BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. penawaran surat berharga ke masyarakat umum dengan maksud menghimpun dana,

BAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pajak merupakan suatu sumber dana terbesar pada

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediasi). Fungsi ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut dibutuhkan tambahan dana dalam melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Initial public offering (IPO), dapat juga disebut dengan istilah go public, adalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan diharuskan tetap bugar untuk bertahan dalam menjalankan ekspansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal sekarang ini dijadikan alternatif pendanaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. penawaran perdana yang dilakukan di pasar perdana (primary market) pada pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir pekembangan perusahaan yang terdaftar di

Abstrak. Kata kunci: underpricing, reputasi underwriter, ukuran perusahaan, jenis industri.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. modal yang merupakan aspek utama bagi kelancaran usaha. Modal itu sendiri dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. penawaran yang umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: terhadap Audit Delay tidak terdukung. Dengan demikian profitabilitas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan inilah yang mendasari suatu perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut. Perusahaan-perusahaan yang menawarkan sejumlah sahamnya ke masyarakat disebut dengan go public, sedangkan perusahaannya sendiri disebut dengan emiten. Penawaran saham perdana yang ingin dilepas ke masyarakat umum dapat dilakukan di pasar perdana (primary market) yang selanjutnya dapat diperjualbelikan di pasar sekunder (secondary market). Penawaran perdana inilah yang dikenal dengan IPO (Initial Public Offering). Perekonomian di Indonesia terus bertumbuh dan berkembang dari masa ke masa. Perusahaan-perusahaan berskala kecil, menengah, maupun besar terus berusaha untuk mempertahankan keberadaan serta kelangsungan hidup perusahaan. Setiap perusahaan memiliki cara masing-masing dan membutuhkan dana yang memadai untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu cara yang dianggap paling menguntungkan dan dapat membantu perusahaan dalam perolehan dana adalah dengan melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering. IPO merupakan alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan cara menawarkan saham untuk pertama kalinya kepada 1

masyarakat. Terdapat dua latar belakang umum dilakukannya IPO yaitu untuk memperoleh dana dalam membangun usaha baru atau mengembangkan usaha yang telah ada. Selain itu, perusahaan terkadang melakukan IPO dengan tujuan memberikan kesempatan kepada investor untuk turut serta menanamkan investasi dalam perusahaan dan meningkatkan transparansi proses kerja sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada seluruh pemangku kepentingan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan melalui IPO yaitu peluang untuk memperoleh tambahan modal, memungkinkan perusahaan untuk melakukan diversifikasi usaha, meningkatkan nilai maupun likuiditas perusahaan, dan sebagainya. Dalam merealisasikan IPO, diperlukan penetapan harga saham perdana. Hal ini menjadi sulit karena emiten sebagai pihak penawar tidak memiliki informasi yang cukup untuk menentukan harga karena keterbatasan pengalaman. Oleh karena itu, emiten pada umumnya menyerahkan proses ini kepada pihak ketiga dalam hal ini dikenal dengan sebutan underwriter atau pihak penjamin akan berperan sebagai perantara antara emiten dengan investor. Informasi yang dimiliki underwriter lebih baik dari emiten dikarenakan pengalaman dari underwriter itu sendiri yang lebih berkecimpung di pasar modal. Di Indonesia, perjanjian dengan underwriter terbagi dalam dua tipe. Pertama adalah firm commitment, dimana underwriter menjamin membeli seluruh saham yang ditawarkan dan menjualnya kembali ke publik. Kedua adalah best effort, dimana underwriter akan menggunakan usaha terbaik mereka untuk menjual saham kepada publik. Underwriter yang menggunakan firm commitment menimbulkan faktor risiko yang cukup besar bagi underwriter dalam 2

penjaminannya terhadap saham emiten yang akan ditawarkan. Terjadi perbedaan kepentingan antara emiten dengan underwriter dimana emiten menginginkan sahamnya ditawarkan dengan harga tertinggi sedangkan underwriter cenderung ingin mengurangi risiko apabila saham yang ditawarkan tidak terserap seluruhnya sehingga underwriter harus menyerap sisa saham yang tidak laku tersebut. Dalam memperkecil risiko saham yang tidak terjual ke publik, underwriter akan menetapkan harga saham yang lebih rendah dengan memanfaatkan informasi yang dimilikinya. Penetapan harga saham perdana di bawah harga saham di pasar sekunder disebut dengan underpricing. Underpricing merupakan hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar sekunder. Ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan harga saham perdana. Kedua informasi ini telah dimiliki baik oleh underwriter maupun oleh emiten. Perlu diketahui seberapa besar tingkat pengaruhnya terhadap harga saham yang akan ditawarkan. Oleh karena itu banyak dilakukan penelitian mengenai kedua faktor ini. Terdapat penelitian-penelitian sebelumnya (yang secara lebih detail akan dijelaskan kemudian) yang mencoba untuk menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda yang meskipun kecenderungannya sama namun terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Faktor-faktor yang sering menjadi obyek penelitian diantaranya reputasi undewriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran perusahaan serta profitabilitas (kinerja perusahaan) (Rosyati dan Sabeni, 2002; Ghozali dan Al Mansur, 2002). 3

Perbedaan-perbedaan hasil penelitian, sangat menarik untuk ditinjau lebih lanjut. Misalkan pendapat mengenai faktor ukuran perusahaan, Daljono (2000) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing, namun penelitian yang dilakukan Rosyati dan Sabeni (2002) menyimpulkan sebaliknya. Begitu pula dengan umur perusahaan dan reputasi auditor. Ada yang menyimpulkan bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan, namun ada juga yang menyimpulkan sebaliknya. Dalam faktor reputasi underwriter, penelitian terdahulu menyatakan bahwa faktor ini berpengaruh besar terhadap tingkat underpricing (Razafindrambinina dan Kwan, 2013). Namun, fenomena yang terjadi pada saham Krakatau Steel yang menggunakan underwriter yang memiliki reputasi baik menghasilkan underpricing yang cukup tinggi pada saat IPO. Penelitian lainnya menyatakan bahwa kinerja perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada tingkat underpricing sedangkan umur dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan. (Daljono, 2000). Kemampuan analisis yang tepat dalam penentuan dan penetapan harga penawaran saham yang akan diterbitkan sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan IPO. Perusahaan atau emiten dalam melaksanakan IPO tentu mengharapkan mampu memperoleh dana dalam jumlah maksimal melalui penerbitan saham yang dilakukan. Namun, terdapat suatu fenomena yang sering terjadi dalam transaksi IPO di pasar modal yaitu terjadinya suatu kondisi dimana harga penawaran IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama perdagangan saham di pasar sekunder (underpricing). Terjadinya 4

underpricing menyebabkan ketidakmampuan emiten untuk memperoleh dana secara maksimal atas penerbitan sahamnya. Sebaliknya, hal tersebut menguntungkan investor karena dapat memperoleh tingkat pengembalian dari selisih harga investasi (initial return). Penutupan harga penawaran perdana saham di pasar modal ditentukan berdasarkan kesepakatan antara emiten dan underwriter sedangkan harga yang terjadi di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran. Harga jual yang tinggi diharapkan oleh pihak emiten untuk perolehan dana secara maksimal dan peningkatan kesejahteraan. Namun dari sisi investor, harga yang tinggi dapat mempengaruhi minat dan respon untuk membeli atau memesan saham yang ditawarkan. Bila harga terlalu tinggi dan minat investor rendah maka saham yang ditawarkan akan kurang menarik. Underwriter merupakan salah satu pihak kunci yang berperan penting dalam keberhasilan IPO dan bertugas untuk menjamin penawaran serta membantu perusahaan penerbit dalam pelaksanaan IPO. Salah satu fungsi underwriter yaitu membantu menentukan harga penawaran yang tepat. Underwriter memiliki saluran distribusi, kontak, dan keahlian untuk secara lebih luas menjangkau sejumlah kelompok investor dibandingkan yang dapat perusahaan peroleh dengan usahanya sendiri (Baker dan Martin, 2011). Hal tersebut menyebabkan underwriter sebagai pihak yang lebih sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan calon emiten. 5

Underwriter dapat menggunakan asimetris informasi tersebut untuk mengurangi risiko yang harus ditanggungnya (terkait dengan kemungkinan tidak terjualnya saham) melalui penetapan harga penawaran saham di bawah nilai yang seharusnya agar dapat menarik minat investor. Hal ini seringkali menjadi penyebab terjadinya underpricing. Penetapan harga di bawah nilai yang sesungguhnya tentu memberikan kerugian bagi emiten karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh dana secara maksimal. Selain underwriter, auditor independen juga berkaitan erat dengan proses IPO. Auditor independen bertugas untuk melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang melakukan IPO adalah perusahaan go public yang memiliki kewajiban menyajikan laporan keuangan secara transparan dan periodik untuk menjamin kebenaran atas informasi yang disajikannya. Laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh akuntan yang terdaftar resmi di badan pengawas pasar modal (Sitompul, 1996). Penggunaan auditor yang profesional dapat menjadi salah satu indikator bagi investor mengenai kualitas perusahaan dan keandalan informasi keuangan. Semakin rendah ketidakpastian atas informasi yang diperoleh dapat mempengaruhi tingkat underpricing yang mungkin terjadi. Keterkaitan erat underwriter dan auditor dalam proses IPO menjadi salah satu penyebab banyaknya penelitian yang mencoba untuk menganalisis pengaruh dua hal tersebut terhadap keberhasilan IPO dan tingkat underpricing. Selain underwriter dan auditor, beberapa penelitian sebelumnya mencoba menganalisis faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi keberhasilan IPO dan tingkat underpricing, 6

diantaranya yaitu umur perusahaan, return on Asset (ROA), dan debt to equity ratio (DER). Terdapat hasil yang berbeda-beda atas penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Beberapa peneltian menghasilkan faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh baik positif dan negatif. Beberapa penelitian lainnya mengatakan faktor-faktor tersebut tidak berpengaruh. Misalnya, umur perusahaan terkadang digunakan untuk melihat seberapa mampu perusahaan dalam menjaga eksistensi dan pertumbuhannya. Investor dapat melihat data historis untuk menilai kinerja dan baik buruknya cara perusahaan dalam mengatasi setiap masalah serta melihat peluang-peluang pasar yang ada dengan menelusuri perjalanan perusahaan. Semakin banyak informasi atas perusahaan yang dapat diperoleh investor maka semakin rendah tingkat ketidakpastian dan keraguan atas saham yang ditawarkan yang akan berdampak pada besar dan kecilnya kemungkinan terjadi underpricing. Namun, semakin lama umur perusahaan tidak selalu menunjukkan suatu perusahaan adalah perusahaan yang berkualitas dan menguntungkan untuk menjadi bahan investasi. ROA seringkali menjadi ukuran bagi investor untuk menilai seberapa menguntungkan suatu perusahaan terkait dengan aset yang dimilikinya. ROA menjadi petunjuk tentang efisiensi manajemen dalam menggunakan aset untuk menghasilkan pendapatan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat mengurangi 7

keraguan investor mengenai ketidakpastian akan keberhasilan IPO yang dapat mempengaruhi tingkat underpricing yang terjadi. Financial leverage menggambarkan sejauh mana perusahaan menggunakan uang pinjaman yang dimilikinya. Perusahaan dengan tingkat pinjaman yang tinggi dianggap memiliki risiko kebangkrutan atau risiko tidak sanggup membayar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat pinjaman lebih rendah. Rasio paling umum yang digunakan untuk mengukur financial leverage adalah debt to equity ratio (DER). Investor tentu akan menghindari investasi yang memiliki risiko tinggi sehingga terkadang investor akan mencari tahu terlebih dahulu mengenai risiko terkait perusahaan, salah satunya dengan melihat tingkat pinjaman perusahaan dan kemampuan untuk melunasinya. Semakin besar faktor ketidakpastian yang dihadapi maka dapat mempengaruhi tingkat underpricing yang dapat terjadi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Fact Book IDX (www.idx.co.id), terdapat 134 perusahaan di Indonesia yang melakukan IPO dalam periode 2008-2013. Sebanyak 88 perusahaan non-keuangan yang mengalami underpricing. Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang IPO banyak mengalami underpricing. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena underpricing masih tetap terjadi. Dari uraian di atas mengenai IPO dan fenomena underpricing yang masih terus terjadi maka penulis memutuskan untuk menulis tesis dengan judul Analisis 8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia 1.2 Rumusan Masalah Dimovski dan Brooks (2004) melakukan penelitian terhadap IPO yang dilakukan oleh 358 perusahaan industri Australia dan pertambangan. Dari tahun 1994-1999 dikatakan bahwa terjadi kelebihan uang (money left on the table) yang mengindikasikan terjadinya underpricing terhadap perusahaan yang menggunakan jasa underwriter dibandingkan yang tidak. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan dan positif antara underwriter dengan tingkat underpricing yang terjadi. Hasil penelitian mengindikasikan adanya itikad dari underwriter yang menyebabkan terjadinya underpricing untuk memperoleh keuntungan bagi diri mereka sendiri. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya peneliti menggunakan sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ROA, dan DER, diduga sebagai salah satu faktor terjadinya underpricing. Oleh sebab itu, perlu diuji faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi terjadinya underpricing dalam IPO di Indonesia. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan dan juga manfaat seperti dijelaskan berikut di bawah ini. Tujuan penelitian merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah disusun penulis, sebagai berikut : 9

1. Menguji pengaruh reputasi underwriter terhadap underpricing. 2. Menguji pengaruh reputasi auditor terhadap underpricing. 3. Menguji pengaruh umur perusahaan terhadap underpricing. 4. Menguji pengaruh ROA terhadap underpricing. 5. Menguji pengaruh DER terhadap underpricing. 1.4 Maanfaat Penelitian Berikut ini manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain: 1. Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai underpricing dan faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 2. Akademisi Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi perkembangan ilmu keuangan, melalui penjelasan mengenai underpricing dalam penawaran publik perdana (IPO). 3. Perusahaan Bagi Perusahaan dapat dijadikan referensi bagi perusahaan atau emiten lain untuk menentukan kebijakan dalam penentuan harga saham perdananya pada saat akan go public. 10

4. Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi dengan melihat hubungan faktor-faktor yang bisa menyebabkan saham perusahaan dapat terjadi underpricing. 5. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian-penelitian berkaitan dengan underpricing, penawaran publik perdana, dan faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham. 1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini dibatasi oleh beberapa kriteria, yaitu: 1. Periode penelitian adalah selama tahun 2008 2013. 2. Data yang dijadikan penelitian adalah data perusahaan yang mengalami underpricing dalam melakukan IPO saham dan memiliki informasi lengkap mengenai reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ROA, dan DER. 3. Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan diluar institusi keuangan dan perbankan. Sampel perusahaan diperoleh melalui metode purposive sampling. Terdapat 88 perusahaan mengalami underpricing dalam IPO periode 2008-2013. 11