BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sudjana (Gunawan, 2012:1), Pendidikan merupaka bagian dari kelengkapan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang handal, tentunya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan. Kemampuan (Ability) merupakan kecakapan atau potensi seorang

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah. Matematika merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. manusia lebih bisa cepat mengerti dan siap akan menghadapi perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar sampai pendidikan menengah,bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik perlu memiliki kemampuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karunia Eka Lestari, 2013

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan media pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa pengaruh langsung terhadap perubahan dalam dunia pendidikan. Bukan hanya proses belajar mengajar yang kini mampu dilakukan secara jarak jauh, dunia pendidikan saat inipun tak ubahnya seperti materi umum yang begitu bebas, mudah, dan cepat dikonsumsi masyarakat luas. Begitu juga dengan pelajaran matematika, oleh karena itu diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi diantaranya kemampuan berpikir kritis. Menurut Depdiknas (Phitopank, 2012), pembelajaran matematika yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran pemecahan masalah, implikasinya guru perlu (1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, (2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika, (4) mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem dokumentasi/catatan, (5) mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan 1

2 menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan matematika, seperti: jangka, penggaris, kalkulator, dsb. Kebijakan bidang pendidikan di Indonesia memasukkan kemampuan berpikir kritis kedalam kurikulum. Artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran harus terdapat kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, termasuk didalam kurikulum 2006 yaitu KTSP (dalam Rahmawati, 2011:1). Menurut Ennis (Khotimah, 2011:2), berpikir kritis adalah suatu proses, sedangkan tujuannya adalah membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan merupakan kontrol aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful thinking. Berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Menurut Ennis (Fatimah, 2012:2), berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Spliter (Fatimah, 2012:2) mengungkapkan bahwa, siswa yang yang berpikir kritis akan menjadikan penalaran sebagai landasan berpikir, berani mengambil keputusan dan konsisten dengan keputusan tersebut. Kemampuan berpikir kritis tidak hanya bermanfaat pada saat siswa belajar, tetapi dapat menjadi bekal bagi siswa di masa yang akan datang. Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika. Matematika perlu dipahami dan dikuasai semua lapisan masyarakat terutama siswa di sekolah. Russefendi (2006:94) mengemukakan, Matematika penting sebagai pembentuk sikap, oleh karena itu salah satu tugas guru adalah mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.

3 Namun kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan OECD PISA (Bangsa, 2011:2) dukunga Bank Dunia terhadap 7.355 siswa usia 15 tahun dari 290 SLTP/SMU/SMK se-indonesia pada tahun 2003, diketahui 70% siswa Republik Indonesia hanya mampu menguasai matematika pada tahap I, yaitu sebatas memecahkan masalah satu permasalahan sederhana (contoh soal tahap I bentuk sederhana dari adalah); tidak menguasai tahap II, yaitu belum mampu menyelesaikan dua masalah (contoh soal tahap II, tentukan hasil penjumlahan dari ( ) dan ( ); tidak menguasai tahap III, yaitu belum mampu menyelesaikan masalah kompleks (contoh soal tahap III, diketahui sebuah segitiga dengan alas ( ) cm dan tinggi ( ) cm, tentukan luas segitiga tersebut); dan tidak menguasai tahap IV, yaitu belum mampu menyelesaikan masalah rumit (contoh soal tahap IV, Sebuah kebun berbentuk persegi panjang. Panjang kebun itu 5 m lebihnya dari 2 kali lebar kebun. Pada sisi kebun terdapat jalan dengan lebar 1 m. Luas jalan pinggir kebun adalah. Berapakah panjang dan lebar kebun tersebut?). Mengapa kemampuan berpikir kritis begitu penting? Empat alasan yang dikemukakan oleh Wahab (Khotimah, 2011:3) mengenai pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu: (1) tuntutan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara, (2) setiap warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif, (3) kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam menyelesaikan masalah, (4) berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa lain. Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sangat penting untuk dikembangkan. Oleh karena itu, hendaknya proses pembelajaran selama ini bisa diperbaiki dengan berbagai inovasi pembelajaran. Agar kemampuan berikir kritis siswa berkembang dengan optimal, maka

4 diperlukan strategi atau model pembelajaran matematika yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Menurut Rusman (2012,201) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Dalam model pembelajaran kooperatif ini guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah berpikir yang lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Model Pembelajaran koopeartif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan model pembelajaran secara berkelompok dengan masingmasing kelompok terdiri dari 4-5 orang dan tingkat kemampuan yang heterogen. Model pembelajaran koopeartif tipe STAD bukan sekedar belajar kelompok pada umumnya, tetapi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat 5 tahapan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran. Tahapan-tahapan tersebut adalah persiapan, kegiatan kelompok, pelaksanaan tes individu, perhitungan skor individu, dan tahap pemberian penghargaan kelompok. Pada penelitian ini, tahapan pada kegiatan kelompok menggunakan bahan ajar berupa LKK (Lembar Kegiatan Kelompok) yang mengacu pada kemampuan berpikir kritis siswa dan pembelajarannya dilengkapi dengan metode penemuan. Menurut Suherman, dkk (2001:202), tujuan dari metode penemuan adalah untuk menawarkan pengertian yang mendalam tentang isi atau materi dengan melibatkan proses penemuan Menurut Slavin (Islamiati, 2008:5), model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengupayakan peran aktif siswa, terutama dalam kerja kelompok, saling membantu, dan saling membelajarkan teman sekelompoknya dalam meyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

5 Menurut Slavin (Dian: 2011): pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) memiliki 5 komponen utama, yaitu : 1. Bahan pelajaran disajikan oleh guru baik secara langsung ataupun melalui media pembelajaran. 2. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang yang heterogen dari segi penampilan akademik, jenis kelamin dan etnis. 3. Dilakukan tes Individual setelah beberapa kali siswa mengerjakan latihan. 4. Dilakukan penilaian terhadap nilai kemajuan individual 5. Diberikan pengakuan terhadap tim berdasarkan kemajuan anggota kelompok. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional? 2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional? 3. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? 4. Bagaimana sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? C. Batasan Masalah

6 Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka masalah dibatasi sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Konsep yang diteliti dibatasi pada sub pokok bahasan persegi panjang, jajargenjang, dan belah ketupat. 3. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII pada salah satu SMP Negeri di Kota Bandung D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umun bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui: 1. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 3. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 4. Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model STAD E. Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat, terutama: 1. Bagi siswa, sebagai acuan dalam mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 2. Bagi guru, sebagai masukan pertimbangan untuk meningkatkan Berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

7 3. Bagi Sekolah, dengan adanya model pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi. 4. Bagi penulis, sebagai tambahan pengetahuan untuk menjadi seorang pendidik kelak dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan ajar secara kolaboratif, sajian presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. Pada penelitian ini, tahapan pada kegiatan kelompok menggunakan bahan ajar berupa LKK (Lembar Kegiatan Kelompok) yang mengacu pada kemampuan berpikir kritis siswa dan pembelajarannya dilengkapi dengan metode penemuan. 2. Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Kemampuan berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat tinggi, karena saat mengamibil keputusan menggunakan kontrol aktif, yaitu: reasonable, reflective, responsible, dan skillfull thinking. Indikator dari kemampuan berpikir kritis adalah memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, membuat kesimpulan, membuat penjelasan lebih lanjut, dan mengatur strategi dan taktik. 3. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah model pembelajaran langsung dengan menggunakan metode ekspositori, yaitu guru terlebih dahulu menjelaskan materi yang akan dipelajari, dan memberikan contoh-contoh soal, kemudian siswa diberikan

8 latihan soal untuk diselesaikan dengan bimbingan guru, siswa diperbolehkan bertanya kalau tidak mengerti.