BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. bahwa dongeng adalah hasil mekanisme bekerjanya human mind

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN . A. Latar Belakang Masalah Reni Yuniawati, 2015

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN. masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama penentu kemajuan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8). Oleh karena itu, karya sastra merupakan hasil karya seni sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai hasil karya seni, karya sastra mengandung unsur keindahan yang dapat menimbulkan perasaan senang, nikmat, terharu, menarik perhatian dan menyegarkan pikiran dan hati penikmatnya. Sebagai bagian dari kebudayaan, karya sastra selalu berkaitan dengan persoalan kehidupan manusia, karena karya sastra selalu membicarakan perilaku kehidupan manusia dengan segala aspeknya. Dengan demikian, karya sastra menjadi hal yang penting untuk mengenal manusia pada zamannya. Dengan kata lain, karya sastra dapat dipandang sebagi cerminan dari kehidupan manusia, dan sebagai evaluasi dari kehidupan manusia karena karya sastra juga menggambarkan tingkat keinginan suatu kebudayaan, gambaran tradisi yang berlaku, dan tingkat kehidupan yang telah dicapai oleh suatu masyarakat pada suatu masa serta harapan yang dicita-citakan. Di bidang kesusastraan kita mengenal istilah sastra lisan dan sastra tulis. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan membentuk apresiasi sastra masyarakat. Dikatakan sastra lisan karena sastra tersebut disebarkan dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan bahasa lisan. 1

2 Sastra lisan di Indonesia dapat dijumpai dalam karya sastra yang diekspresikan oleh berbagai suku bangsa dalam bentuk folklor dan digolongkan pada sastra daerah. Sastra daerah merupakan hasil atau sumber kebudayaan daerah yang memiliki nilai-nilai luhur mengenai tatanan kehidupan suatu masyarakat pada waktu tertentu untuk dijadikan cerminan kebudayaan dan komunikasi antar generasi. Sastra daerah juga merupakan manifestasi dari kehidupan masyarakat kini dan masa datang. Salah satu bentuk sastra lisan adalah cerita rakyat. Cerita rakyat ini dapat berbentuk dongeng, mitos, maupun legenda. Seperti halnya karya sastra yang lainnya, cerita rakyat juga berisi tentang manusia dan kehidupannya. Tidak sedikit cerita rakyat yang berisi tuntunan hidup yang harus dipedomani oleh masyarakat pemiliknya. Cerita rakyat lahir dari suatu masyarakat tradisional yang masih memegang teguh tradisi lisannya. Cerita tersebut berkembang, menjadi besar, dan menghilang di dalam masyarakat pemiliknya. Hubungan di antara ke duanya, cerita rakyat dan pemiliknya, bukan merupakan sesuatu yang dicari-cari atau hanya mengada-ada saja, sebab, cerita rakyat itu menampilkan gambaran kehidupan sebagai produk sosialnya. Cerita rakyat tidak sekedar hidup dan tersebar dalam masyarakat, namun juga memiliki arti penting dan fungsi-fungsi tertentu bagi pemiliknya. Fungsi cerita rakyat bagi pemiliknya sangat beragam. Salah satu contoh yang disampaikan oleh Rudolf Geiger berdasarkan pengalamannya mengatakan mendongeng ataupun bercerita dapat menyembuhkan sakit seseorang

3 kebiasaan mendongeng atau bercerita membuat mereka lebih nyenyak tidur. Di Selandia Baru, berdasarkan hasil penelitian ibu-ibu yang berhasil mendidik anakanak mereka adalah ibu-ibu yang membiasakan anaknya sejak kecil didongengi dengan gaya cerita yang sangat berkesan. (Mushoffa,2001:195). Cerita rakyat sebagai sebuah folklor juga mempunyai peranan yang besar bagi pembelajaran kehidupan manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Yanagita, (Endraswara, 2009: 109) yang mengatakan bahwa folklor merupakan ajaran untuk hari esok, yang berarti sebuah disiplin ilmu yang dapat membantu orang Jepang untuk mengerti jati diri mereka sendiri serta sejarah mereka secara lebih mendalam. Sesuai dengan pendapat Yanagita di atas, maka cerita rakyat juga mempunyai peran dalam dunia pendidikan. Sebab pendidikan menurut Syahidin (2009:2) bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Misi utama pendidikan yaitu pewarisan pengetahuan (Transfer of Knowledge), pewarisan budaya (Transfer of Culture), dan pewarisan nilai (Transfer of Value). Oleh sebab itu pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala aspek cakupannya. Berdasarkan fungsi dan keberadaan cerita rakyat yang mempunyai peranan cukup besar bagi masyarakat, maka sangat perlu diadakan sebuah penelitian yang terkait dengan bidang folklor, lebih khusus tentang cerita rakyat. Sebab bukan tidak mungkin hasil dari analisis dari cerita-cerita rakyat yang ada

4 dapat dijadikan sebagai usaha pemecahan masalah kehidupan yang terjadi sekarang atau masa datang. Masalah kehidupan seperti masalah budaya dan karakter bangsa kini tengah melanda bangsa Indonesia. Masalah tersebut menjadi sorotan tajam masyarakat, seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya bukan tidak mungkin dapat teratasi jika masyarakat mengetahui dan mau melaksanakan nilai-nilai luhur yang diturunkan oleh generasi pendahulu melalui karya sastra khususnya cerita rakyat. Persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat tersebut dapat dikatakan sebagai persoalan moral. Moral bangsa yang mengalami pergeseran kearah yang negatif. Pergeseran moral bangsa ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang menjadi penyebab adanya pergeseran moral bangsa adalah perkembangan budaya. Perkembangan budaya dan pergeseran nilai-nilai yang ada pada budaya itu sendiri tidak dapat dibendung seiring perkembangan dan perubahan zaman. Era globalisasi dan kemajuan teknologi membawa manusia pada kemudahan untuk mengakses budaya-budaya yang belum tentu sesuai dengan karakter bangsa. Kemudahan pengaksesan ini dapat dilakukan oleh semua kalangan tanpa mengenal usia. Sehingga segala aktifitas kehidupan mereka dipengaruhi oleh apa yang dilihat dan apa yang didapatkannya. Menghadapi persoalan-persoalan di atas karya sastra dapat memainkan peranannya sebagai media komunikasi dalam menyampaikan aturan tentang nilainilai moral kepada para pembacanya baik anak-anak, remaja, maupun orang

5 dewasa. Lebih lanjut Nurgiyantoro (1995: 321-322) mengatakan bahwa melalui karya sastra baik cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan atau yang diamanatkan. Moral dalam suatu karya sastra dapat di pandang sebagai amanat, pesan (message). Bahkan unsur amanat itulah yang sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya itu, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan. Karya sastra senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia yang bersifat universal dan biasanya akan di terima kebenarannya secara universal pula. Berdasarkan hal-hal tersebut, menggerakkan hati penulis untuk melakukan sebuah tindakan kecil guna membantu memberikan gambaran bagaimana sebenarnya cerita rakyat yang dimiliki oleh bangsa kita yang sarat dengan nilai-nilai luhur tersebut. Upaya untuk menggali nilai-nilai luhur tersebut perlu dilaksanakan untuk memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa bangsa kita memiliki budaya yang luhur. Melalui penggalian nilai-nilai tersebut diharapkan masyarakat lebih memahami apa sebenarnya pesan-pesan yang ada dalam cerita rakyat yang kita miliki. Tindakan kecil yang penulis lakukan adalah dengan melakukan sebuah penelitian tentang pengkajian nilai-nilai moral yang terdapat dalam cerita rakyat. Penelitian ini berjudul Analisis Struktur dan Nilai Moral Cerita Rakyat Putri Ayu Limbasari dan Model Pelestariannya di Madrasah Tsanawiyah.

6 Cerita rakyat Putri Ayu Limbasari, selanjutnya untuk lebih memudahkan dalam penulisan disingkat (PAL,) merupakan sebuah tradisi lisan yang berkenaan dengan asal-usul penamaan suatu tempat. Cerita rakyat ini termasuk pada genre cerita rakyat legenda setempat (local legends). Penamaan suatu tempat tidak muncul begitu saja, tetapi berkaitan dengan berbagai hal yang pada intinya menyangkut kebudayaan suatu masyarakat. Cerita PAL merupakan sebuah cerita legenda atas nama-nama tempat di daerah kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Cerita PAL juga termasuk ke dalam karya sastra khususnya karya sastra lisan. Karya sastra berupa cerita rakyat merupakan kreativitas para pujangga zaman dulu yang secara substansi selalu mengacu pada ajaran-ajaran dharma sehingga dapat dipakai sebagai landasan bertingkah laku oleh generasi pewarisnya. Cerita rakyat secara umum selalu menyimpan nilai-nilai kearifan yang terselubung dan perlu penyikapan bagi para pembaca karya sastra sehingga makna yang ada di dalamnya dapat dicerna atau ditangkap mendekati kebenarannya. Biasanya nilai yang tertuang tersebut berupa norma-norma kehidupan dalam bentuk etika sopan santun yang perlu dipedomani sebagai wahana kehidupan di masyarakat. Pengambilan cerita rakyat PAL untuk dijadikan objek penelitian ini dikarenakan cerita PAL termasuk folklor yang diduga sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan nilai yang berlaku pada masyarakat. Faktor lain yang menjadi alasan pengambilan cerita rakyat PAL sebagai objek penelitian adalah karena cerita ini masih jarang dikaji oleh para peneliti khususnya peneliti sastra dan

7 peneliti budaya. Selain itu, cerita rakyat ini masih kurang dikenal oleh masyarakat, sehingga ada kekhawatiran cerita rakyat ini akan hilang dan tidak dikenal lagi oleh generasi berikutnya. Kekhawatiran akan hilang atau punahnya cerita ini ada beberapa bukti yang mendukung, yaitu masyarakat pemilik cerita yang mengetahui cerita rakyat ini tinggal sedikit jumlahnya. Pergeseran kebudayaan dan arus globalisasi yang menghalalkan masuknya budaya asing mempercepat proses kepunahan tersebut. Oleh sebab itu, penelitian tentang cerita rakyat PAL, mengenai struktur, perlu dilakukan yang selanjutnya dari struktur tersebut makna atau pesan yang terkandung di dalamnya dapat diketahui. Sebab bukan tidak mungkin pesan yang tersimpan dalam teks masih relevan, atau dapat digunakan sebagai alternatif penyelesaian masalah-masalah pada masa sekarang. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa identitas masyarakat modern didapat dari proses dialektika berpikir masyarakat pendahulunya. Sebagai sebuah legenda, cerita PAL merupakan sebuah sistem proyeksi, yang berperan sebagai alat pencerminan angan-angan kolektifnya. Menurut Danandjaja (2007:64), angan-angan ini oleh aliran psikoanalisa disebut collective unconscious, yaitu semacam pengetahuan bersama yang dimiliki umat manusia sejak lahir, namun tidak dapat disadari secara langsung. Berhubungan dengan hal tersebut, besar kemungkinan legenda PAL adalah ekspresi kesadaran dan pemikiran kolektifnya (dalam hal ini masyarakat Limbasari). Hipotesis bahwa legenda PAL berfungsi sebagai pencerminan angan-angan kolektifnya perlu dibuktikan.

8 Penelitian berkaitan dengan cerita rakyat sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Beberapa peneliti yang menganalisis cerita rakyat diantaranya adalah Heddy Shri Ahimsa Putra, seorang dosen Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, dan staf pengajar pada Program Pascasarjana UGM yang menganalisis cerita berjudul Pitoto Si Muhamma yang ditulis dalam sebuah penelitian berjudul Analisis Struktural Dongeng Bajo. Dia juga menganalisis cerita karya Umar Kayam yang berjudul Sri Sumarah, Bawuk, dan Para Priyayi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model strukturalisme Levi Strauss. Penelitian cerita rakyat ini juga dilakukan oleh A. Totok Priyadi seorang mahasiswa program S-3 Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Penelitian dilakukan terhadap cerita-cerita rakyat Dayak Kanaytn dalam desertasinya. Desertasi yang dipertahankannya pada tahun 2010 ini berjudul Analisis Struktur dan Makna Cerita Rakyat Dayak Kanaytn. Penelitian lainnya dilakukan oleh Maman Rukmana, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tahun 2006, yang menganalisis cerita rakyat Banten Selatan. Dari latar belakang yang penulis paparkan tersebut tepatlah kiranya penulis berusaha melakukan sebuah penelitian berkaitan dengan cerita rakyat berjudul Putri Ayu Limbasari, berkaitan dengan struktur, nilai moral serta upaya pelestariannya.

9 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, masalah difokuskan pada aspek struktur, nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat Putri Ayu Limbasari dan upaya pelestarian cerita rakyat tersebut melalui pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah. Berdasarkan fokus penelitian maka pertanyaan-pertanyaan penelitian yang muncul adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah struktur cerita rakyat Putri Ayu Limbasari? 2) Nilai-nilai moral apa sajakah yang terkandung dalam cerita rakyat Putri Ayu Limbasari? 3) Bagaimanakah upaya pelestarian cerita rakyat Putri Ayu Limbasari di Madrasah Tsanawiyah? 3. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat Putri Ayu Limbasari dan mengetahui bagaimana pelestarian yang dilakukan untuk mempertahankan cerita rakyat tersebut. Secara lebih khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan struktur cerita rakyat Putri Ayu Limbasari, 2) Mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai moral yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Ayu Limbasari. 3) Mendeskripsikan bagaimana model pelestarian cerita rakyat Putri Ayu Limbasari di Madrasah Tsanawiyah.

10 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis dan praktis. Secara teoritis dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu sastra, khususnya sastra lisan dan perkembangan bahan ajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan referensi penelitian sastra atau penelitian seni tradisi lainnya. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi upaya untuk pemahaman, pengembangan, dan pelestarian tradisi lisan. Terhadap pengembangan tradisi lisan meliputi ; (1) mendapatkan pengetahuan tentang struktur cerita rakyat Putri Ayu Limbasari, (2) memperoleh nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat Putri Ayu Limbasari, dan (3) mengetahui model-model pelestarian terhadap cerita rakyat Putri Ayu Limbasari sebagai sarana untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya lokal. Manfaat yang lebih luas yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa tradisi lisan lebih khusus cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang jika dikaji dapat digunakan untuk pedoman hidup yang lebih baik. Hal ini juga untuk menunjukan bahwa kita memiliki karakter yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain. Sehingga diharapkan timbul empati dan kebanggaan pada diri sendiri serta tidak mudah tergelincir oleh budaya-budaya yang belum tentu sesuai dengan karakter bangsa.

11 5. Definisi Operasional Guna mengantisipasi munculnya kesalahpahaman tentang peristilahan yang digunakan, berikut penulis kemukakan definisi operasional istilah-istilah tersebut. 1) Cerita Rakyat PAL Yang dimaksud cerita rakyat PAL dalam penelitian ini adalah karya sastra yang berbentuk lisan, yang merupakan hasil tuturan langsung secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya yang disebarkan dari mulut ke mulut dan merupakan warisan kebudayaan yang hidup ditengah-tengah masyarakat Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. 2) Kajian struktur cerita rakyat PAL adalah analisis terhadap unsur-unsur yang membangun cerita PAL. Untuk analisis struktur ini penulis menggunakan teori strukturalisme Levi Strauss. 3) Nilai moral dalam cerita rakyat PAL adalah penilaian atau penelaahan tentang nilai baik dan buruk, sopan santun, tata karma, adat istiadat yang terdapat dalam cerita rakyat PAL. Nilai ini dikaji dari analisis isi tentang cerita rakyat PAL yang dilatarbelakangi budaya Jawa sebagi budaya pemilik cerita tersebut. 4) Upaya pelestarian Upaya pelestarian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya atau caracara untuk mempertahankan dan melestarikan cerita rakyat PAL di Madrasah Tsanawiyah, sehingga cerita/legenda PAL dapat dikenal oleh generasi penerus dan dapat dilestarikan.

12 Upaya pelestarian yang dilakukan adalah dengan usaha memasukan cerita PAL sebagai bahan ajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah yang akan digunakan sebagai acuan belajar siswa yang telah disusun secara sistematis dengan pola tertentu. 6. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini menggunakan sistematika yang digunakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia yang tertuang dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2010. Sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab yaitu sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian pustaka dan kerangka teoretis, berkaitan dengan cerita rakyat, struktur dan nilai moral, serta model pelestarian di Madrasah Tsanawiyah. Bab III Metode Penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi analisis struktur, nilai moral dan model pelestarian cerita rakyat PAL di Madrasah Tsanawiyah. Bab V. Simpulan dan Saran.