Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir terhadap Kuat Lentur Beton

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PS BALL SEBAGAI PENGGANTI PASIR TERHADAP KUAT LENTUR BETON

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BAJA TERHADAP KUAT KARAKTERISTIK BETON

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

BAB IV ANALISA PENELITIAN

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENYELIMUTAN BETON DENGAN LEMKRA FIRE PROOFING TERHADAP KUAT BETON AKIBAT PEMBAKARAN

PENGARUH PENGGUNAAN PS BALL SEBAGAI PENGGANTI PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB 3 METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

SARFIN HALIM

III. METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN KUAT LENTUR PANEL PELAT BETON RINGAN PRACETAK BERONGGA DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB V HASIL PEMBAHASAN

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON DENGAN TULANGAN MODEL RANGKA DARI KAYU MERANTI DENGAN VARIASI JARAK ANTAR BEGEL

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON

BAB 3 METODE PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

TINJAUAN KARAKTERISTIK DAN KEKUATAN UBIN / TEGEL LANTAI YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA PADA CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN SEBAGAI PEREDAM SUARA

BAB III METODE PENELITIAN

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

BAB III LANDASAN TEORI

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR KUARSA SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA SIFAT MEKANIK BETON RINGAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir terhadap Kuat Lentur Beton Ronald Simatupang, S.T., M.T. dan Prasthi Aldri Pratiwi Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstract Global warming is becoming worse; therefore, innovation and creativity are needed to minimize global warming effects. One of the innovation and creativity can replace material in concrete mixing with waste material. Waste material used in this research is steel production waste, named Precious Steel Ball (PS Ball). PS Ball is used in this research to replace fine aggregate with PS Ball, whose percentage addition of PS Ball is 0%, 5%, 10%, 15% to 50% as a replacement for of the volume of fine aggregate. Specimen used to study the beam flexural strength of concrete is the size of 600 x 150 x 150 mm. The results shows that the maximum flexural strength in the mixture without using PS Ball with flexural strength values is obtained at 4.254 MPa. While the flexural strength with a mixture of sand instead of PS Ball can lower flexural strength by an average of 27.341% compared to the concrete mix without the use of PS Ball. The pattern of cracks occurs in the concrete without bending mixture of PS Ball and Ball PS percentage of the mixture is up to 30% and 45%. The pattern of bending and shear cracks occurs at the levels of PS Ball 35%, 45% and 50%. Keywords: PS. Ball, flexural strength, concrete beam I. Pendahuluan Saat ini pemanasan global meningkat terus menerus per tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dan inovasi untuk dapat mengurangi efek dari pemanasan global. Kreativitas dan inovasi yang diperlukan haruslah berkelanjutan sehingga bisa digunakan setiap saat. Bahan yang digunakan dalam inovasi campuran beton yaitu menggunakan material limbah sisa produksi baja. Limbah yang digunakan yaitu PS Ball (Precious Slag Ball) adalah jenis produk yang ramah lingkungan hasil olahan limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun). PS Ball mulai diproduksi pertama kali di Korea pada tahun 1997 dalam proses SAT (Slag Atomizing Technology) yang merupakan sistem baru untuk membentuk slag cair menjadi butiran kecil (atomize) dari Electric Arc Furnace (EAF) dengan efisiensi tinggi. Material hasil proses SAT berbentuk bola dengan diameter dan ukuran yang berbeda-beda yang disebut PS Ball. Produksi PS Ball pada tahun 1997 mencapai 1,12 juta ton. Pada tahun 2009 PS Ball direlasikan ke beberapa Negara dan berjumlah 3,4 juta ton. Pada tahun 2008 SAT Plant di PT Purna Baja Harsco (di dalam kawasan pabrik PT Krakatau Steel) mulai beroperasi, dengan kapasitas 60.000 ton per tahun. Dalam penelitian ini digunakan PS Ball dalam campuran bahan material beton sebagai pengganti pasir dengan diameter antara 0,1 sampai 4,5 mm. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan PS Ball terhadap kuat lentur beton dan membandingkan kuat lentur pada beton yang menggunakan PS Ball dan kuat lentur beton yang tidak menggunakan PS Ball. 161

Zenit Volume 2 Nomor 3 Desember 2013 II. Teori 2.1 Kuat Lentur Beton Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik berupa beban gravitasi (berarah vertikal) maupun beban lain, seperti beban angin (dapat berarah horizontal), atau juga beban karena susut dan beban karena perubahan temperatur, menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur. Lentur pada balok merupakan akibat adanya regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila bebannya bertambah, maka pada balok terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan timbulnya retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila bebannya semakin bertambah, pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya mencapai kapasitas elemen, taraf pembebanan demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur. Karena itulah perencana harus mendesain penampang elemen balok sedemikian rupa sehingga tidak terjadi retak yang berlebihan ada saat beban kerja, dan masih mempunyai keamanan yang cukup dan kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan pada saat mengalami keruntuhan. Tegangan beton dalam menahan lentur dapat ditentukan dari rumus berikut dimana M adalah momen penampang, y adalah jarak dari serat terluar beton hingga sumbu netral dan I adalah momen inersia dari penampang: f r= M.y I Peraturan ACI menyatakan bahwa f r dapat diambil dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. f r= 0,7 x f c Salah satu kelemahan beton adalah tidak mampu menahan gaya tarik, akibatnya apabila beton tanpa dilapisi tulangan akan mengalami retak-retak apabila dibebani. Dengan demikian, di lapangan bila terlihat beton yang dilapisi tulangan baja, karena tulangan baja yang ditanam dalam beton menjadi unsur kekuatan yang dapat memikul gaya tarik. 2.2 PS Ball Slag EAF merupakan produk samping dengan volume besar yang terbentuk dalam proses pembuatan baja (15-20% dari kapasitas baja cair) dimana masih mengandung sisa-sisa metal. Penanganan slag ini sebelumnya sulit dan metodenya tidak efisien. Teknologi slag atomizing, Slag Atomizing Technology (SAT) merupakan sistem baru untuk membentuk slag cair menjadi butiran kecil (atomize) dari Electric Arc Furnace (EAF) dengan efisiensi tinggi. Material hasil dari proses SAT berbentuk bola dengan diameter dan ukuran yang berbeda-beda, dan disebut PS (Precious Slag Ball). SAT merupakan proses merubah slag cair (1500-1550 C) menjadi bola-bola kecil dengan diameter berkisar antara 0.1 hingga 4.5 mm. Prosesnya berupa sistem hembusan angin berkecepatan tinggi dengan katalis dan air pada aliran slag cair yang ditumpahkan melalui tundish menuju slag pitt. Dengan bantuan air, aliran udara berkecepatan tinggi menghasilkan pertukaran panas yang cepat yang merubah aliran slag menjadi bola-bola (PS Ball) dengan permukaan yang mengkilap. Struktur PS Ball dipisahkan berdasarkan ukurannya dalam suatu mesin pengayak. Berikut adalah proses produksi PS Ball yang dapat dilihat pada Gambar 1 proses SAT, slag cair didinginkan dengan cepat oleh udara dan air berkecepatan tinggi. Berbagai unsur tidak stabil membentuk CaO-Fe 2O 3, SiO 2-Fe 2O 3 dan Mg- Fe 2O 3. Tidak ada CaO bebas di dalam produk, dan permukaan akan mengkilap dengan adanya struktur spinel. Struktur spinel merupakan bentuk kombinasi dari CaO-Fe 2O 3, CaO-SiO 2. Pada Gambar 2 dapat dilihat butiran PS Ball yang didapat setelah proses produksi. 162

Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir terhadap Kuat Lentur Beton (Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi) Gambar 1 Proses Poduksi PS Ball (sumber: PT Purna Baja) Gambar 2 Butiran PS Ball (sumber: PT Purna Baja) PS Ball adalah material baru yang dihasilkan dari slag EAF. PS Ball yang memiliki permukaan mengkilap dengan struktur spinel yang stabil. PS Ball berbentuk bulat dengan diameter antara 0.1 sampai 4.5 mm. PS Ball cocok untuk berbagai penerapan, berkat sifat fisik dan kimianya. Fakta yang paling penting adalah bahwa PS Ball tidak berbahaya dan ramah lingkungan yang dihasilkan oleh teknologi yang bebas pengaruh negatif terhadap lingkungan. Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan kimiawai dan ciri fisik dari PS Ball. PS Ball sangat unggul dibanding pasir dalam hal kekuatan tekan, dan kekerasan. Strukturnya sangat kuat, tahan cuaca dengan bentuk bulat mengkilap. Sebagai material baru, PS Ball memiliki keunggulan sifat-sifat fisik dan kimia yang memberikan kemampuan untuk berbagai penerapan yang luas, seperti pelapis genting metal, amplas, pemadatan jalan, bahan pemberat, peredam suara dan pelindung radiasi, campuran semen, bahan lantai, pemadat tanah, tiang pancang, pengolahan air dan air buangan, bahan filter, bahan lantai yang tidak licin, bata dan bahan beton prefabrikasi, campuran aspal, dan sebagainya. 163

Zenit Volume 2 Nomor 3 Desember 2013 Tabel I Kandungan Kimia/Ciri Fisik PS Ball (sumber: PT Purna Baja) Kandungan Kimia / Ciri Nilai Fisik T-Fe 20,83% M-Fe <0,10% FeO 3,35% SiO 2 12,69% CaO 40,30% Al 2O 3 2,20% MgO 7,95% Na 2O <0,10% Kekerasan Diameter Massa Jenis Permeabilitas Air 739,8 HVC 0,1-4,5 mm 2,3 kg/l 530 cm/s Kekuatan Tekan 323 /cm 3 2.3 Standar Pengujian Pada penelitian ini standar yang digunakan dalam pengujian material, pembuatan desain campuran beton, dan standar pengujian balok lentur menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti terlihat pada Tabel II. Tabel II Standar Pengujian Pengujian SNI Material Kadar Organik SNI 03-2816-1992 Kadar Lumpur SNI 03-1967-1990 Kadar Air SNI 03-1971-1990 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat halus Agregat kasar SNI 03-1970-2008 SNI 03-1969-2008 Analisa Saringan SNI 03-1968-1990 Berat Isi SNI 03-1973-2008 Mix Design Pengujian Mix Design SNI 03-2834-2000 Slump Test SNI 03-1972-2008 Lentur Kuat Lentur Beton SNI 03-4431-1997 III. Metodologi 3.1 Set Up Pengujian Lentur Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan two point loading dan dilakukan dengan cara membagi tiga bentang di antara dua perletakan dan panjang balok di luar tumpuan minimum sebesar 20 mm. Pada pengujian ini benda uji balok dengan ukuran 600x150x150 mm 3, diambil panjang bentang di antara dua perletakan sebesar 450 mm yang per bentangnya diambil sebesar 150 mm. 164

Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir terhadap Kuat Lentur Beton (Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi) Dengan demikian panjang balok diluar tumpu minimum menjadi 75 mm. Maka, benda uji yang digunakan memenuhi persyaratan karena 75 mm > 20 mm. Benda uji lentur tampak seperti Gambar 3. Gambar 3 Benda Uji Balok 150 mm 75 mm 450 mm 75 mm 150 mm Kuat lentur beton diteliti dengan membebani balok pada tengah-tengah bentang atau pada setiap sepertiga bentang dengan beban titik P seperti terlihat pada Gambar 4 beban ditingkatkan sampai balok mengalami keruntuhan lentur, dimana retak utama terjadi pada daerah tengah-tengah bentang. Gambar 4 Pembebanan pada Benda Uji Balok P 75 mm 450 mm 75 mm 3.2 Pengujian Material Agregat Halus 1. Pengujian Kadar Air Agregat Halus Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam agregat halus dengan cara pengeringan. Proses untuk mendapatkan kadar air dalam agregat halus dapat dilihat pada Tabel III. Tabel III Kadar Air Agregat Halus Nomor Sampel 1 2 3 Berat Container:W1 (gr) 154 148,5 197,9 Sampel + Container:W2(gr) 254 248,5 297,9 Berat sampel:w3 (gr) 100 100 100 Berat sampel kering + Container: W4 (gr) 249,8 245,2 293,2 Sampel kering:w5 (gr) = (W4 W1) 95,8 96,7 95,3 Kadar air = ((W3-W5)/W3) x 100% 4,2% 3,3% 4,7% Kadar air rata- rata 4,067% Dari pemeriksaan ini dapat disimpulkan bahwa kadar air yang terdapat dalam agregat halus adalah 4,067%. 165

Zenit Volume 2 Nomor 3 Desember 2013 2. Pengujian Specific Gravit y dan Absoropsi Agregat Halus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Specific Gravity dan Absorpsi dari agregat halus dengan kondisi yang jenuh air SSD (Saturated Surface Dry). Nilai ini sangat mempengaruhi perencanaan campuran beton dalam berat agregat halus yang akan digunakan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel IV dan Tabel V. Tabel IV Specific Gravity Agregat Halus Nomor Sampel 1 2 3 Berat sampel SSD: A (gr) 100 100 100 Berat gelas + air + sampel: B (gr) 781,4 771,5 803,3 Berat gelas + air : C (gr) 713,9 705 736,3 Specific gravity = ( A/( A+C-B)) 3,076 2,980 3,030 Specific gravity rata-rata 3,029 Tabel V Absorpsi Agregat Halus Nomor Sampel 1 2 3 Berat Container: A (gr) 154 185 197,9 Berat sampel SSD: B (gr) 100 100 100 Berat sampel kering + container: C (gr) 249,9 280,3 293,3 Berat sampel kering : D (gr) = (C-A) 95,9 95,3 95,4 Absorpsi= ((B-D)/D) x 100% 4,276% 4,931% 4,821% Absorpsi rata-rata 4,676% 3. Analisa Saringan Agregat Halus Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh jumlah presentase butiran baik agregat halus. Hasil analisia saringan agregat halus apat dilihat pada Tabel V dan pada Gambar 5. Tabel VI Analisa Saringan Agregat Halus No. Saringan Berat Tertahan (gr) Berat Tertahan (%) Berat Tertahan Kumulatif Persen Lolos (%) 4 (4,76 mm) 13,3 2,673 2,673 97,327 10 (2,00 mm) 40,4 8,119 10,792 89,208 16 (1,18 mm) 91,4 18,372 29,164 70,836 30 (0,60 mm) 80,7 16,218 45,382 54,618 50 (0,30 mm) 132,3 26,588 71,969 28,031 100 (0,15 mm) 95,9 19,273 91,242 8,758 Pan 43,5 8,742 100 - Total 497,5 100 - - Dari grafik Batas Gradasi Agregat Halus dalam daerah gradasi didapatkan pasir yang digunakan dalam penelitian campuran pembuatan beton termasuk dalam gradasi no 2, Grafik Gradasi Pasir Sedang. 166

Gambar 5 Batas Gradasi Agregat Halus Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir terhadap Kuat Lentur Beton (Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi) 3.3 Pengujian Agregat Kasar Pengujian yang dilakukan terhadap agregat kasar yaitu, pemeriksaan kadar air, specific gravity dan absorpsi,analisa saringan, dan berat isi. 1) Kadar Air Agregat Kasar Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam agregat halus dengan cara pengeringan. Proses untuk mendapatkan kadar air dalam agregat kasar dapat dilihat pada Tabel VII. Tabel VII Kadar Air Agregat Kasar Nomor Sampel 1 2 3 Berat Container: W1 (gr) 273,7 262,4 272 Sampel + Container: W2 (gr) 473,7 462,4 472 Berat sampel: W3 (gr) 200 200 200 Berat sampel kering + Container: W4 (gr) 471 458,9 469,6 Sampel kering: W5 (gr) = (W4 W1) 197,3 196,5 197,6 Kadar air = ((W3-W5)/W3) x 100% 1,35% 1,75% 1,2% Kadar air rata- rata 1,420% 2) Berat Jenis (Specific Gravity) dan Penyerapan (Absorpsi) Agregat Kasar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Specific Gravity dan Absorpsi dari agregat halus dengan kondisi yang jenuh air SSD (Saturated Surface Dry). Nilai ini sangat mempengaruhi perencanaan campuran beton dalam berat agregat kasaryang akan digunakan. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel VIII dan Tabel IX. 167

Zenit Volume 2 Nomor 3 Desember 2013 Tabel VIII Specific Gravity Agregat Kasar Nomor Sampel 1 2 3 Berat sampel SSD: A (gr) 200 200 200 Berat gelas + air + sampel: B (gr) 1249 1243 1253 Berat gelas + air : C (gr) 1106 1102 1122 Specific gravity = ( A/( A+C-B)) 3,508 3,380 2,890 Specific gravity rata-rata 3,259 Tabel IX Absorpsi Agregat Kasar Nomor Sampel 1 2 3 Berat Container: A (gr) 133,2 104,9 143,3 Berat sampel SSD: B (gr) 200 200 200 Berat sampel kering + container: C (gr) 331 301,9 341 Berat sampel kering : D (gr) = (C-A) 197,8 197 197,7 Absorpsi= ((B-D)/D) x 100% 1,113 1,522 1,164 Absorpsi rata-rata (%) 1,263 3) Analisis Saringan Agregat Kasar Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh jumlah presentase butiran baik agregat kasar. Hasil penelitian analisa saringan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel X dan Gambar 6. No. Saringan Tabel X Analisis Saringan Agregat Kasar Berat Tertahan (gr) Berat Tertahan (%) Berat Tertahan Kumulatif Berat Lolos Kumulatif 1 1 " (31,50 mm) 0 0 0 100 4 1" (25 mm) 0 0 0 100 3 8 " ( 9,5 mm) 1463,4 58,6 58,6 41,4 4 (4,76 mm) 893,7 35,7 94,3 5,6 Pan 140,5 5,6 100 - Total 2497,6 100 - - Dari grafik gradasi agregat kasar ukuran maksimum 20 mm didapatkan bahwa agregat kasar yang digunakan dalam peneitian campuran pembuatan beton memenuhi batas gradasi agregat kasar yang ditetapkan. 168

Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir terhadap Kuat Lentur Beton (Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi) Gambar 6 Gradasi Agregat Kasar Ukuran Maksimum 20 mm 3.4 Perencanaan Campuran Beton Setelah melakukan pengujian material agregat halus, agregat kasar, maupun PS Ball maka dilakukan perancanaan campuran beton (mix design). Dari hasil perhitungan didapatkan desain campuran yang digunakan seperti terlihat pada Tabel XI. Tabel XI Komposisi Bahan Campuran Beton untuk Benda Uji Balok (600 x 150 x 150 mm 3 ) Sebelum dan Sesudah Dikoreksi Proporsi Adukan Sebelum dikoreksi Sesudah dikoreksi Tiap m 3 Tiap benda uji Tiap m 3 Tiap benda uji Semen (kg) 365,384 4,933 365,384 4,933 Air (kg) 190 2,565 192,547 2,599 Kerikil (kg) 1269,207 17,135 1271,199 17,162 Pasir (kg) 745,407 10,063 740,867 10,002 IV. Analisis Dari hasil penelitian didapatkan kuat lentur dari balok beton seperti pada Tabel XII. Perhitungan untuk mendapatkan kuat lentur beton dengan penggunaan 5% PS Ball, titik belahnya terjadi di daerah pusat pada 1/3 bentang pada bagian tarik dari beton.perhitungan kuat lentur beton dengan campuran 5%PS Ball dapat dilihat dibawah ini. Pada Gambar 7 dapat dilih perubahan kuat lentur beton yang terjadi dengan komposisi PS Ball yang digunakan sebagai pengganti pasir. P 1 = 2600 kg = 26000 N, fr 1 = 26000.450 150.1502 = 3,467 MPa P 2 = 2500 kg = 25000 N, fr 2 = 25000.450 151.1492 = 3,356 MPa P 3 = 2200 kg = 22000 N, fr 3= 22000.450 150.1502 = 2,933 MPa 169

Kuat Lentur (MPa) Zenit Volume 2 Nomor 3 Desember 2013 Tabel XII Hasil Penelitian Kuat Lentur Beton Rata-rata Campuran Beton Kuat Lentur rata-rata (MPa) Normal 4,524 5% PS Ball 3,252 10% PS Ball 3,607 15% PS Ball 2,704 20% PS Ball 2,816 25% PS Ball 3,359 30% PS Ball 3,052 35% PS Ball 3,977 40% PS Ball 2,563 45% PS Ball 3,658 50% PS Ball 3,883 Gambar 7 Grafik Perubahan Kuat Lentur Beton dengan % PS Ball 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 Campuran PS Ball (%) Berdasarkan hasil pengujian balok lentur dapat dilihat bahwa kuat lentur beton yang dihasilkan dengan penambahan PS Ball sebagai pengganti pasir dapat menurunkan kuat lentur beton dibandingkan dengan beton tanpa menggunakan PS Ball. Besarnya penurunan rata-rata kuat lentur beton dapat dilihat pada Tabel XIII. Tabel XIII Presentase Penurunan Kuat Lentur Beton Normal dengan Menggunakan PS Ball 170 Campuran Beton Kuat Lentur Ratarata (MPa) Penurunan Kuat Lentur (%) 5% PS Ball 3,252 28,117 10% PS Ball 3,607 20,269 15% PS Ball 2,704 40,229 20% PS Ball 2,816 37,754 25% PS Ball 3,359 25,751 30% PS Ball 3,052 32,537 35% PS Ball 3,977 12,092 40% PS Ball 2,563 43,346 45% PS Ball 3,658 19,143 50% PS Ball 3,883 14,169 Penurunan Kuat Lentur Rata-rata (%) 27,341

Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir terhadap Kuat Lentur Beton (Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi) Pada penelitian ini retak yang terjadi untuk seluruh balok beton hampir sepenuhnya mengalami retak lentur, hanya saja ada beberapa yang mengalami retak lentur dan geser. Keretakan balok beton dapat dikategorikan menjadi retak struktur yang terdiri dari retak lentur yang memiliki pola vertikal/tegak dan retak geser yang memiliki pola diagonal/miring biasa terjadi setelah adanya retak lentur yang memiliki pola vertikal.pada penelitian ini banyaknya campuran PS Ball sebagai pengganti pasir sangat mempengaruhi pola retak dan keruntuhan pada balok beton yang diuji. Pada balok beton yang dicampur PS Ball dengan campuran sebanyak 5% hingga 30% PSBall dan campuran 45% PS Ball, memiliki pola retak lentur yang baik karena semua benda uji memiliki pola retak yang berada pada daerah 1/3 jarak titik perletakan, bertepatan pada bagian tarik dari beton itu sendiri. Sedangkan untuk campuran PS Ball dari 35%, 40%, dan 50% campuran PS Ball, memiliki pola retak yang kurang baik karena terdapat beberapa benda uji yang titik belahnya terjadi diluar daerah 1/3 bentang, dan tidak patah kurang dari 5% dari panjang bentang. Pada kotak nomor kurang dari 4,5. Hal ini temasuk retak lentur yang setelah itu menyebabkan retak geser karena daya rekat dari campuran PS Ball kurang baik. V. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Penggunaan PS Ball sebagai pengganti pasir kurang tepat dilakukan dengan komposisi 5-50% karena dapat menurunkan kuat lentur beton tersebut. 2) Kuat lentur maksimum terjadi pada campuran tanpa menggunakan PS Ball. Dan nilai kuat lentur yang didapat sebesar 4,254 MPa. 3) Kuat lentur minimum terjadi pada kadar PS Ball 40% dengan nilai kuat lentur sebesar 2,563 MPa. 4) Pola retak yang terjadi adalah retak lentur pada beton normal dan kadar PS Ball 5% hingga 30% dan 45 %. Sedangkan pola retak lentur dan geser terjadi pada kadar PS Ball 35%, 45% dan 50%. 5) Momen retak maksimum sebesar 2,550 kn.m. terjadi pada beton tanpa campuran PS Ball. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh PS Ball dalam campuran beton sebagai pengisi pasir. 2) Perlu diteliti lebih lanjut apabila dalam campuran beton ditingkatkan menjadi kadar 55-100% PS Ball sebagai pengganti pasir. VI. Daftar Pustaka Dipohusodo,Istimawan (1999) Struktur Beton Bertulang berdasar SK-SNI T-15-1991-03, Gramedia PustakaUtama, Jakarta. Nawy, Edward G (1998), Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar, Bandung :RefikaAditama. McCormac, Jack C (2004), Desain Beton Bertulang Edisi Kelima, Erlangga. Sagel, R. dkk, (1997), Pedoman Pengerjaan Beton, Jakarta : Erlangga SNI 03-2834-2000 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Bandung : LPMB SNI 03-4431-1997: Metode Pengujian KuatLentur Normal Dengan Dua Titik Pembebanan, Jakarta SNI03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir Untuk Campuran Beton SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Kadar Lumpur Untuk Agregat Halus SNI 03-1971-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Agregat SNI 03-1970-2008: Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus SNI 03-1969-2008 : Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air AgregatKasar 171

Zenit Volume 2 Nomor 3 Desember 2013 SNI 03-1973-2008: Metode Pengujian Berat Isi Beton SNI 03-1972-2008 : Metode Pengujian Slump Beton http://purnabajaharsco.blogspot.com diunduh September 2013 www.berita-iptek.blogspot.com diunduh November 2013. 172