HAK WANITA DALAM PUSAKA MENERUSI AYAT 11, 12 DAN 176 SURAH AL- NISA 1. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

Fiqh dan Pengurusan Harta Warisan: Dengan Fokus kepada Faraid

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WASIAT WAJIBAH. wasiat dan wajib adalah sebagai berikut.

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

KEDUDUKAN WANITA DALAM SISTEM PUSAKA ISLAM. Noor Lizza Mohamed Said & Mohd Zamro Muda

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB IV A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS. elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK الا خت لا ب ليست كلا خت الشقيقة ف حال اجتماعهن ف

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan


Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

BAB 5 RUMUSAN DAN CADANGAN. Rumusan itu merangkumi hal-hal yang berkaitan terjemahan Al-Quran, metodologi

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. keadaan geografis, mata pencaharian, dan agama penduduknya.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

1223/2 SULIT BAHAGIAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA PENDIDIKAN ISLAM SET 5 KERTAS 2 SATU JAM EMPAT PULUH MINIT

Lailatul Qadar. Surah Al Qadr 97 : 1-5

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-208: HUKUM WANITA MEMBUKA SYARIKAT SENDIRI

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

UNDANG-UNDANG SYARIAH (Bahagian 1) i) NAFKAH ORANG ISLAM ii) HADHANAH NAFKAH ORANG ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

TAHAJJUD (QIAMUL LAIL) & WITIRNYA. Oleh: Rasul bin Dahri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

SULIT 1223/2 BAHAGIAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA PENDIDIKAN ISLAM SET 2 KERTAS 2 SATU JAM EMPAT PULUH MINIT

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

Bersama H. Ahmad Bisyri Syakur, Lc, MA Direktur Zaid bin Tsabit waris center

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

BAB IV ANALISIS DATA

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

PENGETAHUAN ASAS BERKAITAN DENGAN FARAID. 1. SENARAI WARIS YANG BERHAK MENERIMA PUSAKA: Waris lelaki 15 orang:

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

IMAM / BILAL BERTUGAS USTAZ ASWANZIE ABBYD BIN ZAINAL ABIDIN USTAZ MUHAMMAD ALI BIN JANAS MUAZZIN/BILAL KHATIB /IMAM

NIKAH MUT AH. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN JILU DI DESA DELING KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Transkripsi:

HAK WANITA DALAM PUSAKA MENERUSI AYAT 11, 12 DAN 176 SURAH AL- NISA 1 Abstrak Sejarah membuktikan bahawa wanita pada zaman jahiliyah dipandang hina dan dianggap golongan yang membawa sial. Dunia yang ketika itu didominasi oleh lelaki telah menjadikan wanita mangsa diskriminasi. Kedatangan Islam sebagai din al-hanif telah mengangkat kedudukan dan martabat wanita sesuai dengan status mereka sebagai ibu kepada semua lelaki. Islam agama yang syumul telah mengembalikan hak kaum hawa yang telah dirampas buat sekian lama. Syariat Islam memberi hak kepada wanita dalam masalah perkahwinan, perceraian, pemilikan harta, pendidikan, pewarisan harta dan sebagainya. Kertas kerja ini membincangkan tentang salah satu hak yang diberikan kepada wanita iaitu hak pewarisan harta sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah menerusi ayat 11, 12 dan ayat 176 surah al-nisa. Keadaan pusaka wanita yang berbeza-beza berdasarkan perbezaan kedudukan mereka sebagai anak, ibu, isteri, kakak atau adik perlu diperbahaskan agar tidak timbul prasangka buruk terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah. 1. PENDAHULUAN Ilmu faraidh atau ilmu pusaka merupakan cabang ilmu yang tidak kurang penting dalam Islam. al-quran al-karim sebagi pegangan asas individu Islam, menerusi beberapa ayatnya telah menjelaskan hukum-hukum waris dan keadaan setiap pewaris dengan begitu terperinci. Allah S.W.T tidak membiarkan hambanya menguruskan sendiri harta peninggalan si mati, sebaliknya ditetapkan bahagian pusaka kerana Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana akan keadaan hambanya. Syariat Islam juga telah memberi hak kepada wanita dalam pusaka. Allah S.W.T berfirman : م م ا ن صي ب للر ج ال ا و كث ر ن ص يب ا م فر وض ا م ن ه قل م م ا و الا قر ب و ن ا لو ال د ا ن ت ر ك م م ا ن ص ي ب و ل لن س اء و الا قر ب و ن ا لو ال د ا ن ت ر ك Maksudnya: orang-orang lelaki ada bahagian pusaka dari peninggalan ibu bapa dan kerabat dan orang-orang perempuan pula ada bahagian pusaka dari peninggalan ibu bapa dan kerabat, sama ada sedikit atau banyak dari harta yang ditinggalkan itu; iaitu bahagian yang telah diwajibkan (dan ditentukan oleh Allah) Ayat ini menegaskan bahawa wanita juga mempunyai hak dalam mewarisi harta peninggalan ibubapa ataupun kaum kerabat mereka. Kadar atau bahagian pusaka wanita yang berbeza-beza dalam keluarga sama ada sebagai ibu atau adik atau kakak atau anak mahupun isteri diperjelaskan melalui al-quran al-karim. Di antara ayat yang memfokuskan kadar bahagian atau hak para pewaris ialah ayat 11, 12 dab 176 surah al- Nisa. Kertas kerja ini mengupas tentang hak wanita dalam pusaka berdasarkan ayat 11, 12 dan 176 dari surah al-nisa ini. 1 Kertas kerja ini dibentang dalam Seminar Wanita Dan Undang-undang anjuran UiTM, Johor pada 9 september 2006 bertempat di Renaissance Hotel, Melaka. 1

2. PENGERTIAN PUSAKA Ilmu pusaka di dalam bahasa Arab dikenali dengan nama ilmu faraidh atau ilmu mirath. Al-mirath menurut bahasa bermaksud perpindahan sesuatu dari seseorang individu kepada seorang yang lain atau dari satu kaum kepada kaum yang lain. Perpindahan ini meliputi harta atau ilmu atau kebesaran ataupun kemuliaan (H.Zaid Husein. t.th. 26). Ini dibuktikan oleh sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud Para ulama adalah pewaris nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dirham mahupun dinar, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya sesungguhnya dia telah mengambil bahagian yang banyak. Manakala maksud faraid atau mirath dari sudut istilah ialah ilmu yang menentukan tiap-tiap hak dari pusaka. Ia merupakan satu bentuk perkiraan yang telah di tetapkan oleh syarak mengenai pembahagian harta peninggalan si mati kepada wariswaris yang layak menerimanya ( Zainal Abidin.1993.1). Sementara pusaka menurut Kamus Dewan ialah segala harta benda yang ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal (kamus dewan. 2002.1074) 3. RUKUN DAN SYARAT PUSAKA Rukun pusaka terbahagi kepada tiga iaitu ( Barraj.1999.159) : a). Si mati iaitu orang yang meninggalkan pusaka b). Waris iaitu individu yang menerima pusaka c). Harta iaitu harta atau barang atau nilai yang dipusakakan. Manakala syarat pusaka adalah seperti berikut (al-sabuniyy.1993. 40) : a). Diyakini kematian orang yang meninggalkan pusaka dengan sebenarnya atau secara hukum. b). Diyakini bahawa pewaris masih hidup selepas matinya si mati walaupun beberapa minit sahaja. c.) Mengetahui tentang keadaan ahli waris yang menerima pusaka denga jelas. 4. SEBAB MENDAPAT PUSAKA Syariat Islam menetapkan tiga 2 sebab yang membolehkan seseorang individu mendapat pusaka. Sebab-sebab ini adalah seperti berikut (al-syalabiyy.1978. 62-65) : a). Melalui perkahwinan yang sah dan akad ini berterusan sehingga ke hari kematian suami atau isteri. Ikatan perkahwinan yang sah melayakkan isteri mewarisi harta suami sama ada telah berlaku persetubuhan atau sebaliknya. Seorang isteri yang berada dalam tempoh iddah talak raj c iyy atau talak bain juga layak mewarisi harta suaminya. Begitu juga halnya dengan isteri yang 2 Ulama fekah bersepakat menjadikan ketiga-tiga syarat ini sebagai sebab menerima pusaka. Terdapat beberapa sebab lain yang tidak disepakati antaranya ialah melalui sebab Islam iaitu jika seorang Islam itu tinggal di negeri yang tidak mengamalkan Islam, maka dia boleh menerima harta saudanya itu (Barraj. 1999.195). 2

ditalak oleh suaminya yang sedang sakit tenat (maradh al-maut) dengan talak bain tetapi bukan atas kehendak isteri - juga layak menerima pusaka peninggalan suaminya. b). c). Melalui sebab keturunan atau kerabat. Termasuk dalam kerabat si mati ialah usul si mati iaitu bapa, datuk dan ke atas, furu c si mati iaitu anak, cucu, cicit dan ke bawah dan juga furu c usul si mati iaitu adik beradik, bapa dan ibu saudara. Kerabat atau keturunan ini meliputilelaki dan perempuan. Melalui wala iaitu tuan kepada hamba yang telah dibebaskan apabila hamba tersebut meninggal dan dia tidak meningglkan waris, maka tuan lamanya berhak menerima harta peninggalannya 3. 4. HAK WANITA DALAM PUSAKA Kedudukan wanita yang dipandang hina pada zaman jahiliyyah telah berubah dengan kedatangan Islam. Islam telah memartabatkan kedudukan kaum hawa sehinggakan salah satu surah di dalam al-quran dinamakan dengan al-nisa yang bermaksud wanita. Wanita pada zaman jahiliyyah tidak memiliki hak dalam mewarisi harta peninggalan suami mahupun keluarga. Tetapi Islam sebagai din al-hanif telah memberikan mereka hak dalam penerimaan harta pusaka. Syariat Islam telah membariskan senarai waris wanita yang layak menerima harta peninggalan si mati. Mereka ialah anak perempuan, cucu perempuan dari anak lelaki, ibu, nenek sebelah ibu, nenek sebelah bapa, adikberadik perempuan seibu sebapa, adik-beradik perempuan sebapa, adik-beradik perempuan seibu, isteri dan puan bagi hamba 4. 4.1 HAK WANITA DALAM PUSAKA SEBAGAIMANA YANG DIJELASKAN DALAM AYAT 11 SURAH AL-NISA "ي وص ي كم الل ه Ayat 11 surah al-nisa' dimulai dengan firman Allah yang berbunyi " لاد ك م ا و.ف ي Ertinya:"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembahagian pusaka untuk) anak-anakmu". Terkandung di dalam ayat ini pembahagian kadar pusaka kepada anakanak sama ada perempuan mahupun lelaki. Daripada ayat ini dapat dikeluarkan beberapa keadaan pusaka yang diterima oleh wanita. Keadaan-keadaan ini adalah seperti berikut : 1. Perempuan mendapat bahagian separuh daripada apa yang diterima oleh anak للذكر مثل حظ : berbunyi lelaki. Ini dapat difahami daripada firman Allah yang Maksudnya.الا نثيين : "seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan". Ada beberapa hikmah di sebalik penetapan ini (Hassan Abbas & Fadil Abbas.1991.322). Antaranya ialah : 3 Perkara ini mungkin sudah tidak berlaku lagi pada masa kini 4 Kertas kerja ini memfokuskan kadar atau bahagian wanita dalam pusaka sebaigaimana disebut dalam ayat 11, 12 dan 176 surah al-nisa sahaja. Manakala bahagaian yang tidak disebut seperti kadar pusaka bagi cucu perempuan dan nenek tidak dibincangkan di dalam kertas ini kerana skop perbincangan adalah berdasarkan ayat-ayat tersebut sahaja. 3

a). Orang lelaki wajib membayar maskahwin (mahar) kepada wanita dan mereka diwajibkan menyediakan tempat tinggal,makanan dan pakaian kepada isteri dan anak-anak. b). Lelaki lebih memerlukan kewangan yang banyak untuk menampung kehidupan seharian seperti memberi nafkah kepada isteri dan anak-anak, serta menampung kos rawatan dan pembelajaran ahli keluarga. c). Perempuan tidak perlu mengeluarkan nafkah atau menanggung seseorang. Sebaliknya perempuan ditanggung oleh bapa atau walinya sekiranya belum berkahwin dan perbelanjaan selepas berkahwin merupakan tanggungjawab suami. Perkara di atas jelas menunjukkan keadilan syariat Islam. Allah yang bersifat maha pengasih dan penyayang tidak sekali-sekali menzalimi hambanya. Syariat Islam datang dengan keadilan dan tidak mendiskriminasi mana-mana pihak. Walaupun jika dilihat secara kasar wanita mendapat bahagian yang sedikit berbanding lelaki tetapi sebenarnya pusaka yang mereka perolehi adalah milik mereka sematamata dan ia tidak perlu dikongsi dengan pihak lain. Sebaliknya lelaki dibebani dengan tanggungjawab kewangan yang banyak terutama selepas mendirikan rumahtangga. Justeru wajarlah mereka mendapat bahagian pusaka yang lebih berbanding wanita. 2. Penentuan kadar pusaka yang layak diterima oleh anak perempuan yang lebih daripada dua. Perkara ini disebut menerusi ayat yang berbunyi: فا ن كن ن س اء فو ق ا ثن ت ي ن ف له ن ث ل ثا م ا ت ر ك و ا ن ف له ا الن ص ف و اح د ة كان ت Maksudnya : "dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan, jika anak perempuan itu seorang sahaja, maka dia memperoleh separuh harta". Ayat ini menegaskan tentang hak anak perempuan 5 dalam pusaka. Terdapat tiga kadar pusaka yang telah digariskan oleh Islam bagi anak perempuan iaitu satu perdua, dua pertiga dan mewarisi harta pusaka dengan cara ta c sib. Anak perempuan akan mendapat satu perdua daripada harta peninggalan bapa atau ibunya dengan beberapa syarat iaitu : i. tidak ada anak lelaki atau c asabah. ii. hanya dia seorang sahaja dan tidak memiliki adik-beradik perempuan. Manakala dua orang anak perempuan atau lebih akan mendapat dua pertiga daripada bahagian pusaka. Anak perempuan akan mewarisi harta pusaka dengan cara ta c sib sekiranya dia memiliki adik beradik lelaki, di mana adik beradik lelaki akan mendapat dua bahagian manakala perempuan mendapat satu bahagian. Selain daripada kadar pusaka yang diperolehi oleh anak perempuan, difahami daripada ayat ini juga kadar pusaka yang diperolehi oleh cucu perempuan. Ini kerana 5 Yang dimaksudkan dengan anak perempuan ialah anak perempuan seibu sebapa atau anak perempuan sebapa sahaja.(barraj.1999. 339) 4

cucu akan mengambil tempat anak perempuan sekiranya anak perempuan si mati telah tiada. Kadar bahagian pusaka cucu perempuan adalah sama dengan kadar bahagian pusaka anak perempuan iaitu sama ada satu perdua atau dua pertiga atau pewariasan menerusi ta c sib. Contoh pewarisan anak perempuan a). Seorang lelaki meninggal dunia dan meninggalkan seorang anak perempuan, seorang isteri, bapa dengan meninggalkan wang berjumlah $480. Anak perempuan Isteri Bapa 1/2 1/8 1/6 + Baki (5/24) Cara pengiraan : 1/2 + 1/8 + 1/6 = 12+3+ 4 = 19/24 24 $480 bahagi 24= $20 bagi setiap satu bahagian. Oleh sebab itu anak perempuan mendapat $240, isteri mendapat $60 dan bapa $180. b). Seorang perempuan meninggal dunia dan meninggalkan suami, seorang anak lelaki, seorang anak perempuan, seorang adik lelaki kandung dan seorang ibu saudara sebelah ibu dengan meninggalkan wang berjumlah $800. Suami Anak perempuan Anak Lelaki Adik lelaki Ibu saudara 1/4 Baki dengan Baki dengan Terhalang Terhalang cara ta c sib cara ta c sib dengan anak dengan anak lelaki lelaki Cara pengiraan : $800 bahagi 4 = $200 bahagian untuk suami. Baki duit sebanyak $600 bahagi 3 = $200. Oleh itu anak perempuan mendapat $200 manakala anak lelaki mendapat $400. c). Ahmad meninggal dunia dan meninggalkan seorang isteri, empat orang anak perempuan, seorang adik perempuan kandung dan bapa dengan meningglkan wang berejumlah $4800. Isteri 4 orang anak perempuan Adik perempuan Bapa 1/8 2/3 Terhalang dengan 1/6 + Baki (1/24) bapa Cara pengiraan : 1/8+2/3+1/6 = 3+16+4 = 23/24 24 $4800 bahagi 24 = $200 bagi setiap satu bahagian. Oleh itu isteri mandapat $600, $3200 untuk 4 orang anak perempuan ($800 setiap seorang) dan bapa mendapat sebanyak $1000. 3. Kadar bahagian pusaka yang layak diambil oleh Ibu menerusi firman Allah: و لا ب و ي ه الث ل ث فا ن و اح د ل كل م ن ه م ا الس د س م م ا ت ر ك ا ن كا ن له و ل د فا ن ل م ي كن ل ه و ل د و و ر ثه ا ب و ا ه فلا م ه كا ن له ا خ و ة فلا م ه الس د س 5

Maksudnya : "dan untuk kedua-dua orang ibubapa, bagi masing-masing satu perenam dari harta yang ditinggalkan, jika orang yang meninggal mempunyai anak ;jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubanya (sahaja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika orang yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam". Ayat di atas menjelaskan bahawa kadar pusaka ibu terbahagi kepada dua iaitu 1/6 atau 1/3. Ibu akan mendapat 1/3 daripada harta pusaka dengan dua syarat. Pertama si mati tidak mempunyai anak atau cucu sama ada perempuan atau lelaki atau ke bawah. Kedua, si mati tidak mempunyai dua orang atau lebih adik beradik lelaki atau perempuan seibu sebapa atau sebapa atau seibu. i). ii) Manakala kadar 1/6 akan diterima oleh ibu si mati dalam dua keadan: sekiranya si mati mempunyai anak atau cucu sama ada perempuan atau lelaki jika si mati mempunyai dua orang atau lebih adik beradik lelaki atau perempuan seibu sebapa atau sebapa atau seibu. Contoh pewarisan ibu a). Aminah telah meninggal dunia dan meninggalkan ibu, bapa, kakak seibu sebapa dan abang seibu dengan meningglkan wang sejumlah $3000. Bapa ibu Kakak seibu sebapa abang sebapa Baki dengan (5/6) 1/6 terhalang terhalang dengan cara ta c sib dengan bapa bapa Cara pengiraan : $3000 bahagi 6 = $500 untuk setiap bahagian pusaka. Dalam keadaan ini ibu mendapat 1/6 kerana si mati memiliki adik-beradik seramai dua orang. Oleh sebab itu ibu mandapat $500 daripada wang peninggalan si mati. Manakala bapa mendapat baki peninggalan iaitu sebanyak $2500. b). Ali telah meninggal dunia dan meningglakan bapa, ibu dan adik lelaki seibu sebapa dengan meninggalkan wang sejumlah $2100. Bapa Ibu adik lelaki seibu sebapa Baki dengan (2/3) 1/3 terhalang dengan bapa Cara ta c sib Cara pengiraan : $2100 bahagi 3 = $700. Dalam keadaan ini ibu mendapat 1/3 kerana si mati tidak mempunyai anak dan hanya mempunyai seorang adik lelaki sahaja. Oleh itu ibu mendapat $700 manakala bapa mendapat baki wang iaitu $1400. 4.2 HAK WANITA DALAM PUSAKA SEBAGAIMANA YANG DIJELASKAN DALAM AYAT 12 SURAH AL-NISA Di dalam ayat 12 surah al-nisa' terdapat dua hukum yang berkaitan dengan hak wanita dalam pusaka. Pertama hak isteri terhadap harta peninggalan suami dan kedua hak adik-beradik perempuan seibu ke atas pusaka si mati. 6

Kadar pusaka isteri dapat ditentukan menerusi ayat : و له ن الر ب ع م م ا ت ر كت م ا ن ل م ي كن ل ك م و ل د فا ن كا ن ل ك م و ل د ف له ن الث م ن م م ا ت ر كت م م ن ب ع د و ص ي ة ت وص و ن ب ه ا ا و د ي ن Ertinya :"para isteri memperolehi seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperlapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu" Ayat di atas menjelaskan bahawa isteri mendapat 1/4 daripada harta peninggalan suami sekiranya suami tidak memiliki anak. Jumhur ulama bersepakat mengatakakan bahawa anak di dalam ayat tersebut bermaksud furu c waris 6 iaitu anak atau anak kepada anak lelaki dan ke bawah, sama ada furu c waris berasal daripada isteri tersebut atau isteri yang lain (Zaidan.1994.267). Sekiranya suami mempunyai furu c waris, maka isteri hanya layak mendapat 1/8. Contoh Pewarisan Isteri a). Omar meninggal dunia dan meninggalkan seorang isteri, ibu dan adik lelaki kandung dengan meninggalkan wang berjumlah $1200. Isteri Ibu Adik lelaki kandung 1/4 1/3 baki (5/12) Cara pengiraan : 1/4 + 1/3 = 3+4 = 7/12 12 $1200 bahagi 12 = $100 bagi setiap saham. Oleh itu isteri mandapat $300, ibu mendapat $400 dan adik lelaki kandung mendapat $500. b). Seorang lelaki meninggal dunia dan meninggalkan 3 orang anak perempuan, dua orang isteri, ibu dan bapa serta meninggalkan wang berjumlah $540. 3 anak perempuan 2 isteri ibu bapa 2/3 1/8 1/6 1/6+ baki Cara pengiraan : 2/3 + 1/8 + 1/6 + 1/6 = 16+3+4+4 = 27/24 (masalah c ailah) 24 $540 bahagi 27 = $20 bagi setiap satu bahagian. Oleh itu 3 orang anak perempuan mendapat $320 ($106.66 bagi setiap seorang), 2 orang isteri mendapat $60 ($30 setiap seorang), ibu dan bapa masing-,masing mendapat $80. Selain daripada kadar pusaka yang diterima oleh isteri, terkandung juga dalam ayat 12 surah al-nisa pembahagian kadar pusaka bagi adik-baradik perempuan seibu bagi si mati. Ini ditegaskan melalui ayat yang berbunyi : 6 Tidak termasuk dalam furu c waris anak kepada anak perempuan dan ke bawah kerana mereka dinasabkan kepada keluarga bapa mereka dan bukannya si mati (al-shalabiyy.1978.130) 7

و ا ن ذل ك كان فه م ر ج ل ي ور ث ك لا ل ة ا و ام ر ا ة و له ا خ ا و ا خ ت ش ر كاء ف ي الث ل ث م ن ب ع د و ص ي ة ي وص ى ب ه ا ا و فل كل و اح د م ن ه م ا الس د س فا ن كان و ا ا ك ث ر م ن د ي ن غي ر م ض ا ر و ص ي ة م ن ال ل ه و الل ه ع ل ي م ح ل ي م Maksudnya : " Jika seseorang mati, baik lelaki mahupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara lelaki (seibu sahaja) atau seorang saudara perempuan (seibu sahaja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudarasaudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris 7 )" Ulama sependapat mengenai makna "Kalakah" di dalam ayat di atas iaitu seseorang meninggal dunia tanpa meninggalkan ayah (asl) mahupun anak (fur c )(Ibn Kathir.1994.610) Ulama juga bersepakat menngatakan bahawa "akh" dan "ukht" di dalam ayat ini ialah adik beradik lelaki dan perempuan sebelah ibu sahaja kerana adik beradik seibu sebapa atau sebapa menerima pusaka dengan cara ta c sib (al-qurtubiyy. 1995.68). Perlu ditegaskan disini, adik beradik seibu tidak layak mendapat pusaka si mati sekiranya si mati memiliki ayah (asl) mahupun anak (fur c ). Mereka juga tidak layak mendapat pusaka sekiranya terdapat mawani c al-irth (penghalang daripada mendapat pusaka) seperti mereka kafir atau membubuh (Barraj. 1999.357). Kadar yang diperolehi oleh adik beradik lelaki mahupun perempuan seibu ialah 1/6 atau 1/3. Apabila si mati meninggalkan seorang adik beradik lelaki seibu atau seorang adik beradik perempuan seibu maka masing-masing mendapat 1/6. Dan apabila si mati meninggalkan sekurang-kurangnya dua orang adik beradik seibu lelaki mahupun perempuan, maka mereka mendapat 1/3 daripada harta si mati yang dibahagi sama rata. Contoh Pewarisan adik beradik seibu a). Lina meninggal dunia dan meninggalkan suami, ibu, kakak kandung dan kakak seibu serta meninggalkan wang berjumlah $840. Suami Ibu Kakak kandung Kakak seibu 1/2 1/6 1/2 1/6 Cara pengiraan : 1/2 + 1/6 + 1/2 + 1/6 = 3+1+3+1 = 8/6 6 $840 bahagi 6 = $105 bagi setiap satu bahagian. Oleh itu suamimendapat $315, ibu menpdapat $105, kakak kandung mendapat $315 dan kakak seibu mendapat $315. b). Kadijah meninggal dunia dan meninggalkan suami, adik perempuan kandung dan empat orang adik beradik seibu dengan meninggalkan wang berjumlah $5600. 7 memudharatkan waris dengan tindakan seperti mewasiatkan lebih daripada sepertiga harta pusaka atau berwasiat bertujuan untuk mengurangi harta warisan. 8

Suami adik perempuan kandung 4 adik beradik seibu 1/2 1/2 1/3 Cara pengiraan : 1/2 + 1/2 + 1/3 = 3+3+2 = 8/6 6 $5600 bahagi 6 = $700 bagi setiap bahagian.oleh itu suami mendapat $2100, adik perempuan kandung juga mendapat $2100 dan 4 orang adik beradik seibu mendapat $1400 ($350 setiap seorang) 4.3 HAK WANITA DALAM PUSAKA SEBAGAIMANA YANG DIJELASKAN DALAM AYAT 176 SURAH AL-NISA Ayat 176 berbunyi : ف ي ي فت ي ك م الل ه ق ل ي س ت فت ون ك ي ر ث ه ا ا ن ل م ي كن له ا و ل د فا ن ا ل ك لا ل ة كان ت ا ا ن ا ثن ت ي ن ام ر و ف له م ا ه ل ك الث ل ثا ن لي س م ثل ح ظ الا ن ثي ي ن ي ب ي ن الل ه ل ك م ا ن ت ض ل و ا و الل ه ب كل ش ي ء م م ا له ت ر ك و ل د و ا ن ا خ ت و له كا نو ا ف له ا ا خ و ة ن ص ف ر ج ا لا م ا و ن س اء و ه و ت ر ك ل لذ كر ع ليم Maksudnya : "mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah:"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalakah (iaitu):jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudara perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkan, dan saudaranya yang lelaki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi ika saudaraperempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris terdiri dari) saudara-saudara lelaki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara lelaki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". Ayat di atas membicarakan tentang pewarisan "kalalah" iaitu bahagian yang diperolehi oleh adik beradik seibu sebapa atau adik beradik sebapa apabila si mati tidak meninggalkan ayah (asl) mahupun anak (fur c ). Perbezaan antara pewarisan "kalalah" dalam ayat ini dan ayat 12 ialah ayat 12 membicarakan tentang kadar pusaka yang diterima oleh adik beradik seibu manakala ayat 176 ini membicarakan tentang kadar yang diperoleh oleh adik beradik seibu sebapa atau sebapa. Daripada ayat di atas difahami bahawa kadar pusaka adik beradik perempuan seibu sebapa adalah seperti berikut (Barraj 1999.364) : i) mendapat separuh dengan syarat : - hanya dia seorang yang mewarisi pusaka si mati - tidak ada 'asabah bersamanya - tidak ada orang yang menghalangnya daripada mendapat pusaka ii) mendapat dua pertiga sekiranya mereka dua orang atau lebih dengan syarat tidak ada 'asabah bersamanya dan tidak ada orang yang menghalangnya daripada mendapat pusaka iii) al-ta c sib bi al-ghair sekiranya perempuan tersebut mendapat pusaka dengan cara 'asabah bersama adik beradik lelaki kandung, maka mereka mendapat 9

semua harta peninggalan dengan mengambil kira bahawa lelaki mendapat dua bahagian dan perempuan mendapat satu bahagian. iv) al-ta c sib ma c a al-ghair sekiranya adik beradik perempuan kandung si mati tidak mendapat pusaka dengan cara 'asabah bersama adik beradik lelaki kandung si mati dan si mati mempunyai fur c waris perempuan seperti anak perempuan, cucu perempuan kepada anak lelaki atau kedua-duanya sekali sama ada seorang mahupun ramai, maka adik beradik perempuan seibu sebapa mendapat baki daripada harta yang diambil oleh fur c waris perempuan. v) Adik beradik perempuan seibu sebapa terhalang daripada mendapat pusaka dengan wujudnya fur c waris lelaki walaupun ada barsamanya 'asabah. Begitu juga mereka terhalang dengan adanya bapa si mati dan datuk 8. Manakala kadar pusaka adik beradik perempuan sebapa adalah seperti berikut (Zaidan.1994.307) : i) mendapat separuh dengan syarat : - hanya dia seorang sahaja yang mewarisi harta peninggalan si mati - tidak ada adik beradik lelaki sebapa yang menjadi 'asabah bersamanya - tidak ada fur c waris perempuan yang menjadi 'asabah bersamanya - si mati tidak memiliki adik beradik perempuan seibu sebapa - tidak ada sesiapa yang menghalangnya daripada menerima harta pusaka si mati. ii) mendapat dua pertiga sekiranya bilangan adik beradik perempuan sebapa melebihi dua orang dan si mati tidak memiliki adik beradik perempuan kandung serta tidak terdapat adik lelaki sebapa yang menjadi 'asabah bersamanya dan tidak terhalang dengan wujudnya bapa. ii) mendapat satu perenam berkongsi dengan adik beradik perempuan seibu ebapa sama ada dia seorang atau ramai yang mewarisi harta si mati. Keadaan ini berlaku sekiranya tiada 'asabah. iv) ta c sib dengan adik beradik lelaki sebapa sama ada seorang atau lebih dan sama ada perempuan tersebut seorang atau lebih, maka mereka mendapat pusaka sepenuhnya sekiranya si mati tidak meninggalkan waris lain atau mereka mendapat baki setelah waris si mati mengambil bahagian masing-masing. Harta yang diambil oleh adik beradik perempuan dan lelaki sebapa ini dibahagi dengan kadar dua nisbah satu. v) ta c sib bersama anak perempuan atau cucu perempuan si mati dan ke bawah,maka adik beradik perempuan sebapa mendapat baki harta yang telah diambil oleh anak perempuan dan cucu perempuan si mati. vi) tidak layak mendapat pusaka kerana dihalang oleh dua orang adik beradik perempuan seibu sebapa si mati atau dihalang oleh bapa, datuk 9 dan anak lelaki si mati. Adik beradik perempuan sebapa bagi si mati juga terhalang dengan adanya adik beradik perempuan dan lelaki seibu sebapa si mati. 8 Sebahagian ulama mengatakan datuk tidak menghalang adik beradik perempuan daripada mendapat pusaka. 9 Sebahagian ulama mengatakan datuk tidak menghalang adik beradik perempuan daripada mendapat pusaka. 10

Contoh pewarisan adik beradik perempuan seibu sabapa dan adik beradik perempuan sebapa a) Seorang perempuan meninggal dunia dan meninggalkan suami dan seorang adik perempuan kandung serta meninggalkan wang berjumlah $490. Suami adik perempuan kandung 1/2 1/2 Cara pengiraan : $490 bahagi 2 = $245 nilai bagi setiap satu bahagian. Oleh itu Suami dan adik perempuan kandung si mati masing-masing mendapat $245. b) Seorang perempuan meninggal dunia dan meninggalkan suami, ibu. dua orang kakak seibu, adik perempuan kandung dan kakak sebapa dan meninggalkan wang berjumlah $620. Suami ibu 2 kakak seibu adik perempuan kandung kakak sebapa 1/2 1/6 1/3 1/2 1/6 Cara pengiraan : 1/2 + 1/6 + 1/3 + 1/2 + 1/6 = 3+1+2+3+1 = 10/6 (Masalah c ailah) 6 $620 bahagi 10 = $62 nilai bagi setiap bahagian. Oleh itu suami mendapat $186, ibu mendapat $62, 2 orang kakak seibu mendapat $124 ( setiap seorang mendapat $62), adik perempuan kandung mendapat $186 dan kakak sebapa mendapat $62. c) Seorang lelaki meninggal dunia dan meninggalkan seorang isteri, seorang anak perempuan, seorang anak lelaki, dua orang kakak sebapa dan ibu serta meninggalkan wang berjumlah $1248. Isteri anak perempuan anak lelaki 2 kakak sebapa ibu 1/8 mengambil baki dgn mengambil baki dgn Terhalang dengan 1/6 cara ta c sib 17/24 cara ta c sib (17/24) anak lelaki Cara pengiraan : 1/8 + 1/6 = 3 +4 = 7/24 24 $1248 bahagi 24 = $52 nilai setiap satu bahagian. Oleh itu isteri mendapat $156, ibu mendapat $208 dan anak perempuan dan lelaki mendapat $884 (anak perempuan mendapat $294.6 dan anak lelaki mendapat $589.3). 4.4 KEADAAN DI MANA WANITA MENDAPAT SAMA ATAU LEBIH BAHAGIAN PUSAKA BERBANDING LELEKI Dalam sesetengah keadaan, wanita boleh mendapat harta peninggalan si mati lebih daripada apa yang telah ditetapkan oleh syarak. Berikut adalah keadaan yang membolehkan wanita mendapat harta peninggalan lebih berbanding lelaki : 1. Kedua ibubapa akan mendapat 1/6 sekiranya si mati mempunyai anak. Adik beradik seibu mendapat bahagian yang sama tidak kira lelaki atau perempuan. 2. Melalui hibah. Menurut Kamus Dewan hibah bermaksud pemberian hak (harta) secara sukarela kepada orang lain dengan tujuan baik (2002.453). Seorang wanita boleh mendapat bahagian pusaka harta peninggalan si mati sebagaimana yang ditetapkan oleh al-quran dan pada waktu yang sama dia juga boleh mendapat harta tersebut dengan cara hibah. Sebagai contoh seorang lelaki meninggal dunia dan meninggalkan isteri, ayah, seorang anak perempuan dan 11

seorang anak lelaki. Sebelum meninggal lelaki tersebut telah menghadiahkan beberapa hartanya kepada anak perempuannya. Dalam keadan ini anak perempuan tersebut bukan sahaja mendapat bahagian pusaka dengan cara ta c sib (berkongsi) dengan adik beradik lelaki tetapi dia juga berhak mengambil hibah yang telah diberikan si mati semasa hayatnya. 3. Perempuan boleh mendapat lebih daripada bahagian pusaka yang telah ditetapkan melalui takharuj. Penutup Takharuj bererti persetujuan oleh seorang pewaris atau kesemua pewaris untuk menarik diri daripada mengambil haknya dalam pusaka sebaliknya pewaris tersebut menerima sesuatu sebagai ganti, sama ada gantian tersebut diambil daripada peninggalan pusaka atau tidak. (Zaidan.1994.420). Dalam kata lain, pewaris menggugurkan haknya daripada mengambil harta pusaka. Telah diriwayatkan bahawa Abdul Rahman bin c Auf mempunyai empat orang isteri. Semasa beliau dalam keadaan sakit teruk (marad almaut), beliau telah menceraikan salah seorang isterinya iaitu tamadir bint alasbagh dan Abdul Rahman bin c Auf meninggal ketika tamadir dalam iddah. Maka dia layak menerima harta peninggalan Abdul Rahman sebanyak 1/8. dan tamadir setuju menerima 1/4 daripada 1/8 bahagiannya, lalu dikeluarkan 83 ribu dinar sebagai gantiannya (al-syalabiyy.1978.366). Berdasarkan konsep takharuj ini, wanita boleh mendapat harta pusaka lebih daripada apa yang ditetapkan oleh syarak. Ayat 11, 12 dan 176 surah al-nisa' menjelaskan dengan terperinci hak wanita dalam penerimaan harta pusaka. Penetapkan hak ini jelas membuktikan bahawa Islam tidak meminggirkan golongan hawa ini. Dakwaan yang mengatakan bahawa sistem pusaka Islam tidak adil kerana melebihkan lelaki dalam pusaka adalah melesit sama sekali. Lelaki dibebani dengan tanggungjawab kewangan yang berat. Justeru wajarlah mereka mendapat bahgian yang lebih berbanding perempuan sedangkan perempuan memiliki harta pusaka sepenuhnya tanpa perlu diagih kepada pihak lain. Bahkan dalam sesetengan keadaan wanita mendapat bahagian lebih berbanding lelaki. Keadilan sistem pusaka Islam tidak perlu diragukan lagi kerana Allah S.W.T Maha Adil, Maha Mengetahui keadaan hambanya. Bibliografi al-quran al-karim al-quran dan terjemahannya. Madinah.1999. Majma c Malik Fahd. Abd al-rahman al- c Ak. Adab al-hayat al-zaujiyyah fi dau al-kitab wa al-sunnah. 1997. Beyrut. Dar al-ma c rifah. Fadil Hassan Abbas & Sana Hassan Abbas. I c jaz al-quran al-karim. 1991. Amman. Dar al-furqan. 12

Ibn Kathir, Abu al-fida Isma c il bin Kathir. Tafsir al-quran al- c azim. Jil.1. 1994. Riyad. Dar al-salam Kamus Dewan. Edisi 3.2002. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka. Muhammad Barraj, Jum c ah Muhammad. Ahkam al-mirath fi al-syari c ah al- Islamiyyah.1999. Amman. Dar Yafa al- c ilmiyyah. Al-Qurtubiyy, Abu c Abdullah bin Ahmad. Al-Jami c li ahkam al-quran. Jil.3.1995.Beyrut. Dar al-fikr Al-Sabuniyy, Muhammad c Aliyy. Al-Mawarith fi al-syari c ah al-islamiyyah fi dau al-kitab wa al-sunnah. 1993. Dimasyq. Dar al-qalam. Al-Sabuniyy, Muhammad c Aliyy. Terj:H.Zaid Husein al-hamid. Ilmu hukum waris menurut ajaran Islam. T.th. Surabaya. Mutiara Ilmu. Al-Syalabiyy, Muhammad Mustafa. Ahkam al-mawarith bayna al-fiqh wa al-qanun. 1978.Beyrut. Dar al-nahdah al- c Arabiyyah. Zaidan, Abd al-karim. Al-mufassal fi ahkam al-mar'ah wa al-bayt al-muslim fi syari c ah al- Islamiyyah. Cet.2.1994. Beyrut. Muassasah al-risalah. Zainal Abidin. Al-Faraidh. T.th. Kuliah al-lughah wa al-din Sultan Abu Bakar. Al-Zuhailiyy, Wahbah. al-fiqh al-islamiyy wa adillatuh. J.10. 2004.Beyrut. Dar al-fikr 13