BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam, Yogyakarta, Darma Bakti Wakaf, 1992, h Karnaen Perwata Atmaja dan Muhamad Syafii Antonio, Apa Dan Bagaimana Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada keuntungan riil yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. h Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan dunia yang sangat pesat ini mencakup didalamnya. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan umat Islam di Indonesia yang

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. orang dan ditemui disetiap kehidupan semua orang. Kredit terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya lembaga keuangan di Indonesia ditandai dengan munculnya Perbankan Syariah. Dengan disetujuinya UU No. 21 Tahun 2008 dalam undang-undang tersebut menjadi dasar yang kuat bagi operasional perbankan syari ah. Saat ini, bank dan lembaga keuangan khususnya perbankan syari ah merupkan salah satu pelaku terpenting dalam perekonomian di kalangan masyarakat. Masyarakat maupun kalangan industri atau usaha sangat membutuhkan jasa bank dan lembaga keuangan lainnya, untuk mendukung dan memperlancar aktifitasnya. 1 Berawal dari lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai sentral perekonomian yang bernuansa islami, maka bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang lain. Yaitu ditandai dengan tingginya semangat bank konvensional untuk mendirikan lembaga keuangan islam yaitu bank syari ah. Sehingga secara sistematis perekonomian islam telah mendapatkan tempat dalam kancah perekonomian di Indonesia. Perkembangan ekonomi islam tidak hanya berhenti ditingkatan ekonomi makro, tetapi telah mulai menyentuh sektor paling bawah yaitu mikro. Lahirnya lembaga keuangan mikro islam yang berorientasi sebagai lembaga sosial keagamaan, kemudian populer dengan istilah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Munculnya BMT sebagai lembaga keuangan mikro islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah sejalan dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Karena BMI sendiri secara operasinal tidak bisa menyentuh masyarakat kecil, maka BMT menjadi salah satu lembaga keuangan mikro islam yang dapat 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24 1

2 memenuhi kebutuhan masyarakat. Disamping itu, juga peran lembaga ekonomi islam yang berfungsi sebagai lembaga yang dapat mengantarkan masyarakat yang berada didaerah-daerah untuk terhindar dari sistem bunga yang diterapkan dibank konvensional. 2 Baitul Maal Wattamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang mempercayakan dananya disimpan di BMT, baik untuk modal usaha maupun konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenarnya dilakukan oleh lembaga keuangan islam adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah. Praktik syirkah ini dikemas dalam dua jenis pembiayaan yaitu pembiayaan Mudharabah (MDA), dan pembiayaan Musyarakah (MSA). 3 Seiring dengan perkembangan zaman BMT sekarang menjadi lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas untuk membantu dalam hal permodalan. Penduduk Indonesia sebagian besar merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah, eksitensi lembaga keuangan yang bisa menyentuh lapisan inilah yang perlu dikembangkan agar kualitas kehidupan masyarakat mengalami perkembangan. BMT pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi islam, terutama dalam bidang keuangan. Baitul Maal Wattamwil atau lebih dikenal dengan BMT merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank. Sebuah lembaga keuangan islam yang hadir ditengah-tengah carut marutnya perekonomian yang diterapkan di negeri ini, dengan menawarkan sistem baru yaitu sistem yang bebas dari riba, bebas dari ketidak adilan, mengedepankan amanah dan mengemban misi sosial. Dalam pemberian pembiayaan, BMT wajib mempunyai keyakinan berdasarkan agunan yang diberikan. Analisa dalam kelayakan agunan yang diberikan dan niat baik serta kemampuan dan 2 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Moderen, Yogyakatrta: PT. ISES Konsulting Indonesia, 2008, h. 23 3 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Yogyakarta: Ekonosia, Cet ke-1, 2003 h. 452

3 kesanggupan anggota untuk melunasi pembiayaannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam pembiayaan yang diberikan oleh BMT mengandung resiko sehingga dalam pelaksanaannya BMT wajib memiliki dan menerapkan pedoman pembiayaan berdasarkan prinsip syari ah, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BMT sendiri. Guna mengurangi resiko tersebut, agunan pembiayaan dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan anggota untuk melunasi pembiayaan sesuai yang diperjanjikan merupakan faktor yang penting dan harus diperhatikan oleh BMT. Untuk memperoeh keyakinan tersebut, sebelum BMT memberikan pembiayaan seringkali BMT memerlukan informasi yang akurat mengenai calon anggota serta kepastian hukum yang disertai keyakinan dimana pihak-pihak yang terlibat dalam suatu akad pembiayaan memenuhi kewajibannya. Pihak BMT juga dituntut untuk bersikap konsisten dalam menyalurkan pembiayaan dengan memperhatikan 5C: Character, Capacity, Condition, Capital dan Collateral. Berdasarkan observasi yang penulis temukan di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis Bina Utama Cabang Temanggung bahwa sebagian nasabah mengalami proses pembiayaan macet, salah satunya disebabkan karena tidak kesesuaian antara pembiayaan dengan agunan yang diberikan sehingga kesanggupan nasabah untuk melunasi pembiayaannya tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Dengan adanya pembiayaan macet para anggota mengembalikan pinjaman modal awal tanpa disertai syaratsyarat lainnya. Untuk mengetahui lebih rincinya bagaimana menganalisa kelayakan agunan, dalam tugas akhir ini mengambil judul ANALISIS KELAYAKAN AGUNAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) TAMZIS BINA UTAMA

4 CABANG TEMANGGUNG B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini penulis rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur pembiayaan mudharabah di KSPPS Tamzis Bina Utama cabang Temanggung? 2. Bagaimana analisis kelayakan agunan pada pembiayaan mudharabah di KSPPS Tamzis Bina Utama cabang Temanggung? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian yang penulis lakukan di KSPPS Tamzis Bina Utama : a. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan mudharabah di KSPPS Tamzis Bina Utama. b. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan agunan pada pembiayaan mudharabah di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis Bina Utama. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis 1) Sebagai suatu bahan informasi ilmiah untuk menambah wawasan pengetahuan penulis khususnya dan pembaca umumnya mengenai kelayakan agunan pada pembiayaan mudharabah di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis Bina Utama. 2) Untuk memenuhi Tugas Akhir dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya. b. Bagi KSPPS Taamzis Bina Utama Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan yang bermanfaat dan memberikan kontribusi pemikiran

5 dalam hal agunan pada pembiayaan mudharabah. c. Bagi UIN Walisongo Semarang Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat menambah leteratur serta referensi yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan mengambil permasalahan yang serupa. D. Tinjauan Pustaka Sebelum malkukan penelitian penulis melakukan pengkajian pustaka dan karya yang mempunyai relevansi terhadap topik yang diteliti. Pustaka yang telaah dalam penelitian ini adalah : Tugas akhir yang berjudul Analisis Kelayakan Agunan Pembiayaan Murabahah di BMT Harapan Umat Kudus. Karya Ani Zulfa jurusan Perbankan Syari ah Fakultas Ekoonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang Tahun 2014. 4 Hasil penelitian ini adalah mekanisme pembiayaan murabahah di BMT Harapan Umat Kudus, dilakukan hanya atas dasar permohonan dari calon anggota. Sebelum nasabah mengajukan pembiayaan, nasabah harus menjadi anggota terlebih dahulu. Setelah semua syarat terpenuhi dan setelah semua data terealisasi dengan survey dan analisis 5C. Pada Tugas Akhir ini penulis menitik beratkan pada analisis kelayakan agunan BMT Harapan Umat Kudus yang dilihat dari faktor ekonomis dan faktor yuridis dari agunan tersebut, pengikatan agunan serta prosedur dalam menganalisis agunan harus melewati tahapan 5C. Menurut ( Andi Sapto Nugroho : Tugas Akhir Analaisis Kelayakan Agunan Pembiayaan Murabahah di BMT Fajar Mulia Cabang Ambarawa ) untuk menentkan kelayakan agunan pembiayaan murabahah di BMT Fajar Mulia berdasarkan beberapa ketentuan, yakni ketentuan untuk benda bergerak, benda tidak bergerak, pengikatan agunan yang bertujuan untuk memberikan hak 4 Ani Zulfa, TA Analisis Kelayakan Agunan Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Harapan Umat Kudus, Semarang: Walisongo,2014

6 dan kekuasaan pada BMT untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut bilamana melakukan cidera janji, prosedur dalam melakukan analisis agunan yang harus melewati tahapan 5C. Adapun mekanisme pembiayaan murabahah di BMT Fajar Mulia harus memenuhi syarat yang harus ditentukan oleh BMT. E. Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara kerja untuk dapat memenuhi obyek-obyek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian, dalam penulisan Tugas ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian supaya memperoleh data-data yang akurat yaitu : 1. Metode Pengumpulan Data Metode yang dipakai penulis dalam membahas tentang analisa kelayakan agunan pada pembiayaan mudharabah di KSPPS Tamzis Bina Utama Cabang Temanggung adalah menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu pengolahan data yang dilakukan dengan cara : a. Metode Observasi Metode pengumpulan data melalui observasi yaitu proses pengambilan data dengan menggunakan pengamatan secara langsung dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. 5 Teknik ini memuat adanya pengamatan dari sipeneliti secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya dan instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan, dan lainnya. Metode pengamatan secara langsung dibagi dua, yaitu : pertama pengamatan yang tidak berstruktur adalah sipeneliti tidak mengtahui aspek-aspek apa dari kegiatan-kegiatan yang ingin diamatinya relevan dengan tujuan penelitiannya. 5 Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia : 2005, h. 175

7 Peneliti juga tidak mempunyai suatu rencana tentang caracara pencatatan dari pengamatannya, sebelum ia mulai kerrja mengumpulkan data. Kedua pengamatan berstruktur berbeda dengan pengamatan tidak berstruktur dalam sistematis tidaknya pengamatan yang dilakukan. Pada pengamatan ini si peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktivitas yang diamatinya yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian, dengan mengungkapkan yang sistematis untuk menguji hipotesisnya. 6 Observasi yang digunakan penulis disini adalah pengamatan berstruktur, dimana penulis telah mengetahui aspek apa dari aktivitas apa yang akan diamati yaitu berkaitan dengan bagaimana analisis kelayakan agunan pada pembiayaan mudharabah di KSPPS Tamzis Bina Utama Cabang Temanggung. 7 b. Metode Wawancara Metode wawancara diartikan sebagai proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengn cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara sipenanya dengan atau pewawancara dengan sipenjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). 8 c. Metode Dokumentasi Pengumpulan data melalui metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku dan lain-lain yang bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi pengetahuan. 9 2. Metode Analisis Data 6 Ibid, h 177 7 Ibid, h 194 8 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan Praktek, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996, h.148 9 Ibid, h. 103

8 Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yaitu data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistic, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya sekedar angka atau frekwensi. 10 F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami Tugas Akhir ini akan disusun secara sistematis sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Berisi tentang sejarah berdirinya Kopersi Simpan Pinjam (KSPPS) Tamzis Bina Utama, wilayah kerja Koperasi Simpan Pinjam (KSPPS) Tamzis, Visi dan Misi, susunan manajemen, struktur organisasi, dan produk-produk KSPPS Tamzis Bina Utama. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan membahas tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian agar mendapatkan gambaran jelas tentang strategi yang dilakukan dalam penanganan kelayakan agunan. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisikan uarian kesimpulan berdasarkan analisis data, saran-saran yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSPPS) Tamzis 10 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rieneke Cipta, 1996, h. 301

9 pada khususnya dan selanjutnya untuk lembaga keuangan pada umumnya dan penutup. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN