BAB I PENDAHULUAN. agama yang rahmatan lil alamin. Konsekuensinya adalah agama Islam harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Generasi Rabbani yang tangguh sangat diharapkan mengingat banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

BAB I PENDAHULUAN. juga harus dibaca, dikaji dan diamalkan. Alquran dinamai dan disifati dengan

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, karena tiada ilmu yang lebih utama untuk dipelajari oleh umat

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman keagamaan terhadap anak melalui pembelajaran Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN ! #$ %&

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad SAW dan membaca kitab suci Al-Qur an merupakan suatu. memahami, mengamalkan dan mengajarkan kitab suci Al-Qur an kepada

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Qomar:17). 1

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pada proses pembelajaran baca tulis Al-Qur an tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Alquran

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan makharijul huruf dan ilmu tajwidnya.

BAB I PENDAHULUAN. Saw. yang mengandung petunjuk bagi manusia, Alquran diturunkan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Syaikh Sulaiman bin Husain bin Muhammad al Jamzury Tuhfatul Athfal, Toha Putra, Semarang, 1381 H, hal. 1. 2

BAB I PENDAHULUAN. hidup, lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PANDAI BACA TULIS HURUF AL- QUR AN BAGI MURID SD, SISWA, SLTP, SLTA, DAN CALON PENGANTEN

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut adalah pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dan bacalah Al-Qur an dengan tartil (baik tajwid dan makhrojnya). (QS.Al-Muzammil 73 : 4)

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya orang yang meyakini dan menganut ajaran Islam memiliki kepribadian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2006), hlm Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. rumusan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan dimiliki peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB VI PENUTUP. Qur an dalam meningkatkan kualitas baca Al-Qur an di MTs Negeri 2 Kota. Blitar, maka penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mobile terdapat adanya banyak fasilitas, antara lain: pengaksesan

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G GERAKAN BEBAS BUTA AKSARA DAN PANDAI BACA ALQURAN DALAM WILAYAH KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahanlahan.

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. Putra, 2012), hlm Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki

BAB I PENDAHULUAN. dengan Allah SWT, maupun hubungan antara hamba dengan sesama. Al-Qur an

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI C NOMOR 03

PANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 3 PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan kitab suci bagi umat Islam, karena ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari ajaran agama Islam, diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril kepada nabi

P E R A T U R A N D A E R A H

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (TPA)

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah (kalamullah) yang diwahyukan. kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab, di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SAW yang sangat dicintai dan patut dijaga dan diamalkan oleh umat islam.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3. Ibid., hlm. 5.

قال رسول صلي اللھ عليھ وسلن الذى يقزأ القزان وھوبھ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Allah telah memerintahkan Rasulullah

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN AL-QUR'AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur an diturunkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, ada banyak bentuk kepribadian manusia. Dengan

Disediakan Oleh: Bahagian Pendidikan Islam Jabatan Agama Islam Selangor

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

Mandiri dan Berprestasi yang Madani maka untuk terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

PANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID PENDIDIKAN ISLAM TINGKATAN 1 PENDIDIKAN ISLAM TINGKATAN 1

I. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan

BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL QUR'AN

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

1223/2 LATIH TUBI PENDIDIKAN ISLAM 2004 SET 3

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur`an merupakan pedoman hidup bagi seorang muslim. Semua tata

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kalamullah yang merupakan mu jizat yang. diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dan membacanya merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

:a'. Islami (GERBANGSALAM) sangat mendorong. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang berminat mendaftarkan putra-putrinya pada lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan sebuah agama yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Konsekuensinya adalah agama Islam harus mengatur seluk beluk penganutnya agar mencapai kebahagiaan yang sejati. Karena itu, Allah SWT menurunkan Al-Qur an sebagai pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagian tersebut. Al-Qur an adalah kitab suci yang sempurna dan berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia, pedoman hidup bagi setiap muslim, petunjuk bagi orang orang yang bertakwa. Mengingat demikian pentingnya Al-Qur an dalam memberikan dan mengarahkan kehidupan manusia, maka belajar membaca, memahami, dan menghayati Al-Qur an untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari hari merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam. Supaya bisa memahami, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur an dalam kehidupan sehari hari langkah utama yang harus dilakukan adalah dengan mampu membaca Al-Qur an. Hal ini sesuai dengan ayat pertama yang turun, yaitu ayat 1-5 dari surat al- Alaq. Wahyu pertama yang diturunkan adalah iqra bismi rabbika yang artinya bacalah dengan menyebut nama tuhanmu. Makna dari kata iqra itu sendiri bukan hanya dalam segi membaca Al-Qur an, melainkan juga dalam aspek pemahaman dan penerapan atau pengaplikasian makna yang terdapat dalam Al-Qur an di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk bisa membaca Al-Qur an dengan benar sesuai dengan syari at Islam harus dilakukan proses

2 belajar. Dalam hal ini, bacaan yang fundamental adalah Al-Qur an dialah yang pertama tama harus dibaca, maka dari itu harus ada upaya untuk membaca al- Qur an (Syarifuddin. 2007:40). Salah satu upaya untuk mempelajari Al-Qur an adalah dengan mempelajari ilmu tahsin. Tahsin secara bahasa berasal dari kata Hassana- Yuhassinu-Tahsin yang berarti membaguskan atau membuat jadi bagus. Tahsin tilawatil Qur an berarti membaguskan bacaan Al-Qur an. Bacaan Al-Qur an dikatakan bagus apabila membacanya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sedangkan tajwid adalah ilmu yang memberikan pengertian tentang huruf, baik hak setiap huruf maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak huruf tersebut terpenuhi, yang terdiri dari sifat-sifat huruf,hukum mad dan sebagainya seperti tarqiq, tafkhim, dan semisalnya. Secara empiris, pada saat sekarang ini di negara Indonesia kemampuan membaca Al-Qur an masih harus mendapatkan perhatian khusus dikarenakan masih banyak sekali orang islam yang belum mampu membaca Al-Qur an. Berikut ini hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kemampuan membaca Al-Qur an umat Islam dan pelajar atau mahasiswa Indonesia. Menurut Budiyanto dalam Lesmana (2011:2-3) mencatat : Pada tahun 1950, umat Islam di Indonesia yang tidak mampu membaca Al-Qur an hanya ada 17%, dan pada tahun 1980 telah mengalami peningkatan menjadi 56%. Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pengurus Muhammadiyah Jakarta bekerjasama denga Dewan Dakwah Indonesia pada tahun 1998 ditemukan fakta bahwa 75% pelajar SMA di Jakarta buta huruf Al-Qur an. Sedangkan hasil survey pada tahun 1994 di Kotamadya Semarang untuk anak-anak SD se-kotamadya Semarang, tercatat data bahwa keberhasilan pengajaran membaca Al- Qur an di SD se-kotamadya Semarang hanya 16%.

3 Kalau dilihat dari segi mayoritas agamanya, Indonesia merupakan negara yang bermayoritas Islam terbesar didunia. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dilihat dari data penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia tidak mampu membaca membaca Al-Qur an. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, terutama kurangya motivasi atau semangat dari individu itu sendiri untuk mempelajari Al-Qur an. Menurut Guntur (2006) yang menyatakan di Indonesia sendiri dengan penduduk terbesar Islam yaitu sekitar 170 juta jiwa ternyata hanya 36% saja yang bisa membaca Al-Qur an. Dari 36% itu hanya 16% yang bisa membaca dengan tartil dan benar tajwidnya, dan ironisnya dari 16% tersebut, hanya 3% yang rutin membacanya. Data di atas telah membuktikan bahwa selama ini banyak dari umat Islam itu sendiri tidak mampu dalam membaca kitab sucinya. Hal ini terjadi karena beberapa aspek diantaranya aspek pendidikan agama yang kurang mendapatkan perhatian khusus terlebih dalam belajar membaca Al-Qur an. Pada umumnya orang tua lebih menitikberatkan pada pendidikan umum sehingga banyak anak muslim yang belum bisa membaca dan menulis Al-Qur an. Padahal kalau dilihat lebih dalam justru pendidikan agama ini merupakan sebuah benteng untuk atau pondasi untuk melakukan suatu hal. Selain hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas, ketua Dewan Mesjid Indonesia (DMI) Jawa Barat HR Maulani di sela-sela peringatan tahun baru Islam 1430 H Pusdai Bandung, mengatakan : separuh kaum muslim di Provinsi Jawa Barat belum bisa atau lancar membaca Al-Quran akibat buta huruf Arab. Jumlah

4 buta huruf Arab di Jawa Barat masih tinggi. Meski Muslim sekitar 94 persen dari penduduk Jawa Barat yang berjumlah 41 juta, namun sekitar 50 persennya belum bisa baca Al-Quran karena buta huruf Arab". Data di atas cukup membuktikan kalau kemapuan membaca Al-Qur an di negara Indonesia masih sangat rendah, khususnya di Jawa Barat sendiri. Rendahnya kemampuan membaca Al-Qur an itu di sebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak pernah belajar sama sekali atau lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak mendukung serta kegiatan pembelajaran yang tidak terstruktur dengan baik. Selanjutnya, selain beberapa aspek di atas, ketidakmampuan membaca Al- Qur an dikalangan generasi muda pada saat sekarang ini disebabkan oleh beberapa faktor. Budiyanto dalam Lesmana ( 2011:4) menyebutkan sekurang kurangnya ada empat faktor yang menyebabkan kurang kemampuan membaca Al- Qur an, yaitu : 1) hilangnya dan dihapuskannya pelajaran menulis arab jawi disekolah sekolah formal, 2) sempitnya alokasi waktu yang diberikan dalam mempelajari agama, 3) melemahnya peranan pengajian anak anak di mesjid dan mushalla, dan 4) statisnya pengembangan metode pengajaran membaca Al- Qur an. Menyikapi hal yang terjadi di atas dan upaya yang dilakukan untuk menekan kebutaaksaraan Al-Qur an dalam negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, pemerintah mencoba memberikan perhatian. Hal ini terbukti dengan tertuangnya Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI No.128 tahun 1982/44A tentang usaha peningkatan kemampuan Baca Tulis Al-

5 Qur an bagi umat islam dalam peningkatan penghayatan dan pengamalan Al- Qur an dalam kehidupan sehari hari. Selain itu, juga terdapat dalam Instruksi Menteri Agama RI No.3 tahun 1990 tentang upaya pelaksanaan peningkatan kemampuan baca tulis huruf Al-Qur an. Upaya tersebut membuahkan hasil yang positif. Hal ini terbukti dengan maraknya pembelajaran membaca Al-Qur an khususnya tahsin telah diterapkan dilembaga formal dan nonformal. Banyak cara yang digunakan dalam mempelajari tahsin ini, salah satunya dengan metode Tar-Q yang dilaksanakan dilembaga TARQI. TARQI merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang pembinaan Al-Qur an dan studi islam dengan program program utamanya meliputi mahir membaca Al-Qur an, mahir menghafal Al-Qur an dan mahir memahami Al- Qur an. Adapun program tahsin Al-Qur an masuk pada kategori mahir membaca Al-Qur an (MMQ 1). Program ini diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan para peserta yang telah lancar membaca Al-Qur an dan menginginkan standar bacaan tepat atau sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Program ini disusun dalam empat level yang masing masing levelnya ditempunh dalam waktu dua bulan dengan durasi 90 menit untuk masing masing pertemuan. Keempat level tersebut merupakan program yang harus dituntaskan oleh setiap peserta untuk mencapai target yang ideal sebagaimana yang diinginkan oleh pihak yang bersangkutan (Hanapi,2011:1). Metode pembelajaran dalam program tahsin tilawah di TARQI ini disebut juga dengan metode Tar-Q yaitu metode pembelajaran Al-Qur an berbasis

6 pembinaan dengan mengedepankan kemampuan praktik membaca yang sempurna sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Melalui metode Tar-Q ini, setiap peserta tidak hanya dibimbing mahir dalam membaca Al-Qur an, melainkan diantarkan pula pada hakikat ibadah dan interaksi dengan Al-Qur an sebagaimana yang telah disyariatkan oleh Allah SWT dan rasul-nya. Keberhasilan peserta didik dalam belajar tahsin bisa ditentukan pula oleh sikap guru ketika melaksanakan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran apakah guru tersebut dapat membuat peserta didik tertarik untuk mempelajari itu. Selain itu, keberhasilannya juga ditentukan oleh penggunaan media dalam proses pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Setelah mengikuti pembelajaran tahsin ini, diharapkan siswa bisa meningkatkan kemampuannya dalam membaca Al-Qur an. Kemampuan membaca Al-Qur an disini maksudnya yaitu membaca Al-Qur an sesuai dengan syariat Islam dan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kemampuan di sini maksudnya kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman dan penerapan dari apa yang telah dipelajari dalam membaca Al- Qur an. Kemampuan siswa dalam pengetahuan di sini maksudnya kemapuan siswa dalam mengingat materi tahsin yang telah dipelajari mengenai mana yang seharusnya dibaca panjang, ghunnah, mana huruf yang harus ditebalkan, dan lain sebagainya. Kemampuan siswa dalam pemahaman disini maksudnya siswa paham tentang ketentuan huruf-huruf yang sesuai dengan panjang pendeknya, ghunnah dan makhrijul hurufnya. Kemampuan yang ketiga adalah kemampuan siswa

7 dalam penerapan dalam membaca Al-Qur an. Apabila kedua kemampuan yang sebelumnya telah dijelaskan dapat dikuasai, dalam penerapannya dalam membaca Al-Qur an akan lebih. Pemahaman disini juga dimksudkan dengan makna dari setiap ayat Al-Qur an itu sendiri. Pada lembaga TARQI kemampuan-kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa telah dikelompokkan menjadi empat tingkatan. Keempat tingkatan tersebut merupakan program yang harus dituntaskan oleh siswa untuk mencapai target yang ideal. Keempat tingakatan tersebut meliputi tahsin tilawah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa seputar empat kesalahan umum yang mendasar dalam tilawah Al-Qur an, tahsin tilawah dua kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa seputar penguasaan makhrijul huruf dan sifat huruf, tahsin tilawah tiga kemampuan yang harus dimiliki seputar kesempurnaan penguasaan teknik membaca antar huruf, dan tahsin tilawah empat kemampuan yang harus dimiliki siswa seputar kesempurnaan tilawah Al-Qur an secara keseluruhan, komprehensif, integral dan holistic termasuk didalamnya bahasan tentang kaidah-kaidah khusus dalam tilawah berdasarkan riwayat imam Hafs dari imam A shim. Kemampuan yang telah diuraikan di atas merupakan standar kelulusan yang telah ditetapkan oleh lembaga TARQI. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka pada saat sekarang ini peneliti ingin melihat bagaimana persepsi siswa dalam proses kegiatan pembelajaran tahsin dihubungkan dengan kemampuan siswa dalam membaca Al- Qur an di lembaga TARQI. Persepsi siswa disini maksudnya adalah pemahaman

8 siswa terhadap apa yang didapatinya selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. B. Rumusan Masalah Adapun masalah umum dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tahsin dihubungkan dengan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur an di lembaga TARQI dilihat dari aspek pengetahuan, ppemahaman dan penerapan?. Secara khusus perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan pembelajaran tahsin dengan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur an di lembaga TARQI dilihat dari aspek pengetahuan? 2. Bagaimana hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan pembelajaran tahsin dengan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur an di lembaga TARQI dilihat dari aspek pemahaman? 3. Bagaimana hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan pembelajaran tahsin dengan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur an di lembaga TARQI dilihat dari aspek penerapan? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tahsin dihubungkan dengan kemampuan siswa dalam

9 membaca Al-Qur an di lembaga TARQI dilihat dari aspek pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh data mengenai hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan pembelajaran tahsin dengan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur an aspek pengetahuan yang dilakukan di lembaga TARQI 2. Untuk memperoleh data mengenai hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan pembelajaran tahsin dengan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur an aspek pemahaman yang dilakukan di lembaga TARQI 3. Untuk memperoleh data mengenai hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan pembelajaran tahsin dengan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur an aspek penerapan yang dilakukan di lembaga TARQI D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan peranan teori pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran membaca Al- Qur an umumnya dalam pembelajaran tahsin dan dapat memberikan rekomendasi untuk menggunakan metode, media dan hal lainnya yang dapat meningkatkan pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca Al-Qur an salah satunya pada pembelajaran tahsin. 2. Praktis a. Lembaga TARQI

10 Peneliti berharap agar penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi yang dianggap postif untuk perbaikan pembelajaran tahsin di lembaga TARQI kedepannya. b. Peneliti Peneliti berharap penelitian ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan akan pentingnya mempelajari tahsin agar terhindar dari kesalahan dalam membaca Al-Qur an, serta penelitian ini diharapkan bisa menjadi bentuk media aplikatif peneliti terhadap ilmu yang didapatkan selama perkuliahan. c. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Sebagai sumbangan pemikiran bagi para ahli pendidikan, khususnya seorang perekayasa pembelajaran jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. d. Para Pembaca Penelitian ini diharapkan menjadi suatu tambahan wawasan baru, serta menambah kecintaan para pembaca kepada Al-Qur an serta berupaya lebih mendalami pembelajaran tahsin agar terhindar dari kesalahan membaca Al- Qur an.