ANALISA EROSI DAN VIBRASI PADA SISTEM PERPIPAAN AKIBAT ALIRAN FLUIDA BERKECEPATAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR ZELVIA MANGGALASARI Dosen Pembimbing I : Dr. Melania Suweni Muntini Dosen Pembimbing II : Drs.

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

BAB IV ANALISIS TEGANGAN PADA CABANG PIPA

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

EVALUASI DISAIN INSTALASI PIPA FRESH FIRE WATER STORAGE TANK

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

NAJA HIMAWAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

PROPYLENE PROJECT (ROPP)

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

BAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

PERHITUNGAN TEGANGAN PIPA DARI DISCHARGE KOMPRESOR MENUJU AIR COOLER MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.10 PADA PROYEK GAS LIFT COMPRESSOR STATION

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

PENGARUH GEMPA PATAHAN LEMBANG TERHADAP FLEKSIBILITAS PIPA DAN KEGAGALAN NOZEL PERALATAN SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (LOW PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC

ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN BONGKAR MUAT KAPAL TANKER MT. AVILA 6300 DWT. DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CAESAR II v5.10.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

Analisa Kegagalan Crane Pedestal Akibat Beban Ledakan

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

BAB II TEORI TEGANGAN PIPA DAN PERANGKAT BANTU ANALISA

ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE

ANALISIS PERHITUNGAN REACTION FORCE PADA DISCHARGE POINT DARI SAFETY VALVE SISTEM PERPIPAAN REAKTOR NUKLIR

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Project Management Awareness

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA)

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis

BAB IV PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) CAESAR II VERSI 2014

Gambar 1.1 Sistem perpipaan steam 17 bar

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

BAB I PENDAHULUAN. sangat kecil seperti neutron dan elektron-elektron. kontraktor yang bergerak dibidang EPC, Petrochemical, LNG.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) B-276

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel)

Konsep Dasar Getaran dan Gelombang Kasus: Pegas. Powerpoint presentation by Muchammad Chusnan Aprianto

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

PERENCANAAN EXPANSION SPOOL DAN ANCHOR BLOCK PERENCANAAN PIPA DAN EXPANSION SPOOL PADA PIPA PENYALUR SPM

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT I DAN UNIT II MENUJU HEAT EXCHANGER DI PLTU BELAWAN

PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT

ANALISA FATIGUE AKIBAT TEKANAN INTERNAL SIKLIS PADA DENTED PIPE

Transkripsi:

ANALISA EROSI DAN VIBRASI PADA SISTEM PERPIPAAN AKIBAT ALIRAN FLUIDA BERKECEPATAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.1 Afani Roma Arisa, Didiek Basuki, Achmad Chamsudi 1, Melania Suweni Muntini, Gontjang Prajitno, Jurusan Fisika, Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 Abstrak - Telah dilakukan analisa vibrasi dan erosi pada system perpipaan terhadap pengaruh aliran fluida berkecepatan tinggi dengan permodelan menggunakan software CAESAR II 5.1. Analisis dilakukan dengan permodelan dari titik ke titik untuk analisa kekuatan pipa secara statis dan vibrasi menggunakan software CAESAR 5.II yang mempunyai kemampuan dalam memberikan gambaran visual berupa bentuk sistem perpipaan maupun hasil analisa mengenai tegangan, gaya, displacement, momen, dan frekuensi natural pada pipa, serta melaporkan terjadinya terjadinya tegangan yang berlebihan pada sistem perpiapaan yang akan dianalisa. Pada analisa didapatkan model sistem perpipaan yang sesuai dengan code ASME B.31.3 dengan nilai frekuensi natural pipa sebesar 16,7 Hz. Sedangkan Analisa erosi dilakukan dengan menggunakan standard API 14E. Dari hasil analisa didapatkan model yang telah memenuhi standart ASME B.31.3, sedangkan untuk analisa erosi diperoleh hasil bahwa terjadi erosi pada pipa karena V>V e. Kata Kunci: CAESAR II 5.1, Erosi, Vibrasi Abstrac - Vibration and erosion analysis has been done on the system piping of the influence of fluid flow with a Mach.7 speed modeling using software CAESAR II 5.1. Modeling analysis performed by the node to node for static analysis of the pipe strength and vibration using CAESAR 5.II software that has the ability to provide a visual picture of the form of piping systems and the analysis of stress, force, displacement, torque, and the natural frequency of the pipe They also reported the occurrence overstress of the piping system to be analyzed. In the analysis of piping system model is obtained in accordance with ASME B.31.3 code with the natural frequency of 16.7 Hz pipe. While the erosion analysis carried out by manual analysis using a standard API 14E. From the analysis of models obtained in compliance with ASME B.31.3 standard, whereas the results obtained for the analysis of erosion that occurs due to erosion of the pipe V> Ve. Keywords: CAESAR II 5.1, Erosion, Vibration I. PENDAHULUAN ebagai perusahaan yang bergerak dibidang S Engineering, Procurement dan Conctruction atau lebih dikenal EPC PT. Rekayasa Industri melakukan berbagai analisa dalam setiap perencanaan pembangunan pabrik. Saat ini PT. Rekayasa Industri dipercaya untuk membuat sebuah pabrik oleh sebuah perusahaan yang bergerak dibidang eksplorasi dan produksi di laut dalam, eksploitasi dan manajemen reservoir, teknologi seismik 3D, petroleum coke upgrading kelas tinggi dan sulfur removal Dalam perencanaan sebuah pabrik keselamatan sangatlah diutamakan. Oleh kerena hal tersebut setiap plan selalu dilakukan analisis, mulai dari desain, kontruksi bangunan, material, dsb. Analisis sangatlah penting dilakukan agar nantinya pabrik yang berdiri aman sehingga proses produksinya-pun berjalan dengan lancar. Pada pembuatan tugas akhir ini dilakukan analisa pada sistem perpipaan yang terdapat pada proyek tersebut. Hal yang perlu dianalisa dalam tugas akhir ini adalah analisa vibrasi dan erosi yang disebabkan oleh aliran fluida dengan kecepatan,7 Mach. Analisa dilakukan dengan perhitungan manual dan dengan menggunakan software CAESAR II versi 5.1 II. URAIAN PENELITIAN A. Getaran Getaran adalah gerak periodik atau sesuatu yang bergerak berulang setelah interval/waktu tertentu. Secara sederhana digambarkan seperti gambar di bawah ini: Gambar 2.1 Getaran Harmonik Dalam kondisi sehari-hari getaran yang timbul lebih kompleks daripada penggambaran di atas. Contohnya getaran yang ditimbulkan oleh mesin, pompa, kompresor dll. Untuk getaran yang kompleks, biasanya [1] Staf Divisi Piping PT Rekayasa Industri

ada banyak sumber getaran. Setiap suber getaran mempunnyai kurva gelombang sendiri-sendiri, namun pada prinsipnya ditambahkan dan ditampilkan sebagai kesatuan yang ditampilkan dengan domain waktu dan domain frekuensi. Domain waktu diplot sebagai amplitude getaran terhadap waktu atau jumlah matematis dari fungsi harmonic sederhana. Semua data dari perubahan amplitudo dalam selang waktu tertentu semua harus dimasukkan pada semua mesin gerak linier. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui perubahan dalam kondisi operasi. Namun data dari domain waktu sulit untuk digunakan, karena semua data getaran dalam jenis plot ditambahkan untuk mewakili perpindahan total pada setiap perubahan waktu. Domain frekuensi (f), dalam sudut pandang sederhana adalah fungsi getaran harmonic yang berhubungan dengan frekuensi lingkaran dari komponen yang bergerak berputar. Oleh karena itu frekuensi ini adalah efek dari kecepatan dari mesin yang dinyatakan dalam revolusi per menit (rpm), siklus per menit (cpm), atau bias juga siklus per detik (rad/s). Menentukan frekuensi adalah langkah dasar dalam menganalisis kondisi operasi dari sebuah sistem perpipaan. Data dari domain frkuensi mengubah data domain waktu memungkinkan mencangkup getaran komponen sistem perpiaan. Amplitude dari domain frekuensi bisa berpindah per unit satuan waktu yang berkaitan dengan frekuensi tertentu. Untuk fluida yang bergerak dengan kecepatan tertentu dan dengan kecepatan sudut (berputar) perubahan keduanya menyababkan adanya getaran pada sebuah sistem. Perubahan tersebut mengindikasikan adanya peningakatn atau penurunan amplitude dari pipa. Secara empiris besarnya frekuensi fluida yang mengalir dalam sebuah sistem perpipaan dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini: Dimana : f fluida = 4.m π.d 2.ρ.L m = mass flow rate (lb/s) D 2 = diameter pipa (ft) ρ = massa jenis fluida (lb/ft 3 ) L = panjang peluruhan getaran (ft) (2.1) natural dari suatu sistem perpipaan tidak memenuhi hal tersebut maka besar kemungkinan terjadi kerusakan pada sistem tersebut. B. Kecepatan Erosi (API 14E 2.5) Jalur aliran proses produksi dan beberapa jalur transportasi gas dan cair di aliran dua fasa harus berukuran lebih besar daripada kecepatan aliran dasar. Hal ini dikarenakan dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa hilangnya ketebalan dinding pipa terjadi karena adanya erosi. Proses erosi terjadi akibat adanya fluida berkecepatan tinggi pada jalur pipa tersebut. Prosedur yang dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan erosi didapatkan dari data spesifik dari fluida yang mengalir. Batas kecepatan erosi yang terjadi secara empiris telah diatur pada API 14E yaitu : V e = C (2.3) ρm dimana, V e C ρ m = Kecepatan erosi = konstanta empiris = massa jenis fluida Dari pengalaman di industri selama ini besarnya nilai C adalah sesuai dengan data yang diperoleh dari material pipa yang digunakan. Ketika nilai V e telah diketahui, nilai tersebut dibandingkan dengan kecepatan aliran fluida yang mengalir. Besarnya kecepatan fluida harus lebih kecil daripada V e. C. Batasan Stress pada Pipa Dalam menganalisa tegangan pipa pada Chemical Plant dan Petroleum, batasan stress yang diijinkan atau allowable stress diatur dalam ASME B31.3. Untuk itu perlu dianalisa dari beban sustain, ekspansion dan occasional. Pada beban sustain, stress yang terjadi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : PD/4t n + F ax A + (S b 2 + 4S t 2 ) + S L S h (2.4) Frekuensi di atas merupakan frekuensi yang terjadi pada fluida yang mengalir. Untuk mencegah terjadinya kegagalan pada sistem perpipaan maka frkuensi natural pada pipa harus lebih besar dari frekuensi fluida yang mengalir, seperti ditunjukkan pada persamaan di bawah ini: f natural 1.2 f fluida (2.2) Dari persamaan di atas menyatakan bahwa frekuensi natural suatu sistem perpiaan minimal adalah 1.2 kali frekuensi fluida yang mengalir. Jika frekuensi dengan, S b = (i im i ) 2 + i o M 2 Z S t = M t, psi 2Z dimana, F ax = aksial S h = batas tegangan material pipa pada temperature maksimum S b = Resultan tegangan akibat beban lentur = Tegangan puntir S t (2.5)

M i i i M i o Z K = In-plane bending moment = in-plane stress intensification factor = out-of-plane bending moment = out-of-plane stess intensification factor = Section modulus of pipe = 1.15 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 1% periode operasi 1.2 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 1% periode operasi Pada beban ekspansi, stress yang terjadi bisaanya diakibatkan oleh adanya thermal expansion (penjalaran termal). Nilai strees nya dapat dirumuskan sebagi berikut: dimana: S a = Allowable stress range untuk expansion stress, psi (kpa) S c = Basic material allowable stress pada temperatur minimum, psi (kpa) S e = Stress akibat ekspansi termal f = Faktor pengurangan stress D. Metode Analisa Vibrasi Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan memodelkan isometric dengan menggunakan software CAESAR II 5.1. dari permodelan dilakukan perbandingan dengan hasil perhitungan nilai frekuensi natural sistem perpipaan dan besarnya gaya yang bekerja pada sistem perpipaan. E. Metode Analisa Erosi Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa terjadinya erosi dalam system perpipaan yaitu dengan membandingkan besarnya kecepatan erosi dengan laju kecepatan aliran fluida. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat persamaan 2.15. Dari hasil perhitungan kemudian dilakukan perbandingan dengan kecepatan aliran fluida. Apabila V e > V maka pada system tersebut tidak mengalami erosi, namun apabila V e V maka system perpiaan tersebut mengalami erosi pada dinding-dinding pipanya. Apabila terjadi erosi dilakukan analisa untuk memberikan rekomendasi agar tidak terjadi erosi. 2. Berat jenis pipa :7833.4399 kg/m 3 3. Diameter pipa Pipa Header : 24 Inch Pipa Sub Header A : 16 Inch Pipa Sub Header B : 6 Inch 4. Temperatur desain : 2 o F 5. Temperatur Operasi : 8 o F 6. Kecepatan fluida :.7 Mach Table 4.1 Hasil Tegangan Analisa Case Stress (kg/cm 2 ) Allowable (kg/cm 2 ) Persentase (%) (Hydrotes) 2 687.4 28.6 34.2 (Sustain) 2 423.9 6. 3.1 (Ekspansi) 2 991 3231.8 3.7 G. Analisa Vibrasi Besarnya nilai vibrasi yang diijinkan pada pipa dapat dihitung dari frekuensi fluida yang mengalir. Karena frekuesi natural pada pipa haruslah lebih besar dari frekuensi fluida. Untuk menghitung frekuensi fluida digunakan persamaan (2.1) seperti di bawah ini: Dari persamaan di atas, di dapatkan data dari proses engginer berupa: Tabel 4.2 Data Besaran dari proses Engginer No. Property Value 1. Mass Flow (lb/hr) 5551.8 2. Equvalent length (ft) 38.27 3. Velocity (ft/s) 993.37 4. Mach Number.7 5. ρv 2 (lb/ft/s 2 ) 11966 Dari data di atas dapat dihitung besarnya nilai massa jenis fluida (ρ) sebagai berikut: Sehingga, F. Analisa Statik Data sistem perpipaan: 1. Bahan Pipa : Carbon Steel

Nilai Maka frekuensi natural pipa: Dari permodelan didapatkan hasil frekuensi natural sistem perpipaan adalah: Tabel 4.3 Frekuensi Naatural Sistem Perpipaan Mode Frekuensi (HZ) Frekuensi (rad/sec) Period (sec) 1 16.749 15.234.6 2 18.24 114.62.55 3 19.511 122.594.51 4 2.49 125.969.5 5 2.66 129.81.48 Dengan gaya yang bekerja pada setiap titik pada sistem perpipaan pada tiap kondisi seperti ditunjukkan pada grafik di bawah ini: 4 3 2 - -2-3 -4 1 5 Gambar 2.2 Grafik Saat Kondisi Operating Nilai 5-5 - -15 4 2 Nilai -2-4 1 5 Gambar 2.4 Grafik Saat Kondisi Sustain 1 5 Gambar 2.5 Grafik Saat Kondisi Expansion F. Analisa Erosi Analisa erosi pada jalur pipa header terjadi karena aliran fluida yang mempunyai kecepatan tinggi, yaitu,7 Mach. Hal ini ditunjukkan pada perhitungan erosi pada jalur PXCGP-3-FH-48-1-AA sebagai berikut: Nilai - -2-3 -4 1 5 Gambar 2.3 Grafik Saat Kondisi Hydrotest Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan bahwa kecepatan erosi pada pipa adalah 717.92 ft/sec. Sedangkan kecepatan fluida yang mengalir pada pipa pada saat upstream adalah 746.529 ft/sec dan saat downstream 993.37 ft/sec, hal ini menunjukka bahwa pada pipa tersebut terjadi erosi. Karena syarat agar pipa tidak terjadi erosi yaitu : V e > V Karena syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga harus dilakukan analisa lebih lanjut.

Berdasarkan fungsinya yang digunakan untuk mengalirkan fluida yang mempunyai ρm =.1213 dan dengan kecepatan maksimal 993.37 maka yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah material pipa yang digunakan. Sehingga perhitungan dirubah dengan mengamsusikan bawa kecepatan fluida adalah kecepatan erosi. V e > 993.37 > C ρ m C.1213 C > 993.37..1213 C > 345.972 Dari perhitungan di atas ketika V e = 993.37 di dapatkan hasil material dengan C = 345.972. Dengan syarat V e > V hasil tersebut belum memenuhi, karene V e = V. Sehingga dicari material pipa yang besar nilai konstanta empirisnya (C) lebih besar dari 345.972. Didapatkan material yang mempunyai nilai (C) = 35 yaitu jenis material duplex. III. Kesimpulan Dari data yang didapatkan dan analisa yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan berupa: 1. Jalur sistem perpipaan dinyatakan aman terhadap beban statik dengan standard allowable ASME B31.3 dengan nilai HYD = 34.2%, SUS = 3.1%, dan EXP = 3.7% 2. Jalur sistem perpipaan dinyatakan aman terhadap vibrasi yang diakibatkan aliran fluida berkecepatan,7 Mach dengan frekuensi 13 Hz 3. Jalur sistem perpipaan dinyatakan tidak aman untuk erosi, dengan kecepatan erosi V e = 717,92 ft/sec DAFTAR PUSTAKA [1]ASME Code for Pressure Piping, B31.3, 1996, Process Piping, American Society of Mechanical Engineers,New York, including ASME B31.3a 1996 addenda. [2]API 14E [3]Chamsudi,Achmad.,26. Diktat Piping Stress Analysis Kursus Analisis Tegangan Pipa, Pusdiklat-Batan, Jakarta. [4]Nayyar,Mohinder L., 2, Piping handbook, McGraw-Hill, United State of America. [5]Hartog, J.P Den.,1984. Mechanical Vibrations, INC, New York.