PEMBELAJARAN BERMAKNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

apa yang dirumuskan dalam NCTM (National Council of Teachers of isi atau materi (mathematical content) dan standar proses (mathematical

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penalaran merupakan proses berpikir seseorang dalam mengambil

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

Transkripsi:

PEMBELAJARAN BERMAKNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Dr. Karlimah, M.Pd. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya e-mail: arli.karlimah@gmail.com karlimah@upi.edu ABSTRAK Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika dan salah satu daya matematika yang harus dimiliki siswa, karena itu siswa harus mendapat pengalaman belajar dan terampil memecahkan masalah matematika. Namun hasil temuan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan memahami informasi yang kompleks, teori, analisis, pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah, dan melakukan investigasi. Hal tersebut menandakan bahwa siswa belum mendapat pengalaman belajar matematika yang seharusnya. Padahal terdapat beberapa alternatif pembelajaran matematika yang memberikan pengalaman memecahkan masalah matematika. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat model pembelajaran, pendekatan, strategi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), pendekatan investigasi, strategi pemodelan. Dengan demikian beberapa alternatif untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah matematika sebagai salah satu daya matematika yang harus dimiliki siswa sebenarnya dapat diwujudkan. Kata Kunci: Pemecahan Masalah Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), Pendekatan Investigasi, Strategi Pemodelan. 1. PENDAHULUAN Permendiknas No. 22 tahun 2006, BSNP (2006, hlm. 147) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan tujuan dari belajar matematika menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000, hlm. 29), yaitu memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connection), dan representasi (representation).dengan demikian pemecahan masalah harus diajarkan sampai siswa mampu memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan hasil usaha seseorang/siswa dalam mencapai target/jawaban yang memerlukan pemikiran tidak sederhana/biasa atau memerlukan pemikiran yang kritis dan kreatif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan berpikir tingkat tinggi, karena taraf kognitif taksonomi Bloom dari C1 (Pengetahuan) sampai C5,6 (Evaluasi, Sintesis/Kreativitas) digunakan. Namun berdasar analisis Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS)pada tahun 2007 dan 2011, serta Kemendikbud (2012, hlm. 35) bahwa lebih Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS 2015 59

dari 95% siswa di Indonesia hanya mampu sampai tingkat menengah, atau belum mampu berpikir tingkat tinggi. Perkembangan selanjutnya, Muna (2012, hlm. 9) mengungkapkan bahwa: Siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan memahami informasi yang kompleks, teori, analisis dan pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah, serta melakukan investigasi. Dengan demikian, bagaimana guru harus memberikan fasilitas belajar yang representatif supaya siswanya memiliki kemampuan/keterampilan memecahkan masalah?suatu kemampuan yang harus menggunakan segenap kemampuan berpikir untuk menemukan/menentukan solusi/jawaban dari soal yang sifatnya non rutin. Suatu soal matematika yang tidak bisa segera diselesaikan, karena terdapat beberapa konsep dan proses yang digunakan untuk mendapatkan jawaban. Terdapat beberapa hasil penelitian yang tertarik dengan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal non rutin/memecahkan masalah marematika mengungkapkan solusinyaantara lain dapat diatasi melalui pendekatan, strategi, dan model pembelajaran. (Herlisnawati, A., 2014; Angelina, M., 2014; Hastuti, I., 2014). 2. METODE PENELITIAN Tiga hasil penelitian yang memperoleh alternatif solusi meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika pada siswa SD, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain penelitian menggunakan posttest only control group. Sampel penelitian ditentukan menurut pertimbangan keperluan dan kelancaran menelitiyaitu menggunakan purposive sampling. Karena itu metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN LPTK telah banyak meneliti tentangpendekatan, strategi, dan pembelajaran inovatif yang menggunakan masalah berupa soal non rutin untuk siswa (SMP, SMA) sebagai upaya untuk mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, kreatif. Begitu pula dengan daya matematis, seperti kemampuan komunikasi dan koneksi matematis. Di SD,soal kategori masalah (non rutin) adalah soal yang tidak mudah untuk diselesaikan. Hal ini terkait dengan guru SD yang mendapat kesulitan baik dalam memiliki keterampilan menyelesaikan soal maupun memberi fasilitas belajar supaya siswa mampu menyelesaikan masalah (soal non rutin).dengan demikian peluang untuk meneliti tentang pembelajaran matematika di SD cukup banyak. Mula pertama paradigma yang harus dimiliki yaitu; matematika tidak dipandang sebagai ilmu saja atau kajian yang telah jadi dan disajikan dalam bentuk akhir. Matematika dipandang sebagai suatu yang harus dikonstruk sendiri oleh siswa. Hal ini akan selalu dijumpai oleh setiap siswa apalagi bila diberi soal tentang matematika. Soal matematika itu menjadi objek yang abstrak yang menuntut siswa untuk berpikir menurut caranya. Apalagi soal matematika Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS 2015 60

yang termasuk kategori masalah. Dalam menghadapi soal ini, siswa dituntut berpikir tingkat tinggi karena soal tersebut tidak dapat segera diselesaikan. Soal kategori masalah dapat diselesaikan dengan usaha beberapa lapis, mulai dari menemukan apa yang diketahui dan ditanyakan, berpikir apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal, bagaimana menyelesaikan/mengerjakan soal, kemudian menyelesaikan secara runtut dan terstruktur, bahkan sampai memeriksa hasil kerja/penyelesaian. Dengan demikian banyak cara yang dapat ditunjukkan dalam upaya menyelesaikan soal matematika kategori masalah. Beberapa cara menyelesaikan soal kategori masalah telah ditemukan dari beberapa hasil penelitian.pertama, melalui pendekatan investigasi yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika. Kondisi ini dapat membuat siswa belajar dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan dalam menyelesaikan masalah secara/prosedur matematika. Pendekatan investigasi yang dimaksud adalah pembelajaran matematika dengan kondisi kegiatan sebagai berikut. Pada kegiatan pendahuluan dan inti pembelajaran terdapat pengkondisian 1 yaitu pendahuluan dengan masalah. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi siswa belajar dengan baik, membuka pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menghadapi masalah yang dihadapi, dan menerima tujuan pembelajaran. Pengkondisian 2 mengklarifikasi masalah. Dalam hal ini guru membimbing siswa mengembangkan proses berpikir dan memahami masalahmelalui pertanyaan matematika yang ada dalam soal. Pengkondisian 3 mendesain investigasiyaitu membimbing siswa berdiskusi untuk memilih pemecahan masalah yang tepat. Pengkondisian 4 melaksanakan investigasi yaitu membimbing siswa untuk menguji hipotesis dan mengemukakan ide dalam menyelesaikan masalah. Pengkondisian 5 merangkum hasil temuan yaitu membimbing siswa berdiskusi kelompok untuk mengecek hasil temuan dan mengkomunukasikan hasil temuan di depan kelas. Kedua, melalui strategi pemodelan. Strategi pemodelan adalah langkah terstruktur di mana diberi pengalaman me-visualisasikan hubungan matematika abstrak dan struktur masalah yang berbeda-beda melalui representasi bergambar. Proses pemodelan masalah matematika yang dialamikan terhadap siswa dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran. Langkah yang dilaksanakan adalah: 1) Penyelidikan Fenomena, 2) Model fenomena, 3) Model Matematika, 4) Pengerjaan Model Matematika, 5) Interpretasi Hasil Matematika Berdasar Fenomena, 6) Melaporkan (Verschaffel dalam Kaur, 2010, hlm 101). Deskripsi dari enam (6) langkah pemodelan yang dimaksud adalah: pada saat dihadapkan pada masalah matematika dibangun upaya untuk memahami apa maksud dari soal tersebut. Setelah memahami apa masalah dari soal tersebut, mulai membuat model sesuai dengan masalah pada soal. Model dinyatakan dalam bentuk gambar sederhana. Selanjutnya dibuat model matematika dalam bentuksimbol simbol matematika.dengan demikian operasi hitungmatematika dapat dioperasikan. Hasil proses danakhir matematika dapat dikaitkan kembalipada model yang telah dibuat untuk membantu menafsirkan bahasa matematika yang diperoleh dari perhitungan. Hasil operasi hitung yang diperoleh selanjutnya dilaporkan hasil melalui pengomunikasian atau presentasi. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS 2015 61

Ketiga, melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memfasilitasi manusia sebagai mahluk sosial. Dalam pembelajaran kooperatif terjadi sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain mengenai tugas yang terstruktur yang diperoleh dari guru. Guru bertindak sebagai fasilitator (Lie dalam Isjoni, 2011, hlm. 16). Dalam model ini siswa membentuk kelompok kecil (4 orang) dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Prosedur pembelajaran dilakukan dalam empat(4) tahap, yaitu: 1) Penjelasan Materi, 2) Belajar dalam Kelompok, 3) Penilaian, 4) Pengakuan Tim (Sanjaya, 2006, hlm.248). Selama tahap 2 harus ditumbuhkan lima (5) unsur pembelajaran kooperatif (Roger dan Daud Johnson dalam Lie, 2007, hlm. 31). Lima unsur pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah: 1) Saling Ketergantungan Positif, 2) Tanggungjawab Perseorangan, 3) Tatap Muka, 4) Komunikasi Antar Anggota, 5) Evaluasi Proses Kelompok. Kelima unsurpembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dilaksanakan oleh masing-masing kelompok belajar yang bekerja di dalam dan di luar kelompok. Secara teknik, dua anggota kelompok bekerja ke luar kelompok untukbertamu pada kelompok lain dan menemukan hasil kerja dari kelompok tersebut. Sementara dua anggota kelompok lainnya tinggal di kelompok untuk menerima tamu dari kelompok lain dan memberikan informasi hasil kerja kelompoknya. Hasil temuan/informasi yang diperoleh dari kelompok lain kemudian didiskusikan kembali bersama kelompok untuk menentukan keputusan hasil kerja kelompok dalam menyelesaikan soal/masalah. 4. SIMPULAN Paling sedikit terdapat satu cara dalam membelajarkan siswa supaya mampu memecahkan masalah matematika. Tiga cara yang telah dipaparkan pada sub hasil dan pembahasan tidak lepas dari kegiatan memahami, merencanakan, melaksanakan, dan memeriksa kembali seperti yang dikenalkan bapak pemecah masalah George Polya. Dengan demikian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), Pendekatan Investigasi, dan Strategi Pemodelan dapat menjadi pilihan dalam membentuk siswa khususnya siswa SD mampu memecahkan masalah matematika. DAFTAR PUSTAKA [1] Angelina, M. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SD. Skripsi. Tidak Diterbitkan. [2] BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. [3] Hastuti, I. 2014. Penggunaan Metode Pemodelan terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Tidak Diterbitkan. [4] Herlisnawati, A. 2014. Penerapan Pendekatan Investigasi terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Luas Daerah Jajargenjang. Skrisi. Tidak Diterbitkan. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS 2015 62

[5] Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. [6] Kaur, B. 2010. Mathematical Modelling Aplication and Modelling. Singapore. World Scientific. [7] Muna. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. [online]. Tersedia di: http://muna.staff.stainsalatiga.ac.id/wpcontent/uploads/sites/65/2013/03/dokumenkurikulum-2013.pdf Diakses 9 Desember 2013. [8] NCTM. 2000. Principle and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM. [9] Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. [10] TIMSS & PIRLS. 2011. Overview TIMSS and PIRLS 2011 Achievement.[online]. Tersedia di: http://timssandpirls.bc.edu/data-release-2011/pdf/overview-timss-and- PIRLS-2011-Achievement.pdf Diakses 22 Januari 2014. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS 2015 63