BAB 1 PENDAHULUAN. Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 5. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 80.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL DENGAN KINERJA GURU DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, M Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hlm

BAB IV PENUTUP. jumlah skor rata-rata berada pada klasifikasi sedang, yakni antara

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif mandiri dan bertanggung jawab. pendidikan tersebut ditentukan oleh komponen-komponen dalam pendidikan,

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang) Oleh: Aldi Al Bani, M. Pd.I

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya proses pendidikan, mengembangkan kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB II KOMPETENSI PAEDAGOGIS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal Sulthon, Ilmu Pendidikan, Cet I, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm, 1.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman banyak orang terhadap kata tersebut berbeda - beda. Kata media

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia diatur dalam undang-undang, termasuk pola pendidikan. Pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Melalui

ISSN E-ISSN Volume 11 Nomor 2 (2017) UPAYA PENINGKATAN KOMPETESI PROFESIONALISME GURU IPS KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali, yang berasal dari luar maupun dari dalam. Tujuan. pembangunan sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan lancar dan maksimal. Dan dalam proses pembelajaran tersebut seorang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya lebih memperhatikan komponen-komponen pengajaran seperti. sarana dan prasarana pengajaran serta evaluasi pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pers, 2002, hlm Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Hamzah B Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar Siswa di MI se

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan cepat dicapai bila mana didukung oleh sumber daya alam yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan satu di antara makhluk Allah SWT yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup nya, bahkan hampir tidak mungkin lagi jika

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek terpenting kehidupan. Pendidikan seringkali dijadikan sebagai tolok ukur menilai kualitas suatu bangsa. Nilai modal manusia (human capital) suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh jumlah penduduk atau tenaga kasar (labour intensif) tetapi sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (brain intensif).1 Nampaknya hal ini sangatlah wajar mengingat bahwa pendidikan adalah wahana untuk mencetak generasi penerus bangsa yang nantinya akan menentukan nasib bangsa Indonesia. Menyoal tentang pendidikan, di nya terdapat masalah yang cukup kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut di antaranya guru. Guru memegang peranan utama proses pembelajaran, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru.2 Agar tidak terjadi kegagalan menyampaikan pesan yang terkandung materi pelajaran maka sebelum mengajar guru harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Termasuk di nya mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengajar. Media berfungsi sebagai perantara atau alat bantu guru menyampaikan informasi kepada 1 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 5. 2 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 1. 1

2 siswa. Dengan adanya media dapat membantu guru mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran ada beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain yang harus diperhatikan. Menurut Oemar Hamalik, komponen-komponen pengajaran meliputi : 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik, 3) guru, 4) perencanaan pengajaran, 5) strategi pembelajaran, 6) media pengajaran, dan 7) evaluasi pengajaran. 3 Sedangkan menurut Wiji Suwarno komponen pendidikan terdiri dari : 1) tujuan, 2) peserta didik, 3) pendidik, 4) alat, 5) lingkungan (millieu).4 Guru sebagai salah satu komponen penting pendidikan memiliki peran yang sangat strategis rangka meningkatkan mutu atau keberhasilan pendidikan. Oleh karenanya, merupakan keniscayaan seorang guru harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut yang sering disebut kompetensi. Sebagaimana dirumuskan UUD RI No. 14 pasal 10 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen melaksanakan tugas keprofesionalan yang terdiri dari kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.5 Kompetensi profesional sebagai salah satu komponen proses belajar mengajar memiliki syarat-syarat tertentu, karena pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian (pekerjaan sebagai guru). Adapun yang menjadi syarat-syarat kompetensi profesional adalah 1) menguasai materi ajar, 2) penguasaan landasan pendidikan, 3) menguasai keterampilan pembelajaran.6 3 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, Cet. Pertama, 2001, hlm. 77. 4 Wiji Sumarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Arruzz Media, Cet. Pertama, Yogyakarta, 2006, hlm. 33. 5 UUD RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, BP. Mini Jaya, Jakarta, 2006, hlm. 37. 6 Moh. Rosyid, Guru, STAIN Kudus Press, 2007, hlm. 63-65.

3 Seorang pendidik yang profesional adalah pendidik yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus bidang kependidikan, ia mampu untuk melakukan tugas, peran, dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan yang maksimal. Selain itu ia juga harus dapat memanfaatkan media pembelajaran dengan baik agar materi yang disampaikan mudah diterima oleh siswa. Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media proses pembelajaran, pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti waktu persiapan mengajar terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya tidak tersedia, atau alasan lain. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik, serta kemampuan masing-masing diketahui oleh para pengajar. Media sebagai alat bantu mengajar berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan menayangkan pesan dan informasi. 7 Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu mendapat perhatian dari para pengajar sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Banyak usaha yang dapat dilakukan rangka peningkatan sikap profesional keguruan masa pengabdiannya sebagai guru. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan.8 7 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 109. Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 55. 8

4 Dari paparan di atas, dapat kita ketahui bahwa guru mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena gurulah yang langsung membina para siswa di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar. Apalagi sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non fisik. Untuk itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kecakapan yang lebih memadai, kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap, dan administrasi yang lebih teratur. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk memiliki kompetensi profesional. Dimana ketika mengajar ia tidak hanya sekedar menguasai materi yang diajarkan tetapi ia juga harus mampu menyampaikan pesan yang terkandung di materi tersebut kepada siswa. Namun, mengupayakan peningkatan kompetensi profesional guru tidak mudah tetapi harus dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan media pembelajaran. Guru hendaknya dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis dan efisien yang mudah mengupayakannya. Di samping itu juga tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan perkembangan zaman. Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah sejauhmanakah kesiapan guru-guru menguasai penggunaan media pendidikan untuk pembelajaran siswa secara optimal. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi Analisis Pemanfaatan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Fokus Penelitian Dalam penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan seseorang terhadap suatu masalah, dan masalah penelitian kualitatif dinamakan fokus.9 9 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 92.

5 Berkaitan dengan permasalahan penelitian yang penulis angkat, yaitu mengenai Studi Analisis Pemanfaatan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam hal ini fokus penelitiannya adalah kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru berkaitan dengan keberhasilannya memanfaatkan media pembelajaran, dengan indikator : a. Mampu menguasai bahan pelajaran b. Mampu mengelola program pembelajaran10 Penelitian ini difokuskan pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru non PAI yang meliputi guru bahasa Indonesia, matematika, dan guru IPS. Hal tersebut untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media pembelajaran meningkatkan kompetensi profesional guru di MTs NU Raudlatus Shibyan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran meningkatkan kompetensi profesional guru di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus? 2. Apakah hambatan yang dihadapi guru melakukan pemanfaatan media pembelajaran meningkatkan profesional guru di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan memanfaatkan media pembelajaran di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus? 10 Syafrudin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 79.

6 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pemanfaatan media pembelajaran meningkatkan kompetensi profesional guru di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus. 2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru melakukan pemanfaatan media pembelajaran meningkatkan profesional guru di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan memanfaatkan media pembelajaran di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan dasar dan analisa ilmiah terhadap usaha meningkatkan kompetensi profesional guru memanfaatkan media pembelajaran. b. Memberikan wacana pustaka tentang kompetensi profesional guru memanfaatkan media pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, dapat memperluas pengetahuan dan menerapkan ilmu yang didapat. b. Bagi madrasah, bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian mengembangkan profesional guru di madrasah tersebut. c. Bagi guru, bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk mengkaji kekurangan-kekurangan dan mengevaluasi tentang sosok guru agar lebih profesional.