BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengakhiri hidup mereka) ( Salah satu cara yang paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang karya-karya sastranya telah dibaca dan di terjemahkan kedalam banyak bahasa. Seperti

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Penelitian mengenai bushido dan penyimpangannya dalam karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan

ANALISIS PERILAKU KESETIAAN PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata sas- yang berarti mengarahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni, karena itu sastra mempunyai sifat yang sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. adalah setiap peristiwa (kejadian). Dalam Wikipedia Indonesia

BAB I. pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Gorys Keraf dan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh orang Jepang, dengan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Khaldun dalam bukunya Muqaddimah (aqmaljihad.com/definisi_sejarah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. (keindahan bahasa) yang dominan.karya sastra merupakan ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

di zaman Heian. Inilah yang ditunjukkan dalam novel THE DRAGON SCROLL lewat sebuah cerita fiksi. Begitu juga dengan novel THE DRAGON SCROLL yang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan dimiliki oleh setiap bangsa,oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbeda, walaupun terkadang ada kesamaan seperti halnya kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Kebudayaan juga dapat dijelaskan dalam Situmorang (1995 : 3) adalah sebuah jaringan makna yang dianyam oleh manusia dimana manusia tersebut hidup, dan mereka bergantung pada jaringan-jaringan makna tersebut. Salah satu hasil kebudayaan manusia itu adalah sastra. Sastra adalah karya seni, karena itu memiliki sifat yang sama dengan karya seni. Seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain Aminuddin (2000 : 39). Tujuannya pun sama yaitu untuk membantu manusia menyingkap rahasia keadaan, untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membuka jalan menuju kebenaran. Hanya saja yang membedakannya dengan seni lain adalah, bahwa sastra memiliki aspek bahasa. Rene Wellek dalam Melani Budianto (1997 : 109) berpendapat bahwa sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Menurut Boulton dalam Aminuddin (2000 : 37) mengungkapkan bahwa cipta sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu

memberikan kepuasan bathin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun berbagai macam problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini. Secara umum, sastra terdiri atas jenis-jenis sastra yang amat bervariasi, seperti misalnya drama, teater, puisi, roman, prosa, dan lain sebagainya. Salah satu hasil karya sastra berupa prosa ialah cergam (cerita bergambar), kartun atau juga yang lebih dikenal dengan sebutan komik. Komik merupakan salah satu sajian yang ditawarkan dalam dunia sastra yang dapat menarik hati para penikmat sastra. Tidak hanya itu, komik pun mampu memikat hati banyak orang di seluruh dunia, baik dari kalangan anak-anak, remaja, bahkan orang tua. Terlebih komik di Jepang sangat menjamur dan berkembang pesat dari waktu ke waktu. Masa sekarang ini siapa yang tidak kenal dengan komik atau istilah yang lebih popular dalam bahasa Jepang nya disebut dengan manga. Dalam penyajian komik, pengarang menawarkan banyak hal yang dapat dinikmati oleh para pembacanya. Tidak hanya konsep cerita yang berdasarkan kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menawarkan konsep seni dan imajinasi yang tinggi serta nilai-nilai kebudayaan yang dapat membuat suatu karya sastra itu. Dalam hal ini komik khususnya, dapat menyampaikan dan mengekspresikan ide-ide bahkan pesan-pesan, amanat ataupun moral dari si pengarang sehingga timbullah efek-efek tertentu bagi si pembaca itu sendiri. Hingga saat ini telah berkebang menjadi banyak sekali jenis atau genre komik. Ini menjadikan komik sebagai bacaan untuk segala usia. Menurut Ishizawa

Takeshi yang dilansir dari situs (http://id.wikipedia.org/wiki/manga), secara garis besar komik di Jepang terbagi atas 4 sasaran penikmat, yaitu shounen manga (komik untuk anak laki-laki), shoujo manga (komik untuk anak perempuan), seinen manga (komik untuk remaja), dan seijin manga (komik untuk orang dewasa). Namun secara umum komik-komik yang beredar bercerita tentang kepahlawanan, fantasi, persahabatan, komedi dan sejarah. Seperti halnya komik yang ditujukan untuk anak laki-laki yang banyak disajikan dalam bentuk cerita yang mengusung tema seputar olahraga, musik, mecha (robot besar), maupun kisah-kisah percintaan yang dilihat dari sudut pandang laki-laki. Sedangkan komik untuk anak perempuan lebih bercerita tentang kehidupan dan juga percintaan dari sudut pandang anak perempuan. Seinen manga atau komik untuk para remaja bercerita tentang kisah yang tingkat kerumitannya lebih tinggi. Tidak hanya masyarakat Jepang yang cukup meminati komik, di Amerika, Perancis, Inggris, Italia, bahkan di Indonesia pun komik sudah memiliki suatu tempat tersendiri bagi penikmatnya. Banyak komik-komik yang beredar dari Jepang seperti Piano Hutan, Detektif Conan, Togari, Trinity Blood, Monster dan sebagainya, yang berhasil menduduki posisi tertentu dalam kehidupan penikmat komik. Bahkan di Amerika sendiri, komik-komik yang sudah terkenal dahulu seperti hasil karya Walt Disney misalnya Donald Duck, Paman Gober dan Mickey Mouse juga dapat tersaingi oleh komik-komik lainnya, khususnya komik Jepang. Salah satu komik yang berhasil mendapat tempat di pasaran Indonesia khususnya adalah Shanaou Yoshitsune. Shanaou Yoshitsune adalah manga karya

dari seorang penulis bernama Sawada Hirofumi yang berusaha mengangkat kisah kehidupan Minamoto no Yoshitsune, yang merupakan salah satu jenderal perang paling legendaris dalam sejarah Jepang. Kisah kepahlawanannya amat luar biasa dan sekaligus tragis. Dari seorang jenderal yang amat dikagumi di medan perang, ia berubah menjadi buronan setelah dikhianati oleh orang terdekatnya sendiri. Dalam komik Shanaou Yoshitsune hasil karya Sawada Hirofumi ini merupakan komik yang memuat cerita fiksi yang mampu membawa pesan-pesan dan gambaran tertentu bagi pembaca sekaligus memuat aspek kesejarahan (history). Komik Shanaou Yoshitsune ini bercerita tentang seorang pemuda biasa, Hyouta yang tiba-tiba berubah jati dirinya menjadi seorang anak keturunan pemimpin klan samurai terkenal dan ia harus mengemban janji untuk melakukan balas dendam terhadap Taira no Kiyomori. Cerita ini pun berkembang sampai akhirnya muncul tokoh-tokoh lain yang mencerminkan kesetiaan mereka masingmasing. Komik ini dikemas apik oleh Sawada Hirofumi dengan menciptakan karakter-karakter yang penuh imajinatif dan dengan jalan cerita yang mampu membawa pembaca untuk tertawa, tersentuh, dan penasaran. Maka tidak heran karya Sawada Hirofumi ini telah dibuat dalam bentuk film. Kebudayaan Jepang yang akan penulis analisa adalah kebudayaan masyarakat Jepang berupa kesetiaan berdasarkan bushido, yang muncul pada seorang samurai yang merupakan oknum dari bushi. Pada zaman pertengahan, bushi atau yang disebut juga dengan samurai merupakan golongan masyarakat teratas. Bushi bertugas melindungi dan mengabdi pada tuannya. Secara tidak langsung bushi akan bergantung pada

tuannya. Namun lama kelamaan mereka tidak bergantung lagi pada tuannya. Malah sebaliknya tuan akhirnya bergantung pada bushi sehingga kelompok bushi tersebut menjadi kelompok yang disegani dan diagungkan masyarakat banyak. Situmorang (1995 : 11) menjelaskan bahwa pada awalnya bushi adalah kelompok petani yang dipersenjatai untuk mengabdi kepada tuannya Kizoku (keluarga bangsawan) dalam mempertahankan eksistensi shoen dan dozoku tuannya. Pengertian lain tentang bushi seperti yang diutarakan oleh Nio Joe Lan (1961 : 52) bahwa bushi adalah golongan orang peperangan yang sudah biasa dengan kesukaran-kesukaran kehidupan sehingga mereka setia kepada pemimpinnya. Untuk mengatur golongan bushi yang setia pada pemimpinnya ini, dibentuklah sebuah susunan peraturan tertentu tentang kesetiaan yang dinamakan dengan bushido. Bushido bagi Tsunetomo dalam Situmorang (1995 : 24) adalah janji untuk mengabdikan jiwa dan raganya terhadap tuan. Ciri pengabdian ini menganggap tuan sebagai sesuatu yang mutlak bagi hidup bushi tersebut sehingga bushi bersedia mati demi tuan. Gejala yang paling jelas adalah perilaku bunuh diri mengikuti kematian tuan dan mewujudkan balas dendam tuan. Sikap inilah yang pada zaman itu sangat dikagumi oleh masyarakat Jepang. Kebanyakan orang ingin menjadi bushi. Sikap ini pun terus berkembang sampai zaman sekarang. Namun tentunya sikap tersebut sedikit demi sedikit berubah mengikuti zaman. Saat ini, sikap kesetiaan yang dicerminkan oleh bushi ini banyak ditulis oleh para penulis novel maupun komik dalam karya-karya mereka. Seperti halnya

pada komik Shanaou Yoshitsune, tokoh-tokoh samurai yang muncul cukup beragam dan dengan kesetiaan yang beragam pula. Yaitu kesetiaan yang dilakukan karena terpaksa, karena kebutuhan ekonomis, ataupan karena ajaran moral, dengan latar belakang yang beragam pula. Tokoh-tokoh samurai dalam komik Shanaou Yoshitsune ini yang mencerminkan dengan jelas kesetiaan antara lain Hyouta sebagai tokoh utama kemudian pada tokoh Ushiwakamaru, Musashibou Benkei, Isesaburo Yoshimura, Satou bersaudara (Tsugunobu dan Tadanobu), dan Naohira Gazan. Dalam hal ini penulis mengambil enam tokoh diatas, sebagai acuan judul, karena dari keenam tokoh inilah kesetiaan yang berbeda-beda muncul. Bermacam-macam kesetiaan inilah yang menarik bagi penulis untuk mengangkat tema kesetiaan dengan bahan rujukan yaitu komik Shanaou Yoshitsune, dengan judul ANALISIS KESETIAAN PADA TOKOH- TOKOH SAMURAI DALAM KOMIK SHANAOU YOSHITSUNE KARYA SAWADA HIROFUMI. Pada judul ini akan dijelaskan adanya perbedaan terhadap kesetiaan dan makna kesetiaan pada masing-masing tokoh samurai yang ada dalam komik Shanaou Yoshitsune. 1.2. Perumusan Masalah Kesetiaan yang berbeda-beda pada setiap tokoh samurai dalam komik Shanaou Yoshitsune juga mencerminkan cara hidup yang berbeda-beda. Dan tentunya cara hidup seorang samurai Jepang yang sangat menghargai dan memegang teguh prinsip hidup seorang samurai yaitu, bushido. Ajaran

bushido mengutamakan kesetiaan dalam menjalani hidup terutama sebagai seorang samurai di Jepang. Dalam komik Shanaou Yoshitsune karya Sawada Hirofumi, kita dapat melihat gambaran hidup samurai dalam memegang teguh kesetiaan. Berdasarkan sejarah seorang jenderal samurai terkenal di Jepang, Minamoto no Yoshitsune. Yoshitsune bersama teman-teman samurai seperjuangannya berusaha menjalankan janji setia terhadap Ushiwakamaru yang telah meninggal untuk merebut kembali kehormatan keluarga yang telah direbut oleh klan Heike. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan penelitian ini mencoba menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk kesetiaan pada masing-masing tokoh samurai dalam komik Shanaou Yoshitsune? 2. Mengapa terjadi perbedaan pandangan terhadap makna kesetiaan? 3. Apakah makna-makna kesetiaan yang terkandung pada setiap tokoh-tokoh samurai dalam komik Shanaou Yoshitsune? 1.3. Ruang Lingkup Permasalahan Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam analisis ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada makna kesetiaan terhadap tokoh-tokoh samurai yang dilihat dari sikap, tingkah laku, serta ucapan-ucapan para tokoh utama, yaitu Hyouta/Shanaou, Isesaburo Yoshimune, Iwago Hayate, dan Naohira Gazan. Penulis juga akan mendeskripsikan bagaimana penyebab terjadinya pertikaian antara dua klan samurai terkuat di Jepang, yaitu klan Genji dan klan Heike. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Menurut Martin dalam Situmorang (1995 : 1) mengatakan bahwa masyarakat feodal adalah masyarakat yang militeristik yang hidup di atas tanah yang terpecah belah. Hal ini terjadi karena lahirnya benyak penguasa feodal yang memberikan perlindungan atas factor produksi, terutama tanah, kepada petani. Penguasa militer dengan perantara prajurit menekan pajak setinggi-tingginya dari petani sehingga petani tersebut hidupnya tergantung pada penguasa militer tersebut. Dalam pemerintahan yang berdasarkan feodalisme atau kebudayaan feodal ini, Jepang mempunyai golongan militer yang sangat kuat bahkan dalam stratifikasi masyarakat pada saat itu menduduki pada peringkat pertama. Golongan militer ini disebut dengan Bushi. Selain dikenal dengan golongan militer, dikenal pula ahli-ahli pedang Jepang yang disebut dengan Samurai. Benedict (1982 : 335) mengatakan samurai adalah prajurit feodal yang berpedang

dua. Sedangkan menurut Nurhayati (1987 : 10) samurai adalah pasukan pengikut tuan tanah/penguasa setempat yang disebut dengan Daimyo. Situmorang (1995 : 11) menjelaskan bahwa bushi adalah kelompok petani yang dipersenjatai untuk mengabdi kepada tuannya kizoku (keluarga bangsawan) dalam mempertahankan eksistensi shoen dan dozoku tuannya yang mengakibatkan para bushi saling berperang. Setelah bushi berhasil menjalankan tugasnya, lamakelamaan mereka tidak bergantung lagi pada kizoku melainkan kizoku yang pada akhirnya bergantung kepada bushi, sehingga kelompok bushi ini menjadi kelompok yang disegani. Dalam zaman feodalisme di Jepang baik sebelum maupun pada saat zaman Edo sudah ada dirumuskan suatu konsep etos pengabdian diri bushi terhadap tuannya yang dikenal dengan Bushido atau jalan hidup bushi. Benedict (1982 : 333) mengatakan bushido adalah tata cara samurai yang merupakan sebuah perilaku tradisional Jepang yang ideal. Inazo Nitobe dalam Benedict (1982 :333) mengatakan bushido adalah perpaduan antara keadilan, keberanian, kebaikan hati, kehormatan, kesopanan, kesetiaan, dan pengendalian diri. Bushido yang ada di Jepang sebelum dipengaruhi oleh ajaran shido dari Tokugawa, telah ada semenjak adanya bushi di Jepang yang disebut dengan Bushido lama (Situmorang, 1995 : 21). Bushido lama dapat ditandai dengan pengabdian diri yang mutlak dari anak buah terhadap tuannya. Mereka mampu untuk bunuh diri mengikuti kematian tuannya ataupun juga mampu mewujudkan balas dendam tuannya. Dalam hal ini terkandung bahwa adanya kesetiaan seorang samurai terhadap tuannya, yaitu kesetiaan pengabdian yang didasarkan pada ajaran Buddha Zen. 2. Kerangka Teori

Penelitian kebudayaan ini dilakukan melalui komik yang merupakan sebuah karya sastra. Menurut Rene Wellek dalam Melanie Budianto (1997 : 109) bahwa sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Aminuddin (2000 : 39) mengatakan bahwa sastra adalah karya seni, karena itu ia mempunyai sifat yang sama dengan karya seni, seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain. Tujuannya pun sama yaitu untuk membantu manusia menyingkap rahasia keadaannya, untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membuka jalan menuju kebenaran. Yang membedakannya dengan seni lain adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa. Dalam sastra terdapat genre sastra atau jenis-jenis sastra. Genre sastra ada beberapa jenis di antaranya : puisi, drama, roman, prosa, dan lain-lain. Dalam prosa ada beberapa jenis dan salah satunya adalah komik. Untuk membuktikan bahwa dalam sebuah karya sastra yaitu komik terdapat kebudayaan yang mengungkapkan kesetiaan pada tokoh-tokoh samurai, maka penulis akan menggunakan pendekatan Teori Semiotik. Menurut Jan Van Luxemburg (1992 : 46) semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda, lambang dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini menganggap bahwa fenomena sosial maupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Dalam hal ini penulis menganalisa tanda yang kemudian dihubungkan dengan konsep budaya. Sehingga pada kondisi ini karya sastra yang berbentuk komik yang akan dijadikan sebagai tanda untuk diinterpretasikan. Tanda-tanda

yang terdapat dalam komik ini diinterpretasikan dengan menggunakan teori semiotika. Oleh karena itu komik Shanaou Yoshitsune ini akan dipilih tindakan tokoh-tokoh samurai yang menggambarkan budaya masyarakat Jepang berupa kesetiaan. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan kesetiaan pada masing-masing tokoh samurai. 2. Mendeskripsikan penyebab terjadinya perbedaan pandangan terhadap kesetiaan. 3. Mendeskripsikan makna kesetiaan pada setiap tokoh-tokoh samurai. b. Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan tentang makna yang terkandung dalam komik Shanaou Yoshitsune karya Sawada Hirofumi. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kesetiaan pada tokohtokoh samurai dalam komik Shanaou Yoshitsune. 3. Menambah pemahaman tentang makna kesetiaan dilihat dari beberapa karakter yang berbeda-beda. 1.6. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang termasuk dalam cakupan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotik. Metode deskriptif adalah

suatu metode yang dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, menginterpretasikan data. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Dengan menggunakan metode deskriptif ini, peneliti akan menjelaskan kesetiaan pada tokoh-tokoh samurai. Pendekatan semiotik digunakan untuk menunjukkan adanya perilaku yang mencerminkan budaya kesetiaan di dalam komik. Data untuk penelitian ini adalah komik yang berjudul Shanaou Yoshitsune karya Sawada Hirofumi yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Majalah pada tahun 2002 setelah diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia. Komik Shanaou Yoshitsune ini pertama kali diterbitkan di Jepang oleh Kodansha Ltd, Tokyo pada tahun 2001. Teknik penelitian yang digunakan adalah meneliti data-data berupa bukubuku yang berhubungan dengan kebudayaan dan sastra. Buku-buku ini akan dibaca dan dicari hubungan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Objek penelitian adalah komik yang berjudul Shanaou Yoshitsune karya Sawada Hirofumi. Di dalam komik inilah akan dicari dan dianalisa secara menyeluruh tentang budaya kesetiaan. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat studi kepustakaan (library research).