BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

KENAKALAN REMAJA DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber: Didownload tanggal 21 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentifikasi dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

Y. SINGGIH D. GUNARSO

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

KENAKALAN REMAJA DAN SOLUSINYA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

MAKALAH PERKEMBANGAN SISTEM INFORMATIKA PERAN BK TERHADAP TAWURAN PELAJAR DI INDONESIA Dosen Pengampu : Imam Azhari

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. didalam mewujudkan suatu tujuan bersama-sama diantara masyarakat. anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

V1. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

SOSIALISASI KENAKALAN REMAJA SMP N 2 NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu membimbinng dan menuntun kearah kedewasaan agar dikemudian hari tidak mengalami hambatan. Dewasa ini, kenakalan remaja menjadi penyakit yang ganas di tengahtengah masyarakat, mengingat remaja merupakan bibit pemegang tampuk pemerintahan negara di masa depan. Lebih parah, berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah meresahkan masyarakat, semisal kasus pencurian, kasus asusila seperti freesex, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Oleh berbagai praktisi media bahkan para pemerhati sosial hal ini telah banyak digrubis dan dicari benang merahnya. Hanya saja, sejauh ini usaha tersebut terlihat goal dan terkesan hanya sebagai bahan berita di media massa dan diskursus oleh berbagai kalangan yang belum ada realisasi khusus. Di zaman modern sekarang ini, banyak sekali perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Termasuk di dalamnya, perilaku serta budi pekerti dari para pelajar atau remaja saat ini sangatlah memprihatinkan, tingkah laku dari seorang siswa kini sudah jarang mencerminkan sebagai seorang pelajar. Perilaku serta budi pekerti dari para pelajar atau remaja saat ini sangatlah memprihatinkan, tingkah laku dari seorang siswa kini sudah jarang mencerminkan sebagai seorang pelajar.

2 Keadaan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangn jasmani dan rohani anak. Seperti halnya tata pergaulan dimasyarakat, kadang-kadang cenderung mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada pengaruh pergaulan di sekolah. Oleh karena itu sekolah dalam hal ini harus mampu menciptakan tata pergaulan yang kondusif dan edukatif. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan baik dikalangan generasi tua maupun muda, karena perbedaan sosial ekonomi, dan tata pergaulan olah lajunya pertumbuhan penduduk. Menurut Riswan Kusmiadi dalam artikelnya yang berjudul Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan bahwa peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini guru dapat bekerjasama dengan pihak orang tua untuk mengurangi jumlah kenakalan remaja saat ini yang mana baik orang tua maupun guru keduanya merupakan pendidik pokok. Keduanya menyadari bahwa keduanya mempunyai aspek dan tujuan yang sama yakni mendidik anak-anak. Agar tujuan pendidikan tercapai dengan efektif dan efisien, maka kerjasama antara keduanya mutlak diperlukan. Disinyalir, sekarang ini banyak diantara pelajar yang terlibat langsung didalam perbuatan-perbuatan yang negatif, yang dikenal sabagai kenakalan

3 remaja. Demikian juga terjadinya kenakalan siswa merupakan masalah yang sangat pelik yang membutuhkan penanggulangan serius dari berbagai pihak yang terkait dalam pendidikan baik dari segi psikologi, moral, agama. Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut Peran seorang Guru dalam membentuk kepribadian para remaja sangat berkaitan erat, setidaknya dalam hidupnya sejak dari taman kanak-kanak hingga kuliah di Perguruan Tinggi, seorang anak, remaja, akan berhubungan langsung dengan para guru atau dosen selama belasan bahkan puluhan tahun lamanya Kenakalan yang dilakukan oleh para siswa apakah siswa apabila tidak diatasi dan ditanggulangi pada saat akan berakibat negatif, baik terhadap diri siwa sendiri, sekolah maupun masyarakat. Guru pembimbing atau Guru BK (Bimbingn Konseling) mempunyai peranan strategis dalam menanggulangi kenakalan siswa baik ketika berada dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Demikian juga wali kelas merupakan orang yang pertama kali bertanggung jawab dalam menanggulangi kenakalan siswa. Keterpaduan antara keduanya merupakan kekuatan yang diharapkan mampu mengangulangi kenakalan siswa.

4 Dilihat dari fungsinya, keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, namun jika dilihat dari segi tujuan dan tanggungjawabnya mempunyai kesamaan, yaitu membentuk manusia dengan berkepribadian yang baik dan membantu sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan kesejahteraan sekolah. Menyoroti keberadaan Guru Bimbingan Konseling (Guru BK), Menurut Ratna Eliyawati, memang belum banyak hasil yang diwujudkan dalam menangani aneka problem siswa yang kini kian mengkhawatirkan dan beraneka ragam. Termasuk di dalamnya proses penghukuman terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dimana pemahaman mengenai kegunaan penghukuman sebagai instrumen dalam rangka metode pengubahan tingkah laku terlihat melalui munculnya paradigma rehabilitative. Paradigma tersebut melihat bahwa seseorang yang melanggar atau menyimpang dari aturan yang ada pada dasarnya adalah orang yang rusak, sakit, kekurangan, bermasalah atau memiliki ketidakmampuan sehingga melakukan perilaku tersebut. Hukuman yang diberikan guru kepada siswa hanyalah sebagai peringatan untuk tidak dapat melakukannya kembali, akan tetapi jenis dan ukuran hukuman tentu saja dilihat tingkat atau jenis kenakalan yang diperbuat oleh siswa, hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang sifatnya mendidik bukan hukuman yang sifatnya menakutkan pada siswa, hal ini dikarenakan hukuman yang mendidik itu dapat dirasakan baik bagi siswa dari pada suatu hukuman yang berat yang mungkin kearah hukuman fisik

5 sehingga siswa justru akan semakin berontak dan akan melakukan lagi kenakalan yang mungkin pernah ia buat atau malah kenakalan yang baru. Aturan-aturan yang penting saat memberikan hukuman kepada anak : 1. Jangan berikan pada anak yang masih tergolong balita karena mereka belum mengerti alasan mengapa mereka dihukum, akibatnya mereka bisa menjadi frustasi. 2. Hukuman harus bersifat mendidik. 3. Informasikan terlebih dahulu akan adanya sanksi tertentu dari perilakunya yang tidak menyenangkan orang tuanya. 4. Adakan evaluasi seusai hukuman diberikan, apakah ada perubahan kesadaran dalam diri si anak. 5. Jangan lakukan hukuman di bawah pengaruh emosi yang tak terkontrol. 6. Hindarkan hukuman fisik. 7. Berikan hukuman dengan tegas. Bila anak merengek jangan langsung lemah hati dan nyerah. 8. Perhatikan korelasi antara hukuman dengan perilaku. 9. Hukuman badan hanyalah dipandang sebagai jalan terakhir Disinilah tugas guru bimbingan dan konseling (BK) bahkan tidak hanya guru BK yang melakukan tugas-tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa akan tetapi peran guru kelas juga sangat diperlukan disini mengigat guru kelaslah yang pertama dalam menghadapi bentuk kenakalan siswa khususnya di sekolah.

6 Peran seorang Guru dalam membentuk kepribadian para remaja sangat berkaitan erat, setidaknya dalam hidupnya sejak dari taman kanak-kanak hingga kuliah di Perguruan Tinggi, seorang anak, remaja, akan berhubungan langsung dengan para guru atau dosen selama belasan bahkan puluhan tahun lamanya Mengingat bahwa Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupanan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Pengampu bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik. Disini akan kami perlihatkan hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja atau siswa diantaranya : 1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa

7 mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. 2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. 3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. 4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. 5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. Tugas pokok guru pembimbing/bk dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Bimbingan pengajaran/belajar. Dalam hal ini memberikan bimbingan pada individu/siswa untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam masalah belajar. 2. Bimbingan sosial. Bimbingan yang bertujuan membantu siswa dalam menentukan masalah-masalah sosial yang dihadapi, seperti masalah lingkungan, pergaulan dan lain-lain. 3. Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang. Bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam menggunakan waktu senggang.

8 Dengan demikian, tugas guru pembimbing dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan/konseling tidak hanya terbatas pada masalah belajar saja, tetapi menyangkut berbagai macam persoalan yang dihadapi siswa termasuk didalamnya masalah kenakalan siswa. Itu semua dikarenakan bahwa perkembangan fisik pada remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut : Masa Pra-pubertas (12-13 tahun), Masa pubertas (14-16 tahun), Masa akhir pubertas (17-18 tahun) Dan periode remaja Adolesen (19-21 tahun). Dari masa-masa itulah beberapa remaja atau siswa mulai adanya transisi dari masa pra-pubertas hingga pada massa adolesen yang mana pada masa adolesen ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti citacitanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifatsifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini. Terkait dengan lingkungan sekolah, setidaknya perlu adanya perubahan yang mendasar menyangkut pendidikan formal yang selama ini kita jalani. Pendidikan formal (sekolah) saat ini seolah hanya terbatas pada pembelajaran yang bersifat mendongkrak prestasi siswa berdasarkan nilai mata pelajaran. Walaupun sudah ada pendidikan yang bersifat memberikan pengetahuan tentang keagamaan, budi pekerti, kemanusiaan, toleransi, saling

9 menyayangi, namun semua itu hanyalah sekedar teori yang diberikan. Memang untuk melakukan penerapan pendidikan budi pekerti tersebut dikembalikan kepada masing-masing individu, namun ada baiknya peserta didik perlu dilibatkan langsung dalam pembelajaran tersebut, melalui kegiatan-kegiatan sekolah yang menyangkut kegiatan kemanusiaan maupun keagamaan, sehingga akan terbentuk karakter siswa yang mampu melihat lingkungan sosialnya yang lebih luas. Seorang guru mempunyai kewajiban moril terhadap siswanya bahwa ia melaksanakan tugasnya dengan daya upaya, kejujuran dan kesungguhan. Wali kelas adalah guru yang ditunjuk sabagai pembimbing siswa dalam satu kelas, sedangkan guru bimbingan konseling bertugas memberikan berbagai layanan kepada siswa dalam bidang pengembangan pribadi. pengembangan sosial, pengembangan belajar maupun pengembangan karir, sehingga perlu adanya kerajasama yang baik antara wali kelas dan guru bimbingan konseling agar dapat mengarahkan dan membimbing siswa-siswinya agar tidak terjerumus kedalam kenakalan remaja dan mampu mencapai kematangan diri dan dapat berpikir dewasa serta mampu menyelesaikan masalahnya. Dengan uraian diatas, maka penulis mengambil judul tesis pendidikan ini adalah : BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA NAKAL: STUDI KASUS SMK SUDIRMAN 1 WONOGIRI

10 B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka fokus penelitian yang dapat diidentifikasi adalah bagaimana karakteristik bimbingan dan konseling siswa nakal di SMK Sudirman 1 Wonogiri dan kemudian ada beberapa sub fokus peneliatian, diantaranya adalah : 1. Bagaimanakah karakteristik kenakalan siswa di SMK Sudirman 1 Wonogiri? 2. Bagaimanakah karakteristik hubungan kerja Bimbingan Konseling (BK) dan siswa di SMK Sudirman 1 Wonogiri? 3. Bagaimanakah karakteristik aktifitas Bimbingan Konseling (BK) di SMK Sudirman 1 Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan berdasarkan pada fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik kenakalan siswa di SMK Sudirman 1 Wonogiri. 2. Mendeskripsikan hubungan kerja Bimbingan Konseling ( BK) dan siswa di SMK Sudirman 1 Wonogiri. 3. Mendeskripsikan karakteristik aktivtas Bimbingan Konseling (BK) di SMK Sudirman 1 Wonogiri. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat mrmberikan gambaran tentang kondisi dilapangan tentang manfaatnya

11 kerja sama guru bimbingan konseling dengan wali kelas terhadap kenakalan siswa. Disamping itu penelitian ini diharapkan juga memberikan manfaat baik secara praktis maupun akademis. 1. Praktis a. Manfaat bagi siswa adalah dengan adanya kerjasama antara guru bimbingan konseling dan wali kelas, maka prilaku siswa dapat dibimbing dan diarahkan sehingga terhindar dari kenakalan remaja (khususnya pada peserta didik). b. Manfaat bagi guru khususnya guru BK adalah untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi kenakalan siswa serta beberapa karakteristik tentang kenakalan siswa di sekolah. b. Manfaat bagi sekolah adalah dapat untuk mengetahui kerjasama antara guru bimbingan konseling dan wali kelas dapat mengurangi tingkat kenakalan di lingkungan sekolah 2. Akademis a. Dapat dijadikan masukan bagi para guru bimbingan dan konseling (BK) dalam hal penanggulangan kenakalan siswa di sekolah. b. Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut, khususnya bagi penulis dalam hal menanggulangi kenakalan siswa tidak hanya tugas guru BK melainkan juga tugas guru selaku wali kelas yang di ampu. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam hal bimbingan dan konseling pada siswa nakal di sekolah.

12 E. Daftar Istilah 1. Kerja Sama Kerja sama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. 2. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan Konseling berasal dari dua kata yakni bimbingan dan konseling. Dalam istilah Inggris/bahasa Inggris dikenal dengan Guidance and Counseling. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri: dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdaarkan morma-norma yang berlaku. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu mesalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. 3. Wali Kelas Adalah seorang pemimpin menengah (Middle Manager) atau administrator kelas, yang menempati posisi dan peran yang penting, karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing

13 yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan. 4. Kenakalan Siswa atau Kenakalan Remaja Perbuatan anak-anak dan remaja yang melakukan tindakan yang menganggu ketertiban umum, mabuk-mabukan, perkelahian antar kelompok dan sebagainya. kenakalan remaja merupakan pelanggaran atas norma sosial, agama serta hukum. Jadi kenakalan remaja ini menyangkut aspek yuridis, sosiologi, sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, agama dan sebagainya.