selama jangka waktu tertentu. Siswa dikatakan berpengalaman apabila telah memiliki tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan memadai sesuai dengan bidang keahliannya.

10 Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah suatu kegiatan belajar yang harus diikuti oleh siswa SMK sebagai wahana untuk lebih memantapkan hasil belajar dan sekaligus memberikan kesempatan untuk mendalami dan menghayati kemampuan hasil tersebut dalam situasi dan kondisi kerja yang sesungguhnya. Adanya program praktek kerja industri merupakan hal yang ideal, karena siswa akan lebih mengenal masalah praktis berkenaan dengan bidang keahliannya. Program praktek kerja industri juga merupakan suatu pola belajar di mana setiap siswa mengalami proses belajar melalui bekerja langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya sehingga dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa. Hal tersebut sesuai dengan lima hasil belajar dari teori belajar kognitif Robert M Gagne yang dipengaruhi oleh faktor internal yang salah satunya adalah kematangan/perkembangan siswa. Dalam teori perkembangan Robert J. Havighurst dari psikologi pendidikan setiap fase perkembangan individu pada dasarnya membawa tugas-tugas perkembangan (Muhibbin Syah, 2013:51). Pada siswa SMK umumnya berusia antara 15 sampai 17 tahun dan dalam fase perkembangan digolongkan pada fase remaja (12-16 tahun) dan dewasa awal (mulai dari usia 16 tahun). Sehingga pada fase perkembangan remaja siswa SMK mimiliki tugas untuk mempersiapkan karir ekonomi (bekerja) sehingga pada fase berikutnya (dewasa awal) siswa telah memiliki kesiapan untuk bekerja. Berdasarkan penelitian yang diungkapkan oleh Arovah (2006:86) terhadap siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandung yang melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ada kecenderungan pelaksanaannya kurang

11 optimal, baik dilihat dari waktu, relevansi jenis pekerjaan dengan runtutan kompetensi yang ada dalam kurikulum. Hal itu diduga dari ketersediaan sumber daya pendukung baik di sekolah maupun di industri dalam menyelenggarakan pelayanan Praktek Kerja Industri (Prakerin). Tabel 1. 4 Akumulasi Nilai Praktek Kerja Industri Siswa SMKN 11 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 No. Nilai Keterangan Presentase 1. 90 100 Sangat Baik 4,16 % 2. 80 89 Baik 40,65 % 3. 70 79 Cukup 55,19 % 4. 70 Gagal - Jumlah 100 % Sumber: Dokumen SMKN 11 Bandung, 2013 Tabel di atas merupakan gambaran nilai Praktek Kerja Industri siswa SMKN 11 Bandung tahun ajaran 2011/2012 yang mengindikasikan rendahnya tingkat kesadaran siswa dalam melaksanakan program Praktek Kerja Industri. Hal tersebut dikhawatirkan berdampak pada tidak bermanfaatnya praktek kerja industri itu sendiri, program Praktek Kerja Industri dapat memberikan manfaat yang positif bagi siswa yang salah satunya dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa melalui pelatihan langsung dalam suasana pekerjaan yang sesungguhnya. Menurut Depdiknas (2008:7), pratik industri memberikan beberapa keuntungan bagi para siswa yaitu antara lain:

12 1) Hasil peserta didik akan lebih bermakana, karena setelah tamat akan betul-betul memiliki bekal keahlian profesional untuk terjun ke lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupannya dan untuk bekal pengembangan dirinya secara berkelanjutan. 2) Rentang waktu (lead time) untuk mencapai keahlian professional menjadi lebih singkat, karena setelah tamat praktik kerja industri tidak memerlukan waktu latihan lanjutan untuk mencapai tingkat keahlian siap pakai. 3) Keahlian profesional yang diperoleh melalui praktik kerja industri dapat meningkatkan harga dan rasa percaya diri tamatan yang pada akhirnya akan dapat mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan adanya program Praktek Kerja Industri siswa dapat belajar langsung tentang kondisi riil dari dunia kerja yang sesungguhnya. Semakin efektif program Praktek Kerja Industri akan berdampak pada semakin tingginya tingkat kesiapan kerja siswa begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Program Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

13 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah rendahnya tingkat kesiapan kerja siswa di SMKN 11 Bandung, khususnya pada Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran. Aspek tersebut diduga sebagai kekuatan strategis untuk membangun bangsa melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, masalah rendahnya kesiapan kerja siswa harus segera ditindaklanjuti. Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa, diantaranya kematangan fisik, mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian, penguasaan ilmu pengetahuan, motivasi, pengalaman praktek kerja industri, informasi dunia kerja, dan lain sebagainya. Dan berdasarkan hasil kajian secara empirik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung, diduga faktor determinan yang paling berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa adalah masalah program Praktek Kerja Industri (PRAKERIN). Oleh karena itu masalah kesiapan kerja siswa dalam penelitian ini akan dikaji dalam perspektif efektivitas praktek industri. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam pernyataan masalah (problem statement) sebagai berikut: Penyelenggaraan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang dilaksanakan DI SMKN 11 Bandung belum dilaksanakan secara optimal, dan hal ini menyebabkan kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran relatif rendah. Kondisi semacam

14 ini harus segera ditanggulangi mengingat bila tidak, akan merdampak pada tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran efektivitas program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran yang dilaksanakan di SMKN 11 Bandung. 2. Bagaimana gambaran tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. 3. Adakah pengaruh efektivitas program Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. Analisis tersebut diperlukan untuk mengetahui pengaruh program Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

15 1. Mengetahui bagaimana gambaran efektivitas program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. 2. Mengetahui bagaimana gambaran tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. 3. Mengetahui adakah pengaruh program Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dicapai, penelitian ini akan memberikan dua macam kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Dengan adanya penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah: 1. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis dari hasil penelitian ini akan memberikan masukan bagi pengembangkan program praktek kerja industri dan kesiapan kerja siswa. Temuan-temuan ini dapat dijadikan bahan pengembangan teoritik, Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal menerapkan penguasaan program praktek kerja industri dan kesiapan kerja siswa. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai bahan informasi bagi satuan pendidikan untuk dapat memahami sifat-sifat yang berkaitan dengan kesiapan kerja siswa, sehingga dapat dikembangkan model pendekatan yang efektif bagi terjadinya kondisi belajar yang kondusif untuk mengembangkan kesiapan kerja siswa.

16 b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi satuan pendidikan mengenai pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran. c. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan peningkatan mutu kesiapan kerja siswa. d. Sebagai sumbangan bagi para siswa untuk meningkatkan kesiapan kerja siswa sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan Undang-Undang Dasar. e. Untuk mengetahui dengan pasti implikasi pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran. f. Sebagai bahan bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan informasi dan data yang relevan dari hasil penelitian, khususnya mengenai program Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang menunjang meningkatnya kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran.