BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PEMBELIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN METODE SAW

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Sistem Informasi OLEH :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PESERTA KAPAL PEMUDA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DUTA MAHASISWA GENERASI BERENCANA BKKBN DENGAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA DI SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

Sistem Informasi Penilaian Supplier Komputer Menggunakan Metode Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Dengan Simple Additive Weighting

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING SCHOLARSHIP RECIPIENTS USING TOPSIS FMADM METHOD

IMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM

Kata Kunci : Fuzzy MADM, SAW, kriteria, beasiswa.

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PEMASOK NATA DE COCO DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FMADM (STUDI KASUS: MAHASISWA FKIP UMN AL-WASHLIYAH MEDAN) ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN PENERIMA BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATRIBUTE DECISSION MAKING.

SISTEM REKOMENDASI PEMBERHENTIAN HUBUNGAN KERJA MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING METODE SIMPLE ADDTIVE WEIGHTING (SAW) SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN STAF PENGAJAR MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: Yogyakarta, 20 Juni 2009

Kata Kunci: Guru, Decision support systems, MADM, SAW. 1. Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (Systema) dan bahasa Yunani (Sustema) membentuk satu kesatuan untuk mencapai sebuah tujuan.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PELAYANAN PADA APOTEK AMONG ROGO ADILUWIH. Febriana 1, Dedi Irawan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa Pendidikan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting

Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Dosen Pembimbing Skripsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Metode Simple Additive Weighting (SAW) pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi untuk Cabang Baru Toko Pakan UD.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENILAIAN DOSEN TELADAN MENGGUNAKAN METODE SAW ( SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) DI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Gudang di Perusahaan dengan Metode Weighted Product

Jurnal Ilmiah ILKOM Volume 8 Nomor 3 (Desember 2016) Copyright Jurnal Ilmiah ILKOM -- All rights reserved.

BAB II LANDASAN TEORI Sejarah dan Perkembangan Sistem Pendukung Keputusan

Volume : II, Nomor : 1, Pebruari 2014 Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI) ISSN : X

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TABLET

Multi-Attribute Decision Making

PENDAHULUAN. melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) baik tingkat SMK/sederajat

PENENTUAN SISWA BERPRESTASI PADA SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO DENGAN METODE SAW

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN SISWA TELADAN DI SDN 5 TUNGGUL PAWENANG. Beta Wulan Asmara 1, Dedi Irawan 2

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI DANA BANTUAN REHABILITASI BANGUNAN UNTUK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN PRINGSEWU

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM SELEKSI BEASISWA SMA NEGERI 2 BAE KUDUS DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) ABSTRAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI DI STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU DENGAN METODE SAW

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PASKIBRAKA

APLIKASI PENENTUAN NILAI KEDISIPLINAN DAN LOYALITAS UNTUK REKOMENDASI NILAI BONUS SALESMAN DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA DIKLAT DENGAN FUZZY MADM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Perbedaan tinjauan dengan penelitian yang diajukan terletak pada objek,

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GARUT

PERBANDINGAN METODE PROFILE MATCHING DAN SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA PENENTUAN JURUSAN SISWA KELAS X SMA N 2 NGAGLIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dosen merupakan tenaga akademik yang bertugas merencanakan dan

RANCANGAN SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN PRODUK LAPTOP MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHT (SAW)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstract. Keywords: Scholarship, Fuzzy MADM, SAW, Criteria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI PERUMAHAN DI KABUPATEN PRINGSEWU MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN PENERIMA BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY MADM

UKDW BAB I PENDAHULUAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADICTIVE WEIGHTING (SAW) STUDI KASUS PADA SMKN 1 RAWAJITU TIMUR

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2013) ISBN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN MOTOR BEBEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN KUALITAS KULIT ULAR UNTUK KERAJINAN TANGAN (STUDI KASUS : CV. ASIA EXOTICA MEDAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gus melia Testiana. IAIN Raden Fatah, Palembang, Indonesia

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN IDEAL MENGGUNAKAN METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FUZZY MADM DALAM EVALUASI PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIF WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN JURUSAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY SAW (Studi Kasus SMKN 4 Bandar lampung)

PENENTUAN PRODUK KERAJINAN UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN MADM-SAW. Fera Tri Wulandari 1*, Setiya Nugroho 1

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi**

IMPLEMENTASI METODE WEIGHTED PRODUCT DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN TUNJANGAN PROFESI GURU DI KABUPATEN NGAWI

APLIKASI DINAMIS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN DUA ALGORITMA

PERBANDINGAN PENERAPAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PEMILIHAN LAPTOP

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa dengan Metode Elimination Et Choix Traduisant La Realite (Electre)

PEMBUATAN MODEL PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN FMADM UNTUK MENENTUKAN KOMODITI UNGGULAN PADA DAERAH AGROINDUSTRI PROVINSI LAMPUNG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENYULUH LAPANGAN KELUARGA BERENCANA TELADAN DENGAN METODE WEIGHTED PRODUCT

ANALISIS KOMPARASI SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DAN WEIGHTED PRODUCT DALAM PENENTUAN PENERIMA BEASISWA

Multi atributte decision making (madm) MCDM, MADM, SAW

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan Decision support system atau sistem penunjang keputusan disingkat menjadi DSS, secara umum

Bayu Erlangga 1, Elisabet Y.A 2

Multi-Attribute Decision Making

SISTEM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENERAPKAN FMADM (FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING) DAN SAW (SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) Delpiah Wahyuningsih

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Istilah sistem pendukung keputusan pertama kali digagas oleh P.G.W Keen, seorang akademisi Inggris yang kemudian melanjutkan karir di USA. Pada tahun 1978 Keen dan Scott Morton menerbitkan sebuah buku dengan judul Decision Support Systems : An Organisation Perspective. Dimana dalam buku tersebut mereka menyebutkan bahwa sistem komputer berdampak pada keputusan yang akan dibuat, karena komputer dan analisis merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam menetapkan sebuah keputusan (Power, 2009). Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan-aturan pengambilan keputusan, model analisis, database yang komprehensif dan pengetahuan dari pengambil keputusan itu sendiri (Janakiraman, 1999). 2.1.1. Syarat sistem pendukung keputusan Menurut Bidgoli (1989) syarat dari sebuah sistem keputusan adalah : 1. Memerlukan perangkat keras 2. Memerlukan perangkat lunak 3. Memerlukan manusia (perancang dan pengguna) 4. Dirancang untuk mendukung sebuah pengambilan keputusan 5. Harus dapat membantu pengambil keputusan pada setiap level keputusan 6. Menekankan masalah tidak terstruktur dan semi terstruktur

7 2.1.2. Komponen sistem pendukung keputusan Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari empat subsistem (Turban, 2005), yaitu: 1. Manajemen Data, meliputi basis data yang berisi data-data yang relevan dengan keadaan dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut Database Management System (DBMS). 2. Manajemen Model, berupa sebuah paket perangkat lunak yang berisi modelmodel finansial, statistik, management science, atau model kuantitatif yang menyediakan kemampuan analisa dan perangkat lunak manajemen yang sesuai. 3. Subsistem Dialog, merupakan subsistem yang dipakai oleh user untuk berkomunikasi dan memberi perintah (menyediakan user interface). 4. Manajemen Knowledge, yang mendukung subsistem lain atau berlaku sebagai komponen yang berdiri sendiri. Berdasarkan komponen sistem keputusan yang telah dijelaskan, berikut diberikan penggambaran mengenai komponen sistem pendukung keputusan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Komponen Sistem Pendukung Keputusan Berdasarkan Gambar 2.1. dapat dikatakan bahwa sistem pendukung keputusan harus mencakup tiga komponen utama dari DataBase Management System (DBMS), Model-Base Management System (MBMS) dan antarmuka pengguna. Subsistem

8 manajemen berbasis pengetahuan adalah opsional, tetapi dapat memberikan banyak manfaat karena dapat memberikan intelegensi bagi ketiga komponen utama tersebut. 2.1.3. Karakteristik sistem pendukung keputusan Adapun karakteristik dari suatu sistem pendukung keputusan (Suryadi, 1998) adalah sebagai berikut: 1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi 2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi 3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan 4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model 5. Menggunakan baik data eksternal dan internal 6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis 7. Menggunakan beberapa model kuantitatif 2.1.4. Kriteria sistem pendukung keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sebuah sistem yang memiliki kriteria sebagai berikut (Turban, 1995): 1. Penggunaan model, komunikasi antara pengambil keputusan dan sistem terjalin melalui model-model matematis, jadi pengambil keputusan bertanggung jawab membangun model matematis berdasarkan permasalahan yang dihadapinya. 2. Berbasis komputer, sistem ini mempertemukan penilaian manusia (pengambil keputusan) dengan informasi komputer. Informasi komputer ini dapat berasal dari perangkat lunak komputer yang merupakan implementasi dari metode numeris untuk permasalahan matematis yang bersangkutan. 3. Fleksibel, sistem harus dapat beradaptasi terhadap timbulnya perubahan pada permasalahan yang ada. Jadi pengambil keputusan harus dibolehkan untuk melakukan perubahan pada model yang telah diberikannya kepada sistem, ataupun memberikan model yang baru. 4. Interaktif dan mudah digunakan, pengambil keputusan bertanggung jawab untuk menentukan apakah jawaban yang diberikan oleh sistem memuaskan atau tidak. Bagaimanapun juga sistem bertugas mendukung, bukan menggantikan pengambil keputusan. Jadi sistem harus memiliki kemampuan

9 interaktif: pengambil keputusan harus diijinkan untuk menjelajahi alternatif jawaban dengan cara memvariasi parameter-parameter yang ada pada sistem. 2.1.5. Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan Tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan menurut Basyaib (2006) adalah : 1. Intelijen a) Pembentukan persepsi terhadap situasi yang dihadapi. Ialah mengenali situasi keputusan dan pendefinisian karakteristik utama yang ada pada situasi tersebut. b) Membangun model yang mewakili situasi. Sebuah model merupakan kendaraan yang membantu dalam mengestimasi hasil yang mungkin terjadi dari sebuah situasi keputusan. c) Penentuan ukuran kuantitatif terhadap biaya (disbenefits) dan manfaat yang paling tepat untuk situasi yang dihadapi. Sistem ukuran seragam yang akan digunakan dalam membandingkan alternatif langkah keputusan. 2. Desain Penentuan dengan spesifik alternatif yang dimiliki dengan mengenali dan merumuskan dengan jelas langkah langkah yang mungkin dilakukan. 3. Pilihan a) Evaluasi manfaat dan biaya (disbenefits) dari semua langkah alternatif. Ialah penilaian akibat penerapan setiap langkah alternatif dengan menggunakan ukuran biaya dan manfaat. b) Menetapkan kriteria dalam memilih langkah terbaik. Adalah penetapan peraturan dengan mengaitkan hasil dengan tujuan pembuatan keputusan. c) Penyelesaian situasi keputusan. Ialah mengambil sebuah langkah dengan dasar kriteria yang dapat diterima.

10 2.2. Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. Inti dari FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif & obyektif. Masing- masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan. ( Kusumadewi, 2006). Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah FMADM, antara lain (Kusumadewi, 2006): a. Simple Additive Weighting (SAW) b. Weighted Product (WP) c. ELECTRE d. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) e. Analytic Hierarchy Process (AHP) 2.3. Metode Simple Additive Weighting (SAW) Metode Simple Additive Weighting (SAW) sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada (Rahman, 2014). 2.3.1. Langkah-langkah penyelesaian Adapun langkah penyelesaian dalam menggunakan metode Simple Additive Weighting adalah (Kusumadewi, 2006):

11 1. Menentukan alternatif, yaitu Ai. 2. Menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu Cj. 3. Memberikan nilai rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria. 4. Menentukan bobot preferensi atau tingkat kepentingan (W) setiap kriteria. W = [W1, W2, W3,, WJ]...(1) 5. Membuat tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria. 6. Membuat matrik keputusan (X) yang dibentuk dari tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria. Nilai X setiap alternatif (Ai) pada setiap kriteria (Cj) yang sudah ditentukan, dimana, i= 1, 2, m dan j= 1, 2, n. [ ]...(2) 7. Melakukan normalisasi matrik keputusan dengan cara menghitung nilai rating kinerja ternomalisasi (rij) dari alternatif Ai pada kriteria Cj. {...(3) Keterangan : a. Kriteria keuntungan (benefit) apabila nilai memberikan keuntungan bagi pengambil keputusan, sebaliknya kriteria biaya (cost) apabila menimbulkan biaya bagi pengambil keputusan. b. Apabila berupa kriteria keuntungan (benefit) maka nilai dibagi dengan nilai dari setiap kolom, sedangkan untuk kriteria biaya (cost), nilai dari setiap kolom dibagi dengan nilai. 8. Hasil dari nilai rating kinerja ternomalisasi (rij) membentuk matrik ternormalisasi (R). [ ]...(4) 9. Hasil akhir nilai preferensi (Vi) diperoleh dari penjumlahan dari perkalian elemen baris matrik ternormalisasi (R) dengan bobot preferensi (W) yang bersesuaian elemen kolom matrik (W)....(5)

12 Hasil perhitungan nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai merupakan alternatif terbaik menurut perhitungan metode Simple Additive Weighting. 2.4. Metode Profile Matching Profile Matching adalah salah satu dari metode dalam pengambilan keputusan yang mekanismenya mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dimiliki oleh pegawai. Bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati (Kusrini, 2007). Dalam Profile Matching pegawai yang bisa dipromosikan untuk menduduki suatu jabatan (kenaikan jabatan) adalah pegawai yang paling mendekati profil ideal (Ekasari, 2010). 2.4.1. Langkah-langkah penyelesaian Langkah-langkah dalam melakukan metode ini adalah (Khoiruddin, 2011): 1. Menentukan tujuan dan alternatif yang akan dipilih 2. Menentukan aspek dan subaspek yang digunakan untuk penilaian 3. Melakukan pemetaan GAP GAP yang dimaksud adalah perbedaan antara profil jabatan dengan profil karyawan atau bisa ditunjukkaan pada rumus di bawah ini: GAP = Profil Pribadi Profil...(8) 4. Melakukan perhitungan core factor dan secondary factor Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek, yaitu aspek kapasitas intelektual, sikap kerja, dan perilaku dengan cara sama, setiap kriteria atau aspek dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok core factor dan secondary factor. a. Perhitungan core factor menggunakan rumus dibawah ini:...(9) dimana: NRC = Nilai rata-rata core factor tiap aspek NC = Jumlah total nilai core factor tiap aspek IC = Jumlah item tiap aspek

13 b. Untuk menghitung nilai Secondary Factor digunakan rumus:...(10) dimana: NRS = Nilai rata-rata secondary factor tiap aspek NS = Jumlah total nilai secondary factor tiap aspek IS = Jumlah item tiap aspek c. Untuk menghitung nilai total digunakan rumus: 60% (CF) + 40% (SF)...(11) 5. Perhitungan Nilai Total Dari hasil setiap aspek di atas berikutnya dihitung nilai total berdasakan presentasi dari nilai core factor dan secondary factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil. 6. Perhitungan Nilai Ranking Hasil akhir dari proses Profile Matching adalah ranking dari kepribadian yang dominan dari setiap alternatif. Penentuan ranking mengacu pada hasil perhitungan tertentu. Perhitungan tersebut dapat ditunjukkan pada rumus : Ranking = A% (K1) + B%(K2) + C% (K3) + D%(K4) + E%(K5) + F% (K6) + G%(K7) + H% (K8)...(12) Dimana : K = nilai kriteria 2.5. Sejarah Perkebunan Tembakau Deli di Bulu Cina Tahun 1864-1872 merupakan tahap awal memperkenalkan tanaman tembakau Deli yang dipelopori J. Nienhuys. Tahap selanjutnya tahun 1873-1884 merupakan tahap perkembangan yang penuh dari tanaman tembakau Deli. Pada tahun 1882, Kebun Bulu Cina dibuka untuk penanaman tembakau secara aktif. Bangkitnya nilai untuk komoditi tembakau Deli, membuat bukan saja kawasan Bulu Cina strategis dan cocok untuk ditanami tembakau Deli, tetapi kawasan sekitar Bulu Cina juga dibuka untuk penanaman tembakau Deli (Hutahaean, 2013). Berikut terdapat peta perkebunan Bulu Cina (Agustina, 2013) yang terlampir di dalam Gambar 2.2.

14 Gambar 2.2. Peta Perkebunan Bulu Cina (Sumber: PTPN 2 Kebun Bulu Cina) Pada tahun 1909 Kebun Bulu Cina mendapat tanah konsesi seluas 11.325 bidang, tetapi lahan yang telah digarap untuk penanaman tembakau hanya seluas 415 m². Tanah yang cukup luas ini yang dimiliki oleh Kebun Bulu Cina dikerjakan oleh para tenaga kerja, yang terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak. Hasil yang diperoleh dari perkebunan ini di tahun 1910 sebanyak 4350 pikul. Namun pada tahun 1911 hasil produksi tembakau Deli menurun menjadi 4.300 pikul. Menurunnya produksi tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap proses produksi tembakau di perkebunan Bulu Cina, karena di dalam memproduksi tembakau Deli pasti mengalami fluktuasi (naik-turunnya) hasil produksi. (Hutahaean, 2013).

15 2.6. Karakteristik dan Kualitas Lahan Tembakau Faktor jenis lahan sangat ditentukan oleh kualitas lahan dan karakteristik lahan. Kualitas lahan kemungkinan berperan positif dan negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif tentu yang sifatnya sangat menguntungkan bagi suatu penggunaan, misalnya untuk tanaman tembakau. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaanya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu, bisa merupakan faktor pembatas atau penghambat (Siswanto, 2004). Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976). Kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman di dalam FAO (1976), antara lain terdiri atas: ketersediaan air, ketersediaan hara, ketersediaan oksigen dalam zona perakaran, kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah, kemudahan lahan untuk diolah, salinitas dan alkalinitas, toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit), ketahanan terhadap erosi, hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan, bahaya banjir, rezim temperatur, energi radiasi, bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan), dan kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga. Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas: a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng dan lain lain. b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air dan lain-lain.

16 2.7. Penelitian Terdahulu Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis, diantaranya: 1. Alfi Rahman (2014) membuat penelitian dengan judul Implementasi Metode Simple Additive Weighting (SAW) dan Profile Matching dalam Menentukan Pejabat Struktural pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi, menyimpulkan bahwa waktu penyelesaian perhitungan proses pada metode Simple Additive Weighting yaitu 1.0183 detik, lebih cepat dari metode Profile Matching yaitu 1.0434 detik dan pada metode Simple Additive Weighting profil pegawai terbaik bisa menjadi solusi terbaik sedangkan pada metode Profile Matching profil pegawai yang mendekati profil jabatan ideal yang menjadi solusi terbaik tidak harus profil pegawai yang terbaik (Rahman, 2014). 2. Ibrahim Ahmad Harahap (2014) membuat penelitian dengan judul Implementasi Perbandingan dengan Metode Profile Matching dan Simple Additive Weighting (SAW) dalam Penilaian Kinerja Karyawan (Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara), menyimpulkan bahwa metode Simple Additive Weighting memperoleh hasil penilaian dua kali sama dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Provinsi Sumatera Utara sehingga terbukti lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode Profile Matching dalam kasus ini (Harahap, 2014). 3. Sartana Fitra Amir (2011) membuat penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Model Simple Additive Weighting untuk Seleksi Penerima Beasiswa Bidik Misi Universitas Sumatera Utara, menyimpulkan bahwa pada model Simple Additive Weighting menggunakan metode MADM dan FMADM, setiap kriteria dianggap independen dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain sehingga diharapkan agar menambahkan beberapa kriteria yang dapat saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lain dan menggabungkannya dengan metode Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) (Amir, 2011).