BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB 3 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang. kebutuhan dasar manusia termasuk di bidang kesehatan.

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB V PENUTUP. dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah tergerak motifmotif

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengantar Psikologi Abnormal

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah fisiknya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

LAMPIRAN KUESIONER. Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden. a) <40. b) c) >60

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini, maka bukan hanya penderita saja yang mengalami gangguan, namun keluarga pun ikut merasakan dampaknya baik itu kesedihan ketika melihat keadaan penderita yang tidak kunjung sembuh, hidup dalam ketidak pastian apakah akan sembuh atau bagaimana kelanjutan kehidupannya ke depan. Kemarahan dan rasa takut yang muncul ketika menjadi korban kekerasan penderita, stress, rasa bersalah ketika sebagai anggota keluarga tidak mampu berbuat apa-apa untuk menolong penderita, dan juga rasa malu dan khawatir ketika harus berhadapan dengan masyarakat sekitar. Tidak hanya sampai di situ saja, ketika berhadapan dengan penderita sering terjadi kesalahpahaman di antara anggota keluarga dan dapat timbul konflik di antara anggota keluarga. Hal ini akan sangat memengaruhi keberlangsungan suatu keluarga, akan terjadi perubahan peran dan fungsi dalam keluarga. 2. Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga masih kurang memiliki informasi yang akurat mengenai skizofrenia. Karena hal inilah maka AYS dan bapak UMD masih mengalami skizofrenia sampai sekarang ini dan tidak pernah mendapatkan penanganan medis. 124

3. Keluarga yang memiliki anggota penderita skizofrenia cenderung malu dan tertutup, apalagi jika orang tersebut bukan kerabat atau kenalan mereka. Bagi beberapa keluarga yang memiliki anggota penderita skizofrenia merupakan aib yang besar. Sepertinya masih cukup kuat anggapan dalam masyarakat bahwa skizofrenia disebabkan oleh kutukan dan dosa, kemasukan roh jahat atau disebabkan oleh guna-guna. Hal inilah yang menyebabkan penanganan yang diberikan pada penderita tidak tepat. Hal ini pula yang kadang menimbulkan konflik di antara keluarga. 4. Setiap dampak yang muncul dikarenakan oleh berbagai penyebab, setiap subyek merasakan beberapa dampak, baik itu secara psikologi, dampak sosial dan juga dampak keuangan. Tidak semua penyebab dapat menimbulkan dampak yang sama bagi seluruh subyek. 5. Perasaan takut lebih cenderung dirasakan oleh subyek perempuan, di mana mereka merasakan bahwa mereka tidak mempunyai kekuatan yang dapat mengimbangi kemarahan penderita dan juga subyek perempuan lebih rentan terhadap stress dan kemarahan, apalagi subyek yang pernah mengalami kekerasan, dalam hal ini pernah dipukul atau disakiti oleh penderita, bahkan bisa muncul trauma pada diri subyek. 6. Subyek laki-laki lebih rentan terhadap perasaan bersalah, ketika mereka merasakan mereka tidak mampu melakukan apa-apa untuk menolong saudara mereka. Sebagai seorang laki-laki, mempunyai ego yang cukup tinggi sehingga rasa tanggung jawab lebih besar, sehingga ketika mereka tidak mampu menolong, ketidak mampuan mereka berubah menjadi perasaan bersalah. 125

7. Subyek yang mempunyai hubungan darah atau sebagai saudara kandung lebih cenderung merasa malu. Ini dikarenakan dalam pandangan mereka, penilaian masyarakat akan ditujukan pada mereka sebagai saudara kandung dari penderita. Keadaan penderita yang tidak terawat, tentunya akan menimbulkan kesan mereka membiarkan penderita atau tidak ada perhatian dari mereka sebagai saudara kandung, seolah-olah mereka tidak peduli terhadap keadaan saudara mereka. 8. Rasa sedih dialami oleh semua subyek, karena prihatin akan keadaan penderita dan juga ketidakpastian akan masa depan penderita, serta tindakan-tindakan yang dilakukan bagi penderita seperti pemasungan, pada dasarnya tidak disetujui oleh semua subyek, namun karena keterbatasan pengetahuan mengenai sakit yang dialami oleh penderita sehingga pengambilan keputusan didasarkan pada pandangan masyarakat, atau hal-hal yang sering dilakukan bagi orang yang mengalami skizofrenia. Karena keterbatasan pengetahuan inilah sehingga pemasungan terpaksa dilakukan meskipun bertentangan dengan keinginan mereka. 9. Dampak sosial yang muncul bagi anggota keluarga di antaranya adalah adanya keterbatasan waktu untuk dapat terlibat dalam berbagai pekerjaan atau kegiatan di masyarakat dikarenakan butuh waktu dan perhatian yang lebih bagi penderita. Hubungan atau relasi dengan masyarakat sekitar yang terbatas. Hubungan atau relasi dengan anggota keluarga yang lain pun terbatas. Adanya kerenggangan hubungan baik itu keluarga inti dan dengan kerabat yang lain. Kondisi ekonomi 126

yang terganggu, dikarenakan penderita tidak mampu menghidupi dirinya sendiri, sehingga menjadi tanggung jawab anggota keluarga yang lain. B. SARAN Tentunya tidak sedikit yang dibutuhkan keluarga dalam upaya menyesuaikan diri dengan kehadiran penderita skizofrenia dalam keluarga. Namun ada beberapa hal yang penting yang dapat membantu penyesuaian diri keluarga : 1. Bagi anggota keluarga, dalam menghadapi penderita dibutuhkan Informasi yang tepat mengenai skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantuan medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia. Informasi yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain. 2. Keluarga harus dapat saling mendukung dan saling menguatkan. Keluarga juga harus mampu menciptakan lingkungan/ruang yang diperlukan oleh penderita agar dapat merasa nyaman sehingga dapat menghindari atau paling tidak mengurangi kekambuhan. menciptakan ruang psikologi yang tepat dengan mengurangi konflik dalam keluarga dan mempererat relasi dalam keluarga, di mana seluruh anggota keluarga ikut berperan serta. 3. Bagi gereja diharapkan mampu melihat kebutuhan warga jemaatnya, dalam hal ini, gereja dapat memberikan pendampingan bagi anggota keluarga sehingga menolong anggota keluarga dalam menghadapi penderita. Dengan adanya konseling atau pendampingan dari gereja, akan sedikit menolong anggota keluarga dalam menangani emosi dan juga amarah anggota keluarga dalam 127

menghadapi penderita. Dengan adanya pendampingan anggota keluarga tidak lagi merasa sendiri dalam menghadapi penderita. 4. Bagi pemerintah setempat apabila di daerah tersebut tidak terdapat Rumah Sakit Jiwa, gereja dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat atau dinas kesehatan setempat untuk dapat menolong anggota keluarga dalam menghadapi penderita skizofrenia, baik itu dalam pengadaan obat atau dapat memberikan informasi-informasi seputar skizofrenia yang dibutuhkan oleh keluarga. 5. Melalui penulisan ini diharapkan kampus dapat melihat bahwa kebutuhan di masyarakat begitu kompleks. Melalui penelitian ini kampus/fakultas dapat bekerja sama dengan pemerintahan setempat atau rumah sakit setempat dan juga daerah yang kurang mendapat perhatian untuk dapat menmbuat program program yang terkait dengan usaha peningkatan dibidang kesehatan mental di lingkungan keluarga, melalui pola pengasuhan yang sehat seperti layanan konseling keluarga, dan penyuluhan tentang kesehatan mental. Keluarga adalah lingkungan terdekat bagi penderita skizofrenia, sehingga keluarga harus mengerti dan memahami dengan baik apa itu skizofrenia, bagaimana menghadapi penderita skizofrenia. Oleh karena itu, diperlukan berbagai informasi yang dapat membantu keluarga untuk menghadapi penderita dan juga bagaimana keluarga dapat saling mendukung dan menolong dalam perkembangan kesehatan mental anggota keluarga yang lain. 6. Masih banyak kekurangan dalam penulisan ini di mana sudut pandang dalam masalah ini kurang luas, hanya difokuskan pada dampak psikososial bagi anggota keluarga. Mungkin pada penelitian selanjutnya bisa dilihat dampak 128

keluarga bagi perkembangan kesehatan penderita, atau bisa saja melihat masalah skizofrenia dari sudut pandang pola asuh keluarga berdasarkan budaya suatu daerah tertentu apakah mempunyai dampak atau tidak. 129