III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilakukan di lahan petani di Desa Sinar Agung, Kecamatan

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang dilakukan di lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

III. BAHAN DAN METODE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III.TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TEKNOLOGI PERBENIHAN PADI SAWAH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

Transkripsi:

24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian produksi benih dilakukan di lahan petani di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus. Pengujian vigor awal benih dilakukan di Laboratorium Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan April sampai Oktober 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah bajak tangan, cangkul, sabit, sprayer, ember, timbangan analitik AND buatan Jepang, kantong plastik, label, alat pengukur kadar air (moisture meter), alat pengusangan benih yaitu MPCUE IPB 77-1, desikator, oven, kertas merang, alat ukur panjang, alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih padi kultivar Bestari hasil radiasi sinar gama 0,20 Gy oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, air, etanol 95%, insektisida seperti Spontan, Amicothin, dan Virtako; fungisida seperti Foltus, Booster Energi, dan Explore.

3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 25 Rancangan perlakuan disusun secara faktorial 3 x 3. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah split plot dalam RKTS dengan tiga kelompok. Petak utama adalah dosis pupuk SP-36 meliputi 100 kg/ha (p 1 ), 150 kg/ha (p 2 ), 200 kg/ha (p 3 ), dan sebagai anak petak adalah dosis pupuk KCl yang meluputi 100 kg/ha (k 1 ), 150 kg/ha (k 2 ), 200 kg/ha (k 3 ). Analisis data menggunakan uji Bartlett untuk melihat homogenitas ragam antarperlakuan, dan uji Tukey untuk melihat model kemenambahan data. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, pengolahan data dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah antarperlakuan dilakukan dengan uji BNJ pada taraf nyata 5%. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Penyiapan lahan Penelitian ini menggunakan lahan sawah seluas 700 m 2. Lahan sawah diolah dengan cara dibajak dua kali dan satu kali pelumpuran untuk meratakan tanah. Lahan sawah sudah rata dan dianggap homogen, kemudian petak-petak percobaan dibuat sebanyak 27 petak perlakuan dengan ukuran setiap petak 5 m x 5 m, dan jarak antarpetak 50 cm. 3.4.2 Persemaian Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi kultivar Bestari yang berasal dari Badan Tenaga Nuklir Nasional. Benih padi di semai pada bedengan persemaian benih yang dibuat dengan ukuran 1 m x 10 m untuk setiap

bedengan dengan tinggi 30 cm dan jarak antarbedengan 50 cm. Benih terlebih 26 dahulu direndam dalam air selama 24 jam untuk menyerempakan perkecambahan benih dan sebelum penyebaran benih pada bedengan terlebih dahulu diaplikasikan pupuk organik (Petroganik) dengan dosis 2 kg/bedeng. 3.4.3 Penanaman Penanaman bibit dilakukan setelah bibit berumur 22 hari dengan cara membenamkan perakaran bibit pada kedalaman 3-5 cm dengan jarak tanam 25 x 25 cm, dan jajar legowo 4 : 1 dengan 1-2 bibit setiap satu lubang tanam. Penyulaman dilakukan terhadap bibit yang mati atau dimakan hama dengan menggunakan bibit yang ditanam di antarpetak percobaan. 3.4.4 Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta pengairan. Penyulaman dilakukan paling lambat saat umur tanaman 7 hari setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam atau melihat keadaan gulma di lahan sudah perlu dikendalikan atau tidak. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh di sawah. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida dan fungisida. Pengairan diperlukan sejak awal fase vegetatif hingga pengisian bulir, dengan sistem pengairan terputus-putus.

3.4.5 Pemupukan 27 Pupuk yang dipergunakan adalah pupuk anorganik berupa Urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk Urea 300 kg/ha; dosis pupuk Sp-36 100,150, dan 200 kg/ha; dan dosis pupuk KCl 100,150, dan 200 kg/ha. Aplikasi pupuk Urea dilakukan sebanyak tiga kali yaitu sepertiga dari dosis pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam, sepertiga pada 21 hari setelah tanam dan sepertiga sisanya pada 40 hari setelah tanam. Pemupukan KCl dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam dan pemupukan kedua dilakukan 21 hari setelah tanam. Pemupukan SP-36 dilakukan satu kali saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Aplikasi pupuk pertama (7 hari setelah tanam) dilakukan dengan pencapuran pupuk Urea, SP-36, dan KCl terlebih dahulu. Campuran pupuk Urea, SP-36, dan KCl ditebarkan pada lahan sawa dengan keadaan air sawah yang kecil atau macak-macak. Pemupukan kedua (21 hari setelah tanam) dilakukan dengan pencampuran pupuk Urea dan KCl terlebih dahulu kemudian campuran Urea dan KCl ditebarkan secara merata pada lahan sawah. Pemupukan ketiga (40 hari setelah tanam) dilakukan dengan pemupukan Urea ditebarkan secara merata pada lahan sawah dengan keadaan air macak-macak. 3.4.6 Penyiangan Kegiatan penyiangan gulma dapat dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di lahan pertanaman padi dan dengan menggunakan alat khusus

28 untuk membersihkan gulma pada jalur-jalur pertanaman padi yang dikenal dengan nama gasrokan oleh masyarakat jawa. 3.4.7 Pengairan Pengairan tanaman padi dilakukan dengan sistem pengairan terputus-putus, dengan cara mengairi sawah beberapa hari hingga petakan-petakan sawah terisi air. Pengisian air pada petakan-petakan di hentikan beberapa hari setelah terisi air secara merata di petakan. Pengisian air dilakukan kembali setelah air di petakan sawah mengering tetapi masih tetap lembab. Sistem pengairan terputus-putus pada saat pertumbuhan vegetatif bertujuan untuk menghasilkan anakan yang maksimum. Pengairan tetap diperlukan sampai pada masa pembungaan dan pengisian bulir maksimum. Pengairan mulai dikurangi saat pengisian bulir maksimum, dan lahan mulai dikeringkan ketika tanaman sudah mencapai masak fisiologis untuk mempercepat kematangan dan siap panen dengan kadar air panen yang rendah. 3.4.8 Pengendalian hama dan penyakit pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi dilakukan aplikasi beberapa insektisida seperti Spontan dengan dosis 2,0 ml/liter, Amicothin dosis 15,0 g/16 liter, dan Virtako dosis1,5 ml/liter dan aplikasi beberapa fungisida seperti Booster Energi dosis 5,0 g/16 liter, Explore dosis 2,0 ml/ liter, dan Foltus 2,0 ml/liter. Pengaplikasian pestisida dilakukan sesuai dosis rekomendasi pada masing masing kemasan pestisida yang digunakan, pengaplikasian pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan sprayer punggung.

Pengaplikasian insektisida dan fungisida berselang satu minggu setelah 29 penyemprotan baru dilakukan penyemprotan kembali sampai keberadaan hama benar-benar dapat dikendalikan. Pengaplikasian pestisida yang baik dilakukan pada pagi hari sampai dengan pukul 09.00 WIB. 3.4.9 Panen Panen merupakan kegiatan akhir dari produksi benih dan pengawasan di lapangan. Panen dilakukan pada saat tanaman padi telah berumur 115-120 hst, dengan ciri-ciri daun bendera sudah menguning secara merata. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang padi dengan sabit bergerigi, kemudian dilakukan perontokan gabah calon benih dengan menggunakan alat perontok yang disebut gebotan. Kadar air gabah calon benih yang baru dipanen berkisar 22-24% yang diukur menggunakan alat pengukur kadar air (moisture mater) pada setiap perlakuan. 3.4.10 Pengolahan benih di lantai jemur dan laboratorium Benih-benih yang telah selasai dipanen, dibawa ke lantai jemur. Pengelolaan gabah calon benih dilakukan dengan dua tahap pembersihan dan untuk pengeringan dengan sinar matahari. Tahap pertama pembersihan gabah calon benih adalah membersihkan gabah dari kotoran benih dengan menggunakan mesin pengipas (seed cleaner), kemudian gabah dijemur sampai kadarnya air mencapai 11-12% diukur menggunakan alat pengukur kadar air (moisture meter) pada setiap perlakuan. Gabah yang telah mencapai kadar air 11-12% kemudian

30 dibersihkan kembali dengan mesin pengipas untuk membersihkan gabah hampa dan kotoran benih yang masih tertinggal saat pembersihan pertama. Viabilitas benih diuji dengan uji daya berkecambah, uji kecepatan, dan uji keserempakan perkecambahan. Uji daya berkecambah dilakukan untuk mengetahui apakah benih yang dihasilkan memiliki daya berkecambah yang memenuhi ketentuan atau tidak. Uji kecepatan perkecambahan dilakukan untuk mengetahui berapa persen kecepatan benih per satu hari atau etmal untuk berkecambah. Uji keserempakan perkecambahan dilakukan untuk mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh secara serempak pada periode waktu tertentu. Penentuan keserempakan berdasarkan jumlah kecambah normal kuat, normal lemah, dan abnormal pada persentase pengamatan kecambah normal kuat menunjukkan vigor benih dan persentase kecambah normal total merupakan tolak ukur nilai viabilitas potensial benih 3.5 Pengamatan 3.5.1 Peubah pertumbuhan tanaman a. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah (pangkal batang) sampai dengan ujung daun bendera. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 70 hari setelah tanam. Pengukuran tanaman dalam satuan sentimeter.

b. Jumlah anakan maksimum 31 Anakan maksimum dihitung dari setiap rumpun tanaman sampel dengan menghitung jumlah seluruh anakan. Jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 77 hari setelah tanam. 3.5.2 Peubah produksi a. Jumlah anakan produktif Jumlah anakan produktif adalah jumlah anakan yang menghasilkan malai. Jumlah anakan produktif dihitung saat tanaman berumur 91 hari setelah tanam. b. Bobot gabah per rumpun Bobot gabah per rumpun ditentukan dengan menimbang bobot gabah calon benih dalam satuan bobot (gram) tanaman sampel. c. Bobot 1.000 butir Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat penghitung benih seed counter sebanyak 100 butir benih padi diulang sebanyak delapan kali, kemudian benih ditimbang setiap ulangan dalam satuan gram kemudian dilakukan perhitungan bobot 1.000 butir benih untuk mendapatkan nilai koefisien variasi. Penetapan bobot 1.000 butir dapat dilakukan jika nilai koefisien variasi tidak melebihi 4,0 maka bobot 1.000 butir benih padi didapat dengan cara 10 x ); adalah bobot rata-rata delapan ulangan 100 butir benih.

d. Produksi benih per petak ubinan 32 Produksi gabah calon benih diperoleh dari bobot gabah masing-masing petak ubinan dengan ukuran 1 m x 1 m dalam petak perlakuan. Pengukuran dalam satuan gram per petak. e. Produksi gabah per hektar Produksi gabah per hektar didapatkan dari produksi gabah per petak ubinan (1 m x 1 m) yang dikonversi dalam hektar. Pengukuran dalam satuan ton per hektar. f. Rendemen gabah Penghitungan rendemen gabah didapatkan dari data bobot gabah kering setelah dilakukan pengeringan hingga kadar air 11-12% yang telah dilakukan pembersihan dibagi dengan bobot gabah kering panen dan dikali 100%. 3.5.3 Peubah vigor awal benih Benih yang dipanen dari setiap petak dengan kombinasi perlakuan dosis pupuk SP-36 dan dosis pupuk KCl dilakukan pengujian untuk mengetahui vigor awal benihnya. Vigor awal benih diketahui malalui uji perkecambahan, tetapi sebelum uji perkecambahan benih terlebih dahulu dilakukan penderaan dengan uap jenuh etanol 95% dalam mesin pengusang cepat (MPC) IPB 77-1. Uji perkecambahan dilakukan setelah benih diberi lama deraan yaitu 0, 30, 60, dan 90 menit dengan cara meletakkan benih secara merata pada sarangan di dalam MPC.

Tata kerja proses pengusangan cepat dalam penelitian ini sebagai berikut: 33 1. Benih padi disiapkan dari setiap kombinasi dosis pupuk SP-36 dan KCl untuk direndam air selama 24 jam. 2. Benih yang telah direndam kemudian dimasukkan dalam Alat MPC tipe IPB 77-1 dan pintu MPC ditutup. Lama pengusangan dari 0 (kontrol), 30, 60, dan 90 menit. 3. Benih setelah berada di dalam MPC, penderaan dilakukan dengan menghidupkan mesin MPC kemudian uap etanol akan masuk ke dalam ruang MPC dan mendera benih yang ada di dalamnya. 4. Alat MPC tipe IPB 77-1. Gambar 1. Sketsa mesin pengusangan cepat tipe IPB 77-1 dan bagianbagiannya. Keterangan: Tampak sisi depan; (A) yaitu (a) ruang penderaan, (b) pipa saluran uap etanol, (c) rak benih, (d) saklar ON-OFF dan lampu, (e) pengatur lama penghembusan uap etanol, (f) pengatur lama benih dalam alat, (g) alarm, (h) pengunci pintu, (j) karet pelapis, (k) fiber-glass; sedangkan tampak belakang (B) yaitu (1) pompa penghembus udara, (m) tabung saringan udara, (n) tabung pemanas etanol, dan (o) tabung penyalur uap etanol.

5. Penderaan uap etanol selama 30 menit didapat dengan mengeluarkan benih 34 dari MPC setelah alarem mesin pengusang menyala sebagai penanda penderaan telah berjalan selam 30 menit, dan seterusnya untuk penderaan 60 hingga 90 menit. 6. Benih-benih yang telah didera uap etanol tersebut kemudian ditanam di media kertas merang lembab dengan metode UKDdp (uji kertas digulung dalam plastik) dan dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A untuk melihat vigor awal benih. Peubah yang diamati dari mutu benih mencakup daya berkecambah, kecepatan perkecambahan, kecambah normal kuat, benih mati, kecambah abnormal, dan bobot kering kecambah normal. Uji perkecambahan ini menggunakan kertas merang sebagai media perkecambahan metode UKDdp dengan setiap ulangan menggunakan 50 butir benih, a. Daya berkecambah benih Daya berkecambah benih diukur dengan uji daya berkecambah. Daya berkecambah benih diukur sebagai tolak ukur kemampuan benih tersebut tumbuh dan berkembang hingga mencapai stadia dengan bagian dari struktur-struktur penting menunjukkan pertumbuhan kecambah tersebut untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah dapat dikelompokkan sebagai kecambah normal dengan kriteria sebagai berikut (Deptan, 2006): 1. Kecambah utuh; kecambah dengan semua struktur pentingnya (akar primer, koleoptil, dan plumula) berkembang dengan baik lengkap, proporsional, dan sehat.

35 2. Kecambah dengan cacat ringan; kecambah yang menunjukkan cacat ringan pada struktur pentingnya, tetapi bagian-bagian lainnya menunjukkan perkembangan normal yang serupa dengan perkembangan kecambah utuh pada pengujian yang sama. 3. Kecambah dengan infeksi sekunder; kecambah yang terbukti sesuai dengan kategori satu atau dua di atas, tetapi terinfeksi oleh cendawan atau bakteri yang berasal dari sumber lain (misal tertular dari benih lain di sekitarnya), selain benih induk. Pengamatan kecambah normal dilakukan pada 5 x 24 jam dan 7 x 24 jam setelah tanam. Daya berkecambah dihitung berdasarkan nisbah jumlah kecambah normal yang dihasilkan pada periode pengujian. DB (% ) = x 100% Keterangan: DB = Daya berkecambah; KN I = Jumlah kecambah normal pada pengamatan I (5 x 24 Jam); KN II = Jumlah kecambah normal pada pengamatan II (7 x 24 Jam). b. Kecepatan perkecambah benih Kecepatan perkecambahan adalah suatu peubah tolak ukur vigor kekuatan tumbuh benih (Pramono, 2009). Kecepatan perkecambahan diukur melalui UKP menggunakan UKDdp. Pengukuran kecepatan perkecambahan benih dilakukan dari hari ketiga sampai hari ketujuh. Kriteria benih yang telah berkecambah normal adalah tajuk sudah melebihi ukuran panjang benih sekitar satu sentimeter dan memiliki akar primer. Kecepatan perkecambahan dihitung dengan rumus di bawah ini:

KP (%/hari) 7 i 3 Pi Ti 36 Keterangan : KP= kecepatan perkecambahan; Pi = Pertambahan persen kecambah normal dari hari i-3; i = Periode pengamatan hari; T i = Jumlah hari setelah tanam pada periode pengamatan hari ke-i c. Kecambah normal kuat Kecambah normal kuat (KNK) adalah sebuah peubah yang menjadi tolak ukur vigor kekuatan tumbuh benih (Pramono, 2009). Kecambah normal kuat dihitung pada 6 x 24 jam setelah tanam, sebagai persentase kecambah normal kuat dari seluruh benih yang ditanam pada uji keserempakan perkecambahan (UksP). Kriteria kecambah normal kuat yaitu kecambah dengan semua struktur pentingnya berkembang dengan baik, lengkap proporsional, dan sehat. Penentuan kecambah normal kuat dilakukan dengan menyusun kecambah normal secara sejajar dari penampilan fisik kecambah yang terbaik sampai penampilan fisik kecambah normal yang buruk, kemudian baru ditentukan jumlah kecambah normal kuat dan normal lemah secara subjektif dari seluruh kecambah normal pada pengujian keserempakan perkecambahan. d. Benih mati Benih mati adalah benih yang tidak menunjukkan gejala perkecambahan atau pertumbuhan setelah dikecambahkan selama 7 x 24 jam stelah tanam dengan uji kecepatan perkecambahan (UKP).

37 KNK KNL AB Gambar 2. Susunan kecambah normal-abnormal. e. Kecambah abnormal Kecambah abnormal adalah kecambah yang telah menunjukkan kemampuan berkecambah, tetapi tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal atau dengan bentuk dan ukuran yang tidak proporsional. Kecambah abnormal dihitung dari UKP setelah 7 x 24 jam. Kriteria kecambah abnormal adalah sebagai berikut (Deptan, 2006): 1. Kecanbah rusak; kecambah dengan struktur pentingnya hilang atau rusak parah sehingga struktur-struktur penting tersebut tidak proporsional. 2. Kecambah yang berubah bentuk atau tidak proporsional; kecambah dengan pertumbuhan yang lemah atau mengalami gangguan fisiologis, atau struktur pentingnya mengalami perubahan bentuk. 3. Kecambah busuk; kecambah yang salah satu struktur pentingnya terkena penyakit atau busuk akibat infeksi primer sehingga menghambat perkembanggan menjadi kecambah normal.

f. Bobot kering kecambah normal 38 Bobot kering kecambah normal didapatkan dari kecambah normal total pada uji keserempakan perkecambahan yang telah dioven pada suhu 80 o C selama 3 x 24 jam sampai mencapai bobot kering konstan. Penimbangan bobot kering kecambah normal dilakukan setelah kecambah kering disimpan di dalam desikator hingga suhu kecambah kering stabil. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik AND buatan Jepang.