BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. keutamaan atau dikenal dengan istilah virtue ethics theory Ghilyer dalam Soraya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Setiap kali ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan akuntansi didalam suatu

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

BAB I PENDAHULUAN. eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2008 disebut

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam menjalankan audit sesuai dengan tujuan organisasi dan

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor pemerintahan merupakan pihak yang sangat berperan dalam pengawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah yang mengelola negara dalam kaitannya dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini menjadi sorotan masyarakat. Hal tersebut diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai demonstran-demonstran dari berbagai kalangan. Nampaknya, mereka belum puas dengan kinerja yang diberikan pemerintah dengan banyaknya pemberitaan mengenai kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh anggota pemerintah. Kasus KKN yang dilakukan anggota pemerintah diketahui berdasarkan temuan-temuan hasil pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL), Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dan laporan keuangan badan lainnya. BPK menyatakan bahwa terjadi kenaikan penyimpangan anggaran, telah terjadi penggelembungan dan perjalanan fiktif. Temuan penyimpangan dalam bentuk ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan. Kepatuhan terhadap perundangundangan dapat menyebabkan kerugian negara, kekurangan penerimaan, inefisiensi, dan anggaran tidak efektif semakin tinggi. Temuan penyimpangan tersebut mengakibatkan kerugian negara naik dari Rp. 1,37 triliun pada semester 1-2013 menjadi 1,46 triliun disemester 1-2014 (Kompas dalam BPK RI, 2014). Dengan adanya temuan BPK mengenai kenaikan penyimpangan anggaran, hal tersebut menunjukkan bahwa pengawasan internal terhadap pengelolaan keuangan pemerintah yang dilakukan oleh pemerintah masih belum optimal. Oleh 1

2 karena itu, pengawasan terhadap instansi pemerintah harus lebih ditingkatkan guna mencegah terjadinya penyimpangan dan penyelewengan anggaran pemerintah dan hal tersebut sejalan dengan peningkatan kualitas audit. Seorang akuntan dituntut untuk profesional dalam pengawasan dan pelaksanaan audit terhadap instansi pemerintah demi menjaga kepercayaan masyarakat. Pengawasan dan pelaksanaan audit instansi pemerintah dilakukan oleh auditor pemerintah. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah (Mulyadi, 2002). Auditor pemerintah ini terbagi menjadi dua, yaitu auditor eksternal pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan auditor internal pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), inspektorat jenderal Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah (Wikipedia, 2014). Auditor pemerintah dapat digolongkan pada pekerjaan profesi/ profesional, dan bekerja secara profesional memerlukan suatu sarana berupa standar dan kode etik sebagai pedoman atau pegangan bagi seluruh anggota profesi tersebut (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Pusdiklatwas), 2008). Adanya standar dan aturan etika profesi adalah untuk mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit (Sukriah, 2009). Dan salah satunya agar masyarakat dapat

3 meyakini kualitas pekerjaannya (Badjuri, 2012). Jika kualitas pekerjaan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan oleh auditor intern pemerintah ini baik, maka secara otomatis akan menghasilkan kualitas audit yang baik pula. De Angelo (1981) dalam Hasbullah (2014) mendefinisikan bahwa kualitas audit merupakan tingkat kemungkinan dimana seorang auditor menemukan serta melaporkan mengenai adanya suatu pelanggaran yang dilakukan klien dalam sistem akuntansi yang dibuat kliennya. Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan (Elfarini, 2007 dalam Sari, 2011). Kualitas audit ini dipengaruhi oleh : pengalaman kerja (Sukriah, 2009; Pebryanto, 2013), obyektivitas, integritas, kompetensi (Sukriah, 2009), tingkat pendidikan formal, tingkat kualifikasi profesi, continuing professional development (Pebryanto, 2013), kode etik profesi akuntan publik (Primaraharjo dan Handoko, 2011), motivasi (Efendy, 2010), akuntabilitas dan etika (Tandirerung, 2015), kepatuhan pada kode etik, keahlian, kecermatan professional (Juwita, 2014). Penelitian ini dimotivasi dari peneliti sebelumnya Badjuri (2012) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit sektor publik. Penelitian tersebut mendapatkan hasil integritas dan kompetensi auditor sektor publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan

4 yang dihasilkan, sedangkan pengalaman kerja audit, independensi dan obyektivitas auditor sektor publik tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Dari keempat variabel tersebut, hanya integritas dan kompetensi yang berpengaruh positif signikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan sampel pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Jawa Barat. Alasan memilih BPKP sebagai sampel adalah karena BPKP merupakan auditor intern pemerintah yang mengaudit instansi pemerintahan. Dalam penelitian ini hanya ada tiga faktor yang mempengaruhi kualitas audit, diantaranya: Kode Etik APIP (Integritas, Objektivitas, Kerahasiaan, Kompetensi), Pengalaman Kerja Auditor dan Continuing Professional Development. Menurut Indra (2014) dalam Juwita (2014) kode etik adalah system norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor otoritas publik yang mengeluarkan jasa audit keuangan dan pembangunan di sektor pemerintahan diwajibkan mematuhi kode etik dan standar audit yang dikeluarkan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) No. PER/04/M.PAN/ 03/2008 dan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008. Isi dari Kode Etik APIP memuat dua komponen, yaitu : (1) Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan pokok-pokok yang melandasi perilaku auditor; dan (2) Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip audit (Pusdiklatwas, 2008).

5 Kesuksesan auditor terhadap kualitas audit dan pencapaian tujuan instansi diharapkan dapat diraih dengan penerapan kepatuhan terhadap kode etik. Penelitian mengenai kode etik pernah dilakukan oleh Primaraharjo dan Handoko (2011) yang membuktikan bahwa prinsip integritas, objektivitas, dan perilaku profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan prinsip kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Namun penelitian yang digunakan Primaraharjo dan Handoko (2011) mengenai kode etik profesi akuntan publik, sedangkan penelitian ini menggunakan kode etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari: integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi yang diterapkan di BPKP. Selain kode etik yang harus dipatuhi oleh auditor, faktor sumber daya manusia juga merupakan suatu hal yang penting dalam menunjang kualitas audit. Untuk mengetahui kualitas audit yang berkualitas dalam perusahaan atau instansi pemerintahan dapat dilihat dari tingkat pendidikan formal, pengalaman kerja, tingkat kualifikasi profesi, dan continuing professional development (CPD) yang dimiliki oleh masing-masing auditor yang bekerja dalam perusahaan atau instansi pemerintahan (Pebryanto, 2013). Akan tetapi dalam penelitian ini faktor sumber daya manusia hanya menggunakan pengalaman kerja auditor dan continuing professional development (CPD). Pengalaman kerja dapat memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik

6 pula kualitas audit yang dihasilkan (Sukriah, 2009). (Herliansyah, 2006 dalam Badjuri, 2012) membuktikan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor dan meningkatkan keahlian. Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, (2009) membuktikan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Continuing professional development (CPD) atau pendidikan profesional berkelanjutan merupakan program pelatihan dan edukasi yang diadakan oleh instansi pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Pebryanto (2013) membuktikan bahwa Continuing profesional development (CPD) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas dan penjelasan yang mendukung, maka dapat dikatakan bahwa kode etik yang mencakup (integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi), pengalaman kerja auditor, dan Continuing Professional Development (CPD) merupakan suatu hal yang penting terhadap kualitas audit pada auditor intern pemerintah. Oleh karena itu, penulis perlu melakukan penelitian dengan tema sentral : Kode Etik, Pengalaman Kerja, Continuing Professional Development, dan Kualitas Audit (BPKP). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kode etik terhadap kualitas audit?

7 2. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja auditor BPKP terhadap kualitas audit? 3. Bagaimana pengaruh Continuing Professional Development (CPD) terhadap kualitas audit? 4. Bagaimana pengaruh kode etik, pengalaman kerja auditor, dan Continuing Professional Development (CPD) terhadap kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh kode etik terhadap kualitas audit. 2. Pengaruh pengalaman kerja auditor BPKP terhadap kualitas audit. 3. Pengaruh Continuing Professional Development (CPD) terhadap kualitas audit. 4. Pengaruh kode etik, pengalaman kerja auditor, dan Continuing Professional Development (CPD) terhadap kualitas audit? 1.4 Kegunaan Penelitian Beberapa pihak yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari penelitian ini antara lain: 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini, diharapkan akan menambah referensi di bidang akuntansi dengan penelitian empiris di masa yang akan datang. Selain itu,

8 diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan variabel tersebut. 1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi instansi sebagai informasi dan bahan evaluasi atas kode etik, pengalaman kerja auditor, Continuing Professional Development (CPD) dan kualitas audit. Selain itu, bagi masyarakat umum sebagai bahan referensi untuk digunakan dalam memecahkan suatu masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini maupun sebagai bahan pertimbangan untuk membuat laporan ilmiah. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk menggambarkan gambaran tentang materi yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusunnya dalam sistematika penulisan berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (kegunaan teoritis dan praktis), ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Bab ini menjelaskan tentang landasan teori, pembahasan mengenai penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis penelitian, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian.