PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN

dokumen-dokumen yang mirip
2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN

PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.15/MEN/2003 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 74 /KEP-BKIPM/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2012 TENTANG KEWAJIBAN TAMBAHAN KARANTINA IKAN

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Le

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2014 TENTANG ANDON PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2007 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA HEWAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTANSI KARANTINA HEWAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 369/KEP-BKIPM/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 19/PERMEN-KP/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 232/PMK. 04/2009 TENTANG KAWASAN PELAYANAN PABEAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 05/Permentan/HK.060/3/06 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.04/2012 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lemb

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PMK.04/2013 TENTANG TOKO BEBAS BEA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/5/2006 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG

Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka perlindungan dan pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya, perlu adanya instalasi karantina ikan di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran atau di tempat-tempat lain yang dipandang perlu; b. bahwa dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11/MEN/2011 tentang Instalasi Karantina Ikan, belum dapat menampung perkembangan kebutuhan perlindungan dan pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Instalasi Karantina Ikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 126); 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009, 5. Keputusan...

2 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014; 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Instalasi Karantina, adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina ikan. 2. Tindakan Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Tindakan Karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 3. Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina. 4. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya. 5. Benda lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai potensi penyebaran hama dan penyakit ikan karantina. 6. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan yang menyatakan instalasi karantina telah memenuhi persyaratan untuk melakukan tindakan karantina ikan. 7. Biosekuriti adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk mencegah dan/atau mengurangi risiko masuk dan tersebarnya agen penyakit ikan. 8. Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disingkat HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. 9. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina ikan. 10. Badan adalah badan yang melaksanakan tugas teknis di bidang karantina ikan. 11. Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut UPT Badan adalah UPT yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada 11. Unit... Kepala Badan. 12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina ikan.

3 13. Kepala Badan adalah kepala badan yang melaksanakan tugas teknis di bidang karantina ikan. BAB II PERUNTUKAN DAN PEMBANGUNAN Pasal 2 Instalasi karantina berdasarkan peruntukannya, terdiri dari: a. instalasi karantina untuk ikan hidup; b. instalasi karantina untuk ikan mati; dan c. instalasi karantina untuk benda lain. Pasal 3 (1) Instalasi karantina dibangun oleh Kementerian di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran media pembawa atau di tempat-tempat lain yang dipandang perlu. (2) Pembangunan instalasi karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan. (3) Instalasi karantina yang dibangun oleh Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengelolaannya dilakukan oleh UPT Badan. (4) Tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pelabuhan laut; b. pelabuhan sungai; c. pelabuhan penyeberangan; d. bandar udara; e. kantor pos; f. terminal darat; dan g. pos perbatasan dengan negara lain. (5) Tempat-tempat lain yang dipandang perlu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu sentra kegiatan perikanan. Pasal 4 (1) Perorangan atau badan hukum dapat mendirikan instalasi karantina di luar tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran media pembawa. (2) Pendirian instalasi karantina oleh perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila: a. di tempat tersebut kementerian belum dapat membangun instalasi karantina; b. instalasi karantina milik kementerian yang ada di tempat tersebut tidak mampu menampung media pembawa yang perlu dikenakan tindakan karantina; atau c. perorangan atau badan hukum telah memiliki tempat dan sarana yang cukup memenuhi syarat sebagai instalasi karantina dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina atas media pembawa milik perorangan atau badan hukum yang bersangkutan. c. perorangan... BAB III PERSYARATAN

4 Pasal 5 (1) Instalasi karantina harus dilengkapi: a. sarana dan bahan pemeriksaan; b. sarana pengasingan dan pengamatan; c. sarana perlakuan; d. sarana penahanan; e. sarana pemusnahan; dan f. sarana pendukung lainnya. (2) Sarana instalasi karantina sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan peruntukan instalasi karantina dengan menerapkan prinsip biosekuriti. Pasal 6 (1) Sarana dan bahan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, berupa ruang, bahan dan alat pemeriksaan parasit, bakteri, virus, dan mikotik. (2) Sarana pengasingan dan pengamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b berupa: a. sarana pengasingan dan pengamatan untuk ikan hidup, berupa bak/akuarium atau wadah/tempat untuk menampung media pembawa dan alat ukur kualitas air; b. sarana pengasingan untuk ikan mati, berupa ruang berpendingin dan alat ukur suhu; dan c. sarana pengasingan untuk benda lain, berupa ruang dan/atau wadah yang disesuaikan dengan karakteristik. (3) Sarana perlakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c berupa bak/akuarium atau wadah, alat, dan bahan/obat untuk perlakuan. (4) Sarana penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d berupa bak/akuarium atau wadah, alat, bahan dan ruangan untuk penahanan media pembawa. (5) Sarana pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e berupa alat untuk sterilisasi, bahan sucihama (disinfektan), tempat/lahan penimbunan, perendaman, dan pembakaran. (6) Sarana pendukung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf f berupa gudang, sarana transportasi, bak/wadah penampungan dan peresapan limbah, dan/atau sarana pengelolaan air limbah. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana instalasi karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6), diatur dengan Peraturan Kepala Badan. Pasal 7 Instalasi karantina yang dikelola UPT Badan dilengkapi dengan sarana paling sedikit: a. untuk ikan hidup, berupa: Pasal... 1. sarana dan bahan pemeriksaan; 2. sarana pengasingan dan pengamatan; 3. sarana perlakuan; 4. sarana penahanan; 5. sarana pemusnahan; dan 6. sarana pendukung lainnya.

5 b. untuk ikan mati dan untuk benda lain, berupa: 1. sarana dan bahan pemeriksaan; 2. sarana pengasingan; 3. sarana penahanan; 4. sarana pemusnahan; dan 5. sarana pendukung lainnya. Pasal 8 (1) Instalasi karantina milik perorangan dan badan hukum dilengkapi dengan sarana paling sedikit: a. untuk ikan hidup, berupa: 1. sarana pengasingan dan pengamatan; 2. sarana perlakuan; 3. sarana pemusnahan; dan 4. sarana pendukung lainnya. b. untuk ikan mati dan untuk benda lain, berupa: 1. sarana pengasingan; 2. sarana pemusnahan; dan 3. sarana pendukung lainnya. (2) Instalasi karantina selain dilengkapi dengan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus: a. dilengkapi dengan sarana pemeliharaan berupa wadah/tempat memelihara ikan, bagi instalasi karantina untuk ikan hidup; dan b. memiliki sumber daya manusia yang mempunyai keahlian di bidang perikanan dan/atau biologi, sebagai penanggung jawab teknis. Pasal 9 (1) Instalasi karantina selain dilengkapi sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 atau Pasal 8 harus memenuhi persyaratan: a. memiliki dokumen mutu karantina ikan; dan b. lokasi. (2) Dokumen mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memuat: a. panduan mutu; b. prosedur kerja dan/atau instruksi kerja; dan c. formulir kegiatan. (3) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu: a. bebas dari banjir; b. memiliki sumber air yang cukup dan berkualitas baik; dan c. lokasi mudah dijangkau dengan sarana transportasi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan dokumen mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Badan. (4) Ketentuan... BAB IV PENETAPAN Bagian Kesatu Umum Pasal 10

6 (1) Instalasi karantina digunakan sebagai tempat pelaksanaan tindakan karantina apabila telah mendapatkan penetapan oleh Menteri. (2) Menteri memberikan kewenangan kepada Kepala Badan untuk menetapkan instalasi karantina. (3) Penetapan instalasi karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tanpa dikenakan biaya. Bagian Kedua Tata Cara Penetapan Instalasi Karantina Pasal 11 (1) Kepala UPT badan untuk mendapatkan penetapan instalasi karantina harus mengajukan permohonan kepada Kepala Badan dengan melampirkan dokumen mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a. (2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jika dokumen lengkap dilakukan penilaian terhadap instalasi karantina oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan. (3) Kepala Badan dalam waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap harus: a. menetapkan Instalasi Karantina dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, dalam hal instalasi karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau b. menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan, dalam hal instalasi karantina dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Pasal 12 (1) Perorangan atau badan hukum sebelum mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina, harus mengajukan permohonan penilaian instalasi karantina kepada Kepala UPT Badan setempat, dengan melampirkan persyaratan: a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan; b. fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; c. Surat Keterangan dari Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa perorangan atau badan hukum tersebut melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan; dan d. dokumen mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a. (2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila dokumen lengkap dilakukan penilaian terhadap instalasi karantina oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan. (3) Kepala UPT Badan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap: (2) Berdasarkan... a. menerbitkan rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina, dalam hal instalasi karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau b. menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan, dalam hal instalasi karantina dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Pasal 13 (1) Perorangan atau badan hukum setelah memperoleh rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12

7 ayat (3) huruf a, mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada Kepala Badan, dengan melampirkan persyaratan: a. fotokopi KTP, untuk pemohon perorangan; b. fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; d. rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT Badan; dan e. dokumen mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a. (2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jika dokumen lengkap, apabila diperlukan dapat dilakukan penilaian kelayakan instalasi karantina oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan. (3) Kepala Badan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap atau sejak diterimanya hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2): a. menetapkan instalasi karantina dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, dalam hal instalasi karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau b. menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan, dalam hal instalasi karantina dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Pasal 14 Bentuk dan format Sertifikat Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a dan Pasal 13 ayat (3) huruf a, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Ketiga Masa Berlaku Pasal 15 (1) Sertifikat Instalasi Karantina Ikan berlaku selama 1 (satu) tahun. (2) Masa berlaku Sertifikat Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama. BAB V PENGELOLAAN Pasal 16 (1) Agar media pembawa yang dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tidak menyebarkan HPIK atau HPI yang dipersyaratkan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, pengelolaan instalasi karantina dilakukan dengan Cara Karantina Ikan yang Baik. (2) Ketentuan mengenai Cara Karantina Ikan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VI INSPEKSI DAN VERIFIKASI BAB... Pasal 17 Kepala UPT Badan yang mengelola instalasi karantina atau perorangan atau badan hukum yang memiliki instalasi karantina wajib menjaga konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi karantina, dan peruntukan instalasi karantina.

8 Pasal 18 (1) Untuk menjaga konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi karantina, dan peruntukan instalasi karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dilakukan inspeksi dan verifikasi terhadap instalasi karantina. (2) Inspeksi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh: a. Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat inspeksi, yang bertugas di UPT Badan untuk instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum; dan b. Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat inspeksi, yang bertugas di Badan untuk instalasi karantina yang dikelola oleh UPT Badan. (3) Inspeksi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling kurang setiap 6 (enam) bulan. (4) Dalam hal hasil inspeksi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan ketidaksesuaian, Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan menerbitkan rekomendasi perbaikan kepada Kepala UPT badan, perorangan, atau badan hukum yang memiliki instalasi karantina. (5) Rekomendasi perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib ditindaklanjuti dalam jangka waktu paling lama (7) hari kalender. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inspeksi dan verifikasi diatur dengan Peraturan Kepala Badan. Pasal 19 (1) Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a melaporkan hasil inspeksi dan verifikasi kepada Kepala UPT badan. (2) Kepala UPT badan melakukan rekapitulasi dan evaluasi serta melaporkan hasilnya kepada Kepala Badan. (3) Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan sebagaimana (2) Kepala... dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b melaporkan hasil inspeksi dan verifikasi kepada Kepala Badan. (4) Hasil inspeksi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan. Pasal 20 (1) Kepala UPT Badan, perorangan, atau badan hukum yang tidak melaksanakan rekomendasi perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5) dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. peringatan tertulis; b. pembekuan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan; dan c. pencabutan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan. (3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kalender. (4) Pembekuan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan untuk jangka waktu paling lama 30

9 (tiga puluh) hari kalender, apabila sampai dengan berakhirnya peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak melakukan perbaikan. (5) Pencabutan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak melakukan perbaikan. BAB VII PEMBINAAN Pasal 21 (1) Pembinaan terhadap instalasi karantina ikan dilakukan oleh Kepala Badan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengelolaan, kelayakan sarana dan fasilitas instalasi karantina ikan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Badan. BAB VIII PERPANJANGAN Pasal 22 (1) Perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan dapat diajukan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlakunya berakhir. (2) Kepala UPT badan, perorangan, atau badan hukum untuk melakukan perpanjangan masa berlaku Sertifikat Instalasi Karantina Ikan harus mengajukan permohonan kepada Kepala Badan dengan melampirkan persyaratan fotokopi Sertifikat Instalasi Karantina Ikan yang akan diperpanjang. (3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Badan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja menerbitkan: a. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan perpanjangan, dalam hal berdasarkan hasil inspeksi dan verifikasi (3) masih Berdasarkan terdapat... konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi karantina, dan peruntukan instalasi karantina; atau b. surat penolakan perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, dalam hal berdasarkan hasil inspeksi dan verifikasi terdapat ketidakonsistenan penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi karantina, dan/atau peruntukan instalasi karantina. BAB IX PELAPORAN Pasal 23 (1) Perorangan atau badan hukum yang memiliki instalasi karantina wajib menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina setiap bulan kepada Kepala UPT Badan setempat. (2) Laporan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. jumlah, jenis, dan asal media pembawa yang masuk ke instalasi karantina; b. tindakan karantina ikan yang dilakukan; dan c. hasil dari tindakan karantina ikan.

10 (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala UPT Badan setempat melakukan rekapitulasi laporan dan melaporkannya kepada Kepala Badan. (4) Laporan Kepala UPT Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat memuat rekomendasi pemberian sanksi dalam hal terdapat perorangan atau badan hukum yang tidak melaporkan penggunaan instalasi karantina. (5) Kepala UPT Badan selain merekapitulasi dan melaporkan penggunaan instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib melaporkan penggunaan instalasi karantina yang dikelolanya. (6) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat dilakukan melalui fasilitas elektronik. Pasal 24 (1) Perorangan atau badan hukum yang tidak menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. peringatan tertulis; b. pembekuan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan; dan c. pencabutan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan. (3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan paling banyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kalender. (4) Pembekuan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan untuk jangka waktu (4) paling Pembekuan lama 30... (tiga puluh) hari kalender, apabila sampai dengan berakhirnya peringatan tertulis kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina. (5) Pencabutan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan tidak menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina. Pasal 25 Kepala UPT Badan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) dan ayat (5) dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 26 Ketentuan mengenai instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum yang diatur dalam Peraturan Menteri ini berlaku secara mutatis mutandis bagi instalasi karantina milik pemerintah daerah dan instansi Pemerintah selain UPT Badan. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN

11 Pasal 27 (1) Instalasi karantina milik UPT Badan, badan hukum atau perorangan, dan instansi yang telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya. (2) Permohonan penetapan/perpanjangan instalasi karantina milik UPT Badan, badan hukum atau perorangan, dan instansi yang telah diajukan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, diproses berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11/MEN/2011 tentang Instalasi Karantina Ikan. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: a. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.27/MEN/2008 tentang Instalasi dan Tempat Penimbunan Sementara Karantina Ikan; dan b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11/MEN/2011 tentang Instalasi Karantina Ikan; Peraturan Menteri Kelautan danperikanan Nomor PER.27/MEN/2008 tentang Instalasi dan Tempat PenimbunanSementara Karantina Ikan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 29 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Pasal... Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SHARIF C. SUTARDJO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 Agustus 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Ttd.

12 AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1161 Diundangkan di Jakartaggal

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 /PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN A 000000 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTIFIKAT INSTALASI KARANTINA IKAN NOMOR : IDENTITAS NAMA PEMILIK :... ALAMAT PEMILIK :... REFERENSI 1. SURAT PERMOHONAN IKI - NOMOR :. - TANGGAL :. 2. TANGGAL TANDA TERIMA :. NPWP/NIK : 3. REKOMENDASI NO. TELEPON :... NO. FAX :..... :.... DATA INSTALASI KARANTINA IKAN PERUNTUKAN INSTALASI : - NOMOR :.... - TANGGAL :.... HIDUP MATI PENANGGUNG JAWAB TEKNIS BENDA LAIN ALAMAT INSTALASI :...... NOMOR INSTALASI :... SARANA INSTALASI : 1.. 2.. MASA BERLAKU SERTIFIKAT 3.. 4.. 5.. SAMPAI DENGAN... 6.. CATATAN TEMPAT, TANGGAL.. KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,............... NAMA Sertifikat Instalasi Karantina Ikan ini dapat dicabut apabila pengelolaan instalasi karantina ikan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan karantina ikan. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SHARIF C. SUTARDJO