PENGARUH ALAT EKSPANSI TERHADAP TEMPERATUR DAN TEKANAN PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

Potensi Air Kondensat Sebagai Media Pendingin Untuk Aplikasi Modul Evaporative Cooling Terhadap Performansi AC Split 1 PK

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

LAJU PENDINGINAN AIR DENGAN ICE ON COIL PADA MESIN PENDINGIN TYPE CHILLER UNTUK COLD STORAGE

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

BAB II LANDASAN TEORI

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II LANDASAN TEORI

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II LANDASAN TEORI

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

Basic Comfort Air Conditioning System

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

Analisis penggunaan water cooled condenser pada mesin pengkondisian udara paket (AC window)

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

Analisa Karakteristik Katup Ekspansi Termostatik Dan Pipa Kapiler Pada Sistem Pendingin Water Chiller

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR TEKNIK PENDINGIN

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Refrigerant. Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut.

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

ANALISIS KINERJA INSTALASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA BANGUNAN KOMERSIAL ABSTRACT

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGARUH ALAT EKSPANSI TERHADAP TEMPERATUR DAN TEKANAN PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP Boby Hary Hartanto 1, Azridjal Aziz 2 Laboratorium Perawatan, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpangbaru, Pekanbaru 28293 1 boby_haryhartanto@yahoo.com, 2 azridjal.aziz@gmail.com Abstract At this time the more widespread use of engine cooling of homes, offices, hotels, cars, hospitals, and industries. The use of engine cooling capacity varies from small to large. Engine cooling is the most widely used today is the engine cooling operating with vapor compression cycle. One of the basic components that operate the engine cooling vapor compression cycle is the expansion tools. The usefulness of the expansion tools is to reduce the pressure expansion of liquid refrigerant from the condenser exit and regulating the flow of refrigerant into the evaporator entrance. Expansion tools will regulate the flow of refrigerant can be manual or automatic. For optimal cooling requirements, it is important to determine the effect of expansion tools with temperature and pressure of the vapor compression engine cooling cycle is. The test using a thermostatic valve is more efficient compared with the capillary tube, this is due to the use of the thermostatic valve will provide temperature and working pressure lower than the capillary tube, so that the process will lead to greater heat absorption and compressor work will be lighter so the power consumption will be becomes smaller. Keywords :expansion tools, capillary tube, thermostatic expansion valve, refrigerant 1. Pendahuluan Teknologi mesin pendingin saat ini sangat mempengaruhi kehidupan dunia modern, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun juga sudah menyentuh halhal esensial penunjang kehidupan manusia [1]. Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan.mesin pendingin yang paling banyak digunakan saat ini adalah mesin pendingin yang beroperasi dengan siklus kompresi uap (SKU). Mesin pendingin siklus kompresi uap memiliki empat komponen utama yaitu kompresor, kondensor, evaporator dan alat ekspansi. Proses penyerapan kalor terjadi di evaporator, cairan refrigeran (zat/fluida pendingin) di dalam evaporator yang berada pada temperatur dan tekanan rendah akan mengambil atau menyerapkalor dari ruangan, sehingga refrigeran yang berubah fasa menjadi uap menurunkan temperatur ruangan. Uap refrigeran pada temperatur dan tekanan rendah kemudian dihisap oleh kompresor sehingga temperatur dan tekanannya naik.kalor dari uap refrigeran yang tekanan dan temperaturnya naik, kemudian dibuang ke luar ruangan/lingkungan di kondensor, sehingga uap refrigeran akan mengembun (kondensasi) menjadi cairan. Agar proses pendinginan dapat berlangsung, maka cairan refrigeran yang bertemperatur dan tekanan tinggi di kondensor perlu diturunkan temperatur dan tekanannya agar penyerapan kalor dapat berlangsung kembali. Sebuah alat ekspansi yang dipasang setelah kondensor akan menyebabkan temperatur dan tekanan cairan refrigeran turun sehingga panas ruangan akan diserap atau diambil kembali oleh carian refrigeran di evaporator. Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober2014 1

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh alat ekspansi, yaitu jenis pipa kapiler dan jenis katup ekspansi termostatik (KET) pada mesin pendingin siklus kompresi uap terhadap perubahan temperatur dan tekanan yang mungkin terjadi pada sistem pendingin sehingga juga ikut mempengaruhi peformansi dari mesin pendingin siklus kompresi uap tersebut. Azridjal aziz (2013)telah melakukan kajian terhadap komparasi katup ekspansi termostatik dan pipa kapiler terhadap temperatur dan tekanan mesin pendingin [2]. 2. Tinjauan Pustaka Gambar 1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap [3] 2.1 Siklus Kompresi Uap Pada siklus kompresi uap standar, di evaporator refrigeran akan menyerap panas dari dalam ruangan sehingga panas tersebut akan menguapkan refrigeran. Skema system refrigerasi uap dapat dilihat pada gambar 1 Kemudian uap refrigeran akan dikompres oleh kompresor hingga temperatur dan tekanannya naik, kemudian uap refrigeran didorong masuk ke kondensor, di dalam kondensor uap refrigeran dikondensasikan dengan cara membuang panas dari uap refrigeran ke lingkungannya. Di dalam kondensor, energi kalor yang dibawa oleh uap refrigeran dilepaskan dan diterima oleh medium pendinginnya (udara). Refrigeran cair dari kondensor selanjutnya akan diterima oleh katup ekspansi dan dialirkan lagi masuk ke evaporator. Pada katup ekspansi ini tekanan refrigeran yang masuk ke evaporator diturunkan. Penurunan tekanan ini disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan, sehingga refrigeran tersebut dapat menyerap cukup banyak kalor dari evaporator. Dalam diagram T-s dan P-h siklus kompresi uap ideal dapat dilihat dalam gambar 2 berikut ini. Gambar 2 Diagram T-s dan P h Siklus Kompresi Uap[3] Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap seperti pada gambar 2 diatas adalah sebagai berikut: a. Proses kompresi (1-2) Proses ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropik. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk ke dalam kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refrigeranakan menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropik, maka temperatur ke luar kompresor pun meningkat. Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober2014 2

b. Proses kondensasi (2-3) Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di dalam kondensor terjadi pertukaran kalor antara refrigeran dengan lingkungannya (udara), sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin yang menyebabkan uap refrigeran mengembun menjadi cair. c. Proses ekspansi (3-4) Proses ekspansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur d. Proses evaporasi (4-1) Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperatur konstan) di dalam evaporator. Panas dari dalam ruangan akan diserap oleh cairan refrigeran yang bertekanan rendah sehingga refrigeran berubah fasa menjadi uap bertekanan rendah. Perbedaan yang penting antara daur nyata (aktual) dan standar terletak pada penurunan tekanan di dalam kondenser dan evaporator. Daur standar dianggap tidak mengalami penurunan tekanan pada kondensor dan evaporator, tetapi pada daur nyata terjadi penurunan tekanan karena adanya gesekan antara refrigeran dengan dinding pipa (friksi). Akibat dari penurunan tekanan ini, kompresi pada titik 1 dan titik 2 memerlukan kerja lebih banyak dibandingkan dengan daur standar.pxosesnya dapat dilihat seperti gambar 3. Gambar 3 Daur Kompresi Uap Nyata Dibanding Daur Standar.[6] Salah satu elemen dasar dalam siklus refrigerasi uap adalah alat ekspansi.alat ekspansi ini mempunyai dua fungsi yaitu menurunkan tekanan refrigeran dan mengatur aliran refrigeran ke evaporator.secara umum ada dua jenis alat ekspansi yang biasa digunakan yaitu pipa kapiler dan katup ekspansi (expansion valve). Pipa Katup ekspansi yang umum digunakan untuk sistem refrigerasi rumah tangga adalah pipa kapiler.pipa kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter lubang kecil dan panjang tertentu.besarnya tekanan pipa kapiler bergantung pada ukuran diameter lubang dan panjang pipa kapiler. Pipa kapiler diantara kondensor dan evaporator Refrigeran yang melalui pipa kapiler akan mulai menguap. Selanjutnya berlangsung proses penguapan yang sesungguhnya di evaporator. Jika refrigeran mengandung uap air, maka uap air akan membeku dan menyumbat pipa kapiler. Agar kotoran tidak menyumbat pipa kapiler, maka pada saluran masuk pipa kapiler dipasang saringan yang disebut strainer. Ukuran diameter dan panjang pipa kapiler dibuat sedemikian rupa, sehingga refrigeran cair harus menguap pada akhir evaporator.jumlah refrigeran yang berada dalam sistem juga menentukan sejauh mana refrigeran di dalam evaporator Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober2014 3

berhenti menguap, sehingga pengisian refrigeran harus cukup agar dapat menguap sampai ujung evaporator. Katup Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve) merupakan alat pengatur refrigeran yang paling banyak dipakai untuk sistem pendinginan.katup ekspansi tersebut dapat mengatur jumlah refrigeran yang mengalir dalam evaporator sesuai dengan beban evaporator yang maksimum pada setiap keadaan beban evaporator yang berubahubah.katup ekspansi termostatik dapat mempertahankan uap panas lanjut yang konstan.katup ekspansi tersebut tidak mengatur tekanan dan temperatur dalam evaporator, tetapi mengontrol jumlah refrigeran yang mengalir masuk dalam evaporator.refrigeran yang mengalir melalui katup ekspansi termostatik lalu pada evaporator, selain dikontrol oleh tekanan rendah dalam evaporator, juga oleh temperatur dan tekanan pada akhir evaporator. Seperti terlihat di gambar 4, Gambar 5 Diagram Alir Penelitian Pengujian dilakukan untuk masingmasing katup ekspansi dengan kondisi cold box evaporator dalam keadaan tertutup. Diagram skematik fasilitas mesin pendingin yang digunakan dapat dilihat pada gambar 7 Gambar 4Bagian Bagian Katup Ekspansi Termostatik.[6] Untuk menyatakan uniuk kerja dari suatu siklus kompresi uap yang diperhatikan adalah[4] dampak refrigerasi, laju pelepasan kalor, kerja kompresi, Coefficient Of Peformance (COP). 3. Metode Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yang dapat dilihat pada gambar diagram alir penelitian Gambar 6Diagram Skematik Fasilitas Pengujian Mesin Pendingin [5] Metode yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan metode eksperimental untuk menguji sebuah mesin pendingin yang menggunakan alat ekspansi termostatik dan pipa kapiler. Untuk pipa kapiler (Capillary valve) maka katup aliran refrigeran ke katup ekspansi termostatik (Thermostatic Expansion Valve) ditutup, sebaliknya jika menggunakan katup ekspansi termostatik (Thermostatic Expansion Valve) maka katup aliran Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober2014 4

refrigeran ke pipa kapiler (Capillary valve) ditutup. Pengambilan data dilakukan setiap 10 menit sekali selama 120 menit. b. Pipa Kapiler 1,5 m 4. Hasil Dan Pembahasan a. Pipa kapiler 1,25 m Gambar 9 Grafik temperatur hasil Gambar 7 Grafik temperatur hasil Gambar 10 Grafik tekanan hasil Gambar 8 Grafik tekanan hasil pada kompresor in dan out yaitu 15,63 o C dan 64,92 o C, pada kondensor out 44,7 o C, pada evaporator in dan out yaitu 5,08 o C dan 8,98 o C, dan temperatur rata rata pada box hasil yaitu 10,93 o C. rata rata evaporator yaitu 27,21 Psi dan tekanan pada kondensor yaitu 175,23 Psi. pada kompresor in dan out yaitu 12,11 o C dan 63,83 o C, pada kondensor out 42.49 o C, pada evaporator in dan out yaitu 1,19 o C dan 4,69 o C, dan temperatur rata rata pada box hasil yaitu 8,46 o C. rata rata evaporator yaitu 23 Psi dan tekanan pada kondensor yaitu 173,33 Psi. Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober2014 5

c. Pipa Kapiler 2,7 m Gambar 11 Grafik temperatur hasil Gambar 12 Grafik tekanan hasil pada kompresor in dan out yaitu 7,0 o C dan 57,17 o C, pada kondensor out 36,56 o C, pada evaporator in dan out yaitu -0,5 o C dan 3,11 o C, dan temperatur rata rata pada box hasil yaitu 4,76 o C. rata rata evaporator yaitu 18,71Psi dan tekanan pada kondensor yaitu 145,85 Psi. d. Katup Ekspansi Termostatik Gambar 14 Grafik tekanan hasil pada kompresor in dan out yaitu 5,37 o C dan 53,16 o C, pada kondensor out 33,19 o C, pada evaporator in dan out yaitu -1,46 o C dan 1,24 o C, dan temperatur rata rata pada box hasil yaitu 3,03 o C. rata rata evaporator yaitu 17,27Psi dan tekanan pada kondensor yaitu 126,92 Psi. 5. Simpulan Temperatur dan tekanan yang dihasilkan pada saat menggunakan KET selalu lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan tekanan dan temperatur menggunakan pipa kapiler, sehingga akan menyebabkan kerja kompresor menjadi lebih kecil dan pemakaian arus listrik menjadi lebih kecil.hasil temperatur dan tekanan menggunakan pipa kapiler 2,7 m selalu lebih rendah dibandingkan dengan pipa kapiler 1,25 m dan 1,5 m.hal ini terjadi karena semakin panjang pipa kapiler maka akan sering terjadi rugi-rugi aliran refrigeran akibat gesekan dengan dindingdinding pipa kapiler sehingga temperatur dan tekanannya menurun. Ucapan Terima Kasih Gambar 13 Grafik temperatur hasil Ucapan terima kasih disampaikan kepada Herdiyanto dan Dede Nasrun yang telah meluangkan waktu dan tenaganya Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober2014 6

dalammemodifikasi alat uji dan membantu alam pengambilan data pada penelitian ini. Daftar Pustaka [1] Arora, C. P, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill International Edition, 2001. [2] Aziz, Azridjal, 2013. Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin.Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Teknologi Oleo Dan Petrokimia Indonesia (SNTK) [3] Cengel, A. Yunus & Boles, A. Michael, 2002. Thermodynamics An Engineering Approach, Fourth Edition, McGraw-Hill, New York. [4] Moran, M.J. & Saphiro, H.N. 1995. Fundamental of Engineering Thermodynamics.New york: John Wiley & Sons. [5] Sonntag, Richard E, Borgnakke, Claus. 2009. Fundamentals of Thermodynamics. John Wiley & Sonse, Inc. [6] Stocker, Wilbert F. dan Jerold W., Jones. 1987. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Edisi Kedua, Erlangga. Jom FTEKNIK Volume 1 No. 2 Oktober2014 7