BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah perokok diperkirakan terus meningkat dan sebagian besar adalah orang-orang dari kalangan negara berkembang. Pada tahun 2007 Indonesia menduduki peringkat kelima untuk konsumen rokok terbesar yaitu sebanyak 239 miliar batang rokok setelah China (2163 miliar batang), Amerika Serikat (351 miliar batang), Rusia (331 miliar batang) dan Jepang (259 miliar batang) (WHO, 2011). Di Indonesia, rerata proporsi perokok umur 10 tahun ke atas adalah 29,3%. Proporsi perokok umur 10 tahun ke atas terbanyak di Kepulauan Riau dengan perokok setiap hari 27,2% dan kadang-kadang merokok 3,5%. Perilaku merokok penduduk dengan umur 15 tahun ke atas masih belum mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga 2013, justru cenderung meningkat dari 34,2% tahun 2007 menjadi 36,3% tahun 2013. Laki-laki 64,9% dan perempuan 2,1% masih menghisap rokok. Proporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%). Dibandingkan dengan penelitian Global Adults Tobacco Survey (GATS) pada penduduk kelompok umur 15 tahun ke atas, proporsi perokok lakilaki 67% dan pada Riskesdas 2013 sebesar 64,9%, sedangkan pada perempuan menurut GATS adalah 2,7% dan menurut Riskesdas 2013 adalah 2,1%. Dari 1

2 perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa proporsi perokok laki-laki lebih tinggi daripada perempuan baik menurut hasil GATS maupun Riskesdas. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%) (Riskesdas, 2013). Ditinjau dari jenis pekerjaan, petani, nelayan, dan buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan dengan kelompok pekerjaan lainnya. Proporsi pegawai yang merokok secara aktif adalah 33,6% menduduki urutan ketiga perokok terbanyak setelah wiraswasta (39,8%). Pegawai menduduki urutan pertama proporsi perokok kadang-kadang yaitu 7,4% (Riskesdas, 2013). Di Yogyakarta, penggunaan tembakau juga cukup tinggi yaitu mencapai 21,2% merokok setiap harinya dan 5,7% merokok kadang-kadang dengan ratarata penggunaan rokok 9,9 batang perhari (Riskesdas, 2013). Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil riset pada tahun 2010. Perokok setiap hari pada umur 10 tahun ke atas sebesar 20,8% dan 7,0% yang merupakan perokok kadang-kadang (Riskesdas, 2010). Data-data hasil riset tersebut menunjukkan bahwa jumlah penggunaan rokok semakin meningkat, padahal sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa merokok menjadi faktor risiko terjangkitnya penyakit kronis, seperti kanker, penyakit paru-paru dan penyakit kardiovaskuler (WHO, 2013). Hasil penelitian menunjukkan proporsi orang yang pernah merokok setiap hari memiliki risiko mengalami hipertensi sebesar 1,11 kali dibandingkan dengan

3 yang tidak pernah merokok. Risiko ini terjadi akibat zat kimia beracun, misalnya nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok kemudian masuk ke dalam aliran darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung sehingga terbukti merupakan salah satu faktor risiko yang terbesar untuk kematian mendadak melalui penyakit jantung koroner (PJK). Risiko terjadinya PJK ini meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok (Rahajeng, 2009). Rokok terus membunuh hampir 6 juta orang setiap tahun. Lebih dari 600.000 perokok pasif juga meninggal karena paparan asap rokok. Jika kecenderungan ini terus berlanjut, pada tahun 2030 diperkirakan rokok akan membunuh lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahun hingga setengah dari 1 miliar perokok di dunia pada akhirnya akan mati karena penyakit terkait dengan rokok (WHO, 2011). Asap rokok mengandung banyak racun yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu lebih dari 4.000 macam racun yang 69 di antaranya bersifat karsinogenik yaitu zat yang menyebabkan kanker bagi manusia. Asap rokok sama berbahayanya bagi perokok pasif maupun bagi perokok aktif itu sendiri (Wijaya, 2011). Beberapa zat paling dominan adalah tar dan nikotin (Jaya, 2009). Hasil penelitian telah membuktikan bahwa rokok memiliki dampak yang bermacam-macam bagi kesehatan. Beberapa orang memiliki persepsi, sikap, maupun harapan yang bermacam-macam pula. Persepsi merupakan suatu proses menerjemahkan stimulus yang dimulai dari penglihatan atau pengamatan hingga

4 terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu. Hasil penelitian yang dilakukan di Pemda DPRD Banjar diketahui bahwa dari kelompok pegawai laki- laki yang merokok ada 94,52%, sedangkan pada perempuan hanya 0,007%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 75% pegawai merokok dalam lingkungan kerja. Persepsi pegawai dalam kondisi yang sama dapat berbeda antara pegawai yang satu dengan yang lain. Sebagian pegawai memiliki persepsi bahwa asap rokok dapat menimbulkan dampak kesehatan, di antaranya adalah asma pada anak dan infeksi saluran pernafasan. Pegawai juga memiliki persepsi bahwa kawasan tanpa rokok di lingkungan kerja sangat diperlukan karena merokok dapat membahayakan kesehatan orang lain. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian pegawai menunjukkan persepsi yang baik (Suprantio, 2010). Hasil penelitian lain yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat juga menunjukkan respon positif terhadap penerapan kawasan tanpa rokok karena memiliki dampak positif terutama dalam bidang kesehatan. Pegawai juga setuju dengan pengadaan sosialisasi tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok. Persepsi yang baik seperti ini tentu akan sangat membantu pemerintah dalam upaya mengendalikan penggunaan rokok (Khairi, 2014). Tidak hanya persepsi yang positif saja yang dapat menjadi landasan untuk mengendalikan penggunaan rokok, tetapi diperlukan juga sikap-sikap yang positif. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, dalam hal ini objeknya adalah rokok dan pengendaliannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian pegawai

5 mempunyai sikap setuju dan menginginkan adanya kawasan tanpa rokok. Harapan juga muncul untuk mewujudkan upaya penanggulangan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok (Suprantio, 2010). Dalam uraian di atas telah disebutkan bahwa rokok dapat menimbulkan dampak yang buruk. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengontrol penggunaan rokok seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan pada pasal 22 menyatakan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok (KTR). Keterangan lebih khusus juga disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 115 menyatakan bahwa instansi pendidikan merupakan tempat yang dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Dinas pendidikan merupakan salah satu instansi pendidikan yang memiliki tugas dan fungsi di antaranya adalah sebagai pengatur kebijakan dalam dunia pendidikan, baik dalam hal kurikulum, peraturan-peraturan dalam lingkungan pendidikan dan lain-lain. Melihat tugas dan fungsi sedemikian rupa, dinas pendidikan dapat menjadi pusat untuk pengendalian perilaku merokok terutama dalam lingkungan instansi pendidikan. Fenomena di lingkungan dinas pendidikan sendiri masih ada sebagian pegawai yang merokok. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji persepsi dan sikap pegawai Dinas Pendidikan terhadap rokok serta harapan terhadap pengendalian rokok di Kota Yogyakarta.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana persepsi dan sikap pegawai Dinas Pendidikan terhadap rokok serta harapan terhadap pengendalian rokok di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran persepsi dan sikap pegawai Dinas Pendidikan terhadap rokok serta harapan terhadap pengendalian rokok di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui gambaran persepsi pegawai Dinas Pendidikan terhadap rokok meliputi kandungan, dampak, dan penegakan aturan tentang rokok di Kota Yogyakarta. b. Untuk mengetahui gambaran sikap pegawai Dinas Pendidikan terhadap rokok meliputi kandungan, dampak, dan penegakan aturan tentang rokok di Kota Yogyakarta. c. Untuk mengetahui gambaran harapan pegawai Dinas Pendidikan terhadap pengendalian rokok di Kota Yogyakarta.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai persepsi dan sikap pegawai Dinas Pendidikan terhadap rokok serta harapan terhadap pengendalian rokok. 2. Manfaat praktis a. Bagi profesi keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai persepsi dan sikap pegawai Dinas Pendidikan terhadap rokok serta harapan terhadap pengendalian rokok. b. Bagi Dinas Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk kebijakan tentang rokok demi terwujudnya pendidikan yang lebih baik. c. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi pemahaman dan wawasan dalam melaksanakan penelitian dan dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkan saat diperkuliahan. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai rokok telah banyak dilakukan, namun belum ada penelitian dengan judul yang serupa dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai rokok antara lain:

8 1. Rahmadi, et.al (2012) dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Siswa SMP di Kota Padang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2012. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional study. Populasi adalah semua siswa SMP di Kota Padang Tahun Ajaran 2011/2012. Jumlah sampel sebanyak 96 siswa yang diambil secara cluster sampling dan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 32,30% siswa adalah perokok, 10,4% dengan pengetahuan rendah, dan 7,3% dengan sikap negatif. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=1,000) dan sikap (1,000) dengan kebiasaan merokok pada siswa SMP di Kota Padang. Kesamaan dengan penelitian ini adalah tentang rokok dan salah satu variabelnya adalah sikap. Perbedaannya terdapat pada variabel lain yang diukur dan sampel penelitian. Selain variabel sikap, peneliti juga meneliti variabel persepsi dan harapan. Sampel yang digunakan peneliti adalah pegawai Dinas Pendidikan. 2. Astuti (2009) dengan judul Gambaran Persepsi, Sikap, dan Perilaku Merokok pada Siswa Menengah Pertama (SMP) di Urban Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2009 di Kelurahan Catur Tunggal, Kelurahan Condong Catur, dan Kelurahan Tridadi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan rancangan cross-sectional. Responden adalah siswa SMP kelas 8 yang berasal dari tiga SMP di daerah urban Kabupaten Sleman. Sampel berjumlah 190 orang yang dipilih dengan teknik

9 pengambilan sampel acak sistematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (84,2%) memiliki persepsi terhadap merokok yang baik, 85,8% responden memiliki sikap terhadap merokok yang baik. Prevalensi merokok sebesar 47,4% dengan sebagian besar perokok (85,6%) adalah laki-laki. Secara umum, responden memiliki persepsi dan sikap terhadap merokok yang baik, namun prevalensi merokoknya masih cukup tinggi. Kesamaan dengan penelitian ini adalah tentang rokok dan variabel persepsi dan sikap. Perbedaannya terdapat pada variabel lain yang diukur dan sampel penelitian. Selain variabel persepsi dan sikap, peneliti juga meneliti variabel harapan. Sampel yang digunakan peneliti adalah pegawai Dinas Pendidikan.