BAB I PENDAHULUAN. dan bukan sebagai penolong yang dapat menyelesaikan semua permasalahan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PRULINK. SYARIAH RUPIAH FIXED INCOME FUND di PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE SYARIAH SURABAYA

BAB IV. A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Barang Promo di Sophie Martin Bc Kho Pwee Bing Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SALE AND LEASE BACK (BA I DAN IJA>RAH) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan watak yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya itu telah diciptakan dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH. kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian

TADZKIROH DEWAN SYARI AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NOMOR: 10/TK/DSP-PKS/1430H TENTANG FASILITAS KREDIT BANK KONVENSIONAL

BAB II KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FIQIH ISLAM

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG JUAL BELI NELETHONG DI DESA TERGAMBANG KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software. Tanpa Izin dalam Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia telah melakukan uji sistem terhadap berbagai teori ekonomi guna. mempertahankan kehidupan dimuka bumi ini.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi pengelola bisnis untuk memasarkan produk-produknya.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. semenjak kehadiran agama Islam di atas bumi ini. Al-Qur'an dan hadits, kaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia mengenal hidup bergaul, timbullah suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

PONDOK PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURROHMAN BIN AUF

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN RISIKO DALAM PRAKTEK MANAJEMAN RISIKO DI BRI SYARIAH SIDOARJO

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

JUAL BELI TANAMAN HIAS MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Toko Eny s Green Desa Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungankandungan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GARANSI DALAM JUAL BELI HARDWARE KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya

BAB IV PEMBAHASAN. segala hal yang akan dijalankan dalam usahanya. dan tidak dapat melihat pasar yang sesungguhnya benar - benar ada.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. tuntunan dalam tuntutan dinamika realitas masyarakat dari segala kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran Islam, salah satu aspek kehidupan yang paling penting

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bangsa yang dihadapi saat ini, harus dimulai dari kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON. Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. memakmurkan hidup dan kehidupan ini sesuai dengan tata aturan dan

MAKNA TABDZI<R DALAM AL-QURAN SURAT AL-ISRA< AYAT 26-27

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dan dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK JUAL BELI DALAM KUH PER PASAL 1493

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harta dalam pandangan Islam adalah sebagai jalan yang mempermudah manusia untuk menuju kesejahteraan. 1 Harta bukanlah satu-satunya tujuan hidup dan bukan sebagai penolong yang dapat menyelesaikan semua permasalahan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa harta adalah materi yang menjadi alat untuk merealisasikan kebutuhan-kebutuhan hidup dan dapat memberikan berbagai manfaat bagi manusia. Secara umum diketahui bahwa harta merupakan perhiasan dunia, karena banyak orang yang mengukur nilai dan martabat seseorang dengan jumlah kekayaannya. 2 Apabila seseorang tersebut kaya maka dianggap mulia, sebaliknya yang tidak mempunyai harta dianggap rendah dan hina. 3 Banyak orang yang lupa bahwa nilai seseorang diukur dengan ketinggian budinya dan keluhuran jiwanya serta amal baik dan jasa bakti yang diberikan kepada masyarakat. Pada realita kehidupan saat ini banyak manusia yang takut tidak memiliki dan kehilangan harta. Akibatnya manusia berpacu dalam mencari harta agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan, salah satu solusinya adalah dengan bekerja. Setiap individu berusaha untuk menghilangkan rasa takut akan ketidakpastian 1 Abdullah Fatah Idris, Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989), 6. 2 Lihat Skripsi Nurul Fahmi, Konsep Penguasaan Harta dalam Alquran, (Surabaya: Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir IAIN Sunan Ampel, 2003), 2. 3 Ibid, 8. 1

( ( 2 hidup, padahal ketidakpastian itu tidak akan terjadi apabila Allah yang menjadi sandaran hidup, karena Allah menjamin rezeki semua makhluk-nya. èδ 4 n?yès9 öνà2$ ƒî) ρr&!$ ΡÎ)uρ ª!$# È è% Ä ö F{$#uρ ÏN uθ yϑ 9$# š ÏiΒ Νä3è%ã ö tƒ tβ ö è% * & Î7 Β 9 n= Ê Îû ρr& Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya Kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. 4 Sangatlah jelas dalam ayat tersebut bahwa Allah yang memberikan rezeki kepada setiap makhluknya dengan peraturan-peraturan yang telah dibuat-nya. Banyak hal yang berkaitan dengan pencarian harta, ada harta yang secara baik dan tidak baik. salah satu bentuk mendapatkan harta secara baik adalah dengan perdagangan yang tidak ada unsur menzalimi sedangkan yang tidak baik banyak jenisnya yaitu berjudi, riba dan lain-lain. Tidak dapat dibantah bahwa harta merupakan salah satu pangkal kehidupan, dasar asasi bagi segala rupa pekerjaan dan sebagai penegak keutuhan rumah tangga. Dalam cara mencarinya hendaklah tetap berpegang pada prinsip kebenaran agar tidak jatuh pada kesesatan hati dan akidah tetap terbentengi dengan kebaikan. Sesungguhnya harta yang dipuji oleh Islam dan dianjurkan untuk mengumpulkannya adalah harta yang halal serta yang dihasilkan oleh pemiliknya dengan cara-cara yang mubah dan legal. Cotoh pekerjaannya seperti perdagangan yang tidak ada penipuan di dalamnya, pertanian yang dikeluarkan zakatnya, 4Alquran, 34:24.

4 4 3 industri yang menguntungkan orang, pekerjaan yang berfungsi melayani negara dan lainnya yang menjadi penyebab kebahagian manusia. Manusia diperintah Allah untuk mencari penghidupan dunia dengan cara yang baik sehingga menghasilkan harta yang baik pula. Islam menekankan pemeluknya menebar kebaikan dalam hal apapun termasuk ketika mencari harta, inilah konsep yang diberikan Islam kepada pemeluknya agar dapat menjadi manusia yang baik dan memberi kebaikan kepada manusia lainnya. Manusia diperintahkan memanfaatkan rezeki dengan baik dari apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, hal yang lebih penting setelah itu adalah bersyukur kepada Allah dan selalu menghambakan diri kepada-nya. Perintah untuk memanfaatkan harta yang baik dan halal telah dijelaskan Allah kepada hambanya melalui Alquran yang mulia. Dalam kehidupan tentunya terdapat dua sisi yang berbeda, baik-buruk, senang-sedih, atas-bawah, surganeraka dan perintah-larangan. Ternyata dalam Alquran tidak hanya berisi tentang perintah memakan harta yang baik dan halal, tetapi juga berisi larangan untuk memakan harta yang didapat secara kotor dan haram. Firman Allah SWT. tã οt pgïb šχθä3s? βr& HωÎ) È ÏÜ t6ø9$$î/ Μà6oΨ t/ Νä3s9 uθøβr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãψtβ#u š Ï%!$# $yγ ƒr' tƒ $VϑŠÏmu öνä3î/ tβ%x.!$# βî) öνä3 à Ρr& (#þθè=çfø)s? Ÿωuρ öνä3ζïiβ <Ú#t s? Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 5 5 Ibid, 4:29.

4 Ayat Alquran di atas menjelaskan larangan untuk memakan harta yang didapatkan secara batil atau tidak benar. Permasalahan dalam harta yang batil tidak selalu membicarakan zat yang terkandung dalam harta tersebut, namun juga berkaitan dengan jalan yang ditempuh untuk mendapatkannya. Dalam redaksi ayat di atas terdapat teks Alquran yang penting untuk dibicarakan, yaitu kata memakan harta dengan batil. Harta yang telah didapatkan tidak hanya untuk dimakan akan tetapi juga dapat dimanfaatkan seperti untuk berzakat, berbisnis, membeli perhiasan, menaikkan martabat seseorang di masyarakat dan lain-lain, sehingga tidak tepat apabila kata ta kulu> hanya didefinisikan memakan namun juga dapat diartikan memanfaatkan. Sangatlah penting untuk diperhatikan masalah di atas, karena hal tersebut sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari agar dalam mencari harta tidak menggunakan cara yang dilarang agama dan hukum negara atau ketetapan yang disepakati oleh manusia. Cara yang digunakan dalam memperoleh harta akan berpengaruh terhadap fungsi harta. Orang yang memperoleh harta dengan mencuri, memfungsikannya kebanyakan untuk kesenangan semata, seperti mabuk, bermain wanita, judi dan lain-lain. Sebaliknya, orang yang mencari harta dengan cara yang halal, biasanya memfungsikan hartanya untuk hal-hal bermanfaat. 6 Para ulama memberikan perhatian yang lebih pada ayat Alquran surat An- Nisaa ayat 29 di atas, terutama pada penjelasan kalimat batil, beragam penjelasan telah dilontarkan, antara lain berhubungan dengan mendapatkan harta dengan cara 6Rahmat Syafi I, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 31.

5 riba, khianat, bersumpah palsu, berjudi, memakan harta anak yatim, mengambil warisan dengan serakah dan lain-lain. Pemahaman dari kalimat al-ba>thil pada ayat di atas memiliki banyak ragamnya, penjelasan al-baghawi@, al-alu>si dan al-baidho>wi mengaitkan kalimat al-ba>thil tersebut dengan kalimat al-tija>rah sehingga penjelasan yang didapat berhubungan dengan perniagaan yaitu dengan cara riba, lotre, khianat, bersumpah palsu dan ghasab. Perbedaan nampak ketika melihat pendapat Ibn A<syu>r dan Farruddin al- Ra>zi menjelaskan bahwa kalimat al-ba>thil tersebut berkaitan dengan pembahasan ayat-ayat Alquran sebelumnya yaitu berkaitan dengan memakan harta anak yatim dengan zalim, memakan mahar isteri yang tidak diserahkan dan memakan harta warisan dengan serakah. Dalam rangka membahas kebatilan harta menurut mufasir yang berbeda dalam penafsirannya yaitu al-baghawi@ yang mengaitkan kalimat al-ba>thil dengan riba, berkhianat, judi dan ghasab berkaitan dengan sambungan ayatnya yaitu illa an taku>na al-tija>ratan sedangkan Ibn A<syu>r yang mengaitkan kalimat al-ba>thil dengan ayat sebelumnya mengenai memakan harta anak yatim, memakan mahar isteri yang tidak diberikan dan memakan harta warisan dengan serakah. Perlu kiranya melakukan perbandingan dari dua penafsir di atas mengingat juga keduanya tersebut hidup pada zaman yang berbeda dan tidak ada satupun karya tulis berbentuk skripsi, tesis dan disertasi yang membahas kedua penafsir tersebut.

6 Sebab itu disusun skripsi ini dengan judul Mendapatkan Harta secara Batil (Perbandingan Penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r terhadap Alquran Surat An-Nisa Ayat 29). B. Identifikasi Masalah Berlandaskan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Batil dikaitkan pada zatnya harta tersebut. 2. Harta yang didapatkan secara batil pada surat An-Nisa ayat 29 terdapat perbedaan pendapat. Pertama, pendapat yang menganggap kalimat batil berhubungan dengan memakan harta anak yatim dengan zalim, memakan mahar isteri yang tidak diserahkan dan memakan harta warisan dengan serakah. Kedua, kalimat batil berhubungan dengan riba, khianat, ghasab dan jual-beli dengan bersumpah palsu. Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, agar tidak keluar dari alurnya penelitian ini difokuskan pada perbandingan penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r saja mengenai harta yang didapatkan secara batil pada surat An-Nisa ayat 29. C. Rumusan Masalah Dari uraian di atas perlu dirumuskan masalah didalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana penafsiran al-baghawi@ tentang harta yang didapat secara batil pada surat An-Nisa ayat 29? 2. Bagaimana penafsiran Ibn A<syu>r tentang harta yang didapat secara batil pada surat An-Nisa ayat 29?

7 3. Bagaimana persamaan dan perbedaan penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r tentang harta yang didapat secara batil pada surat An-Nisa ayat 29? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan penafsiran al-baghawi@ tentang harta yang didapat secara batil pada surat An-Nisa ayat 29. 2. Untuk menjelaskan penafsiran Ibn A<syu>r tentang harta yang didapat secara batil pada surat An-Nisa ayat 29. 3. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r tentang harta yang didapat secara batil pada surat An-Nisa ayat 29. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain : 1. Secara teoritis penelitian ini akan memproporsionalkan data penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r terhadap kata batil dalam surat An-Nisa ayat 29. 2. Memberikan pemahaman bagi umat Islam, dengan mengetahui maksud dari kalimat al-ba>thil sehingga dapat berhati-hati mencari harta supaya tidak terjerumus dalam kezaliman. 3. Menambah wawasan dari penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r tentang harta yang didapat secara batil.

8 F. Penegasan Judul Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman terhadap pokok pembahasan skripsi yang berjudul Mendapatkan Harta secara Batil (Perbandingan Penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r terhadap Alquran Surat An- Nisa Ayat 29), maka kiranya perlu untuk dijelaskan apa yang dimaksud dengan judul tersebut, dari setiap istilah yang di angkat dalam judul skripsi ini: Harta : Barang-barang atau uang dan sebagai yang menjadi kekayaan atau barang-barang milik seseorang. Harta yang dimaksud dalam skripsi ini adalah benda bergerak atau mati milik seseorang. 7 Batil : Ketidaksahan; tidak benar 8 Perbandingan : Perbedaan (selisih) kesamaan. Perbandingan di dalam skripsi ini berhubungan dengan penafsiran bukan ayat Alquran yang dibandingkan. 9 Penafsiran : Penjelasan sesuatu hal oleh seseorang, menerangkan. 10 Sehingga maksud dari judul ini adalah membahas mengenai larangan memakan barang-barang atau uang yang diperoleh secara tidak benar, dengan melakukan komparasi penjelasan antara al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r dalam Alquran surat An-Nisa ayat 29. 7 Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola) 66. 8 Ibid, 68. 9 WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), 836. 10 Ibid,73

9 G. Telaah Pustaka Mendapatkan harta dengan batil telah dibahas diberbagai tulisan, antara lain adalah: 1. Muhammad Mahmud Bably dalam kitabnya al-ma>l fi al-isla>m yang telah diterjemahkan Abdullah Fatah Idris Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1989) Buku ini terdapat penjelasan mengenai harta yang didapatkan secara batil, bermacammacam jalan yang ditempuh untuk mendapatkan harta secara batil diantaranya adalah riba, menipu, judi, ghasab, bersumpah palsu dan lain-lain. 2. Fachrudin HS dalam bukunya berjudul Mencari Karunia Allah (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), mendefinisikan harta yang batil, ia mengaitkan dengan harta yang diperoleh dengan meminta-minta atau dengan bahasa lainnya adalah mengemis, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. حا ج ة غ ي ر ن م س ا ل ا ل ذى ي ك م ث ل ا ل ذى ي ل ت قط ا لج م ر Orang yang meminta bukan karena keperluan yang amat mendesak, sama dengan orang yang mengambil bara api. 3. Rachmat Syafei dalam bukunya Fiqih Muamalah di dalam buku ini menyelipkan pendapat kalangan Hanafiyah bahwa mendapatkan harta secara batil salah satunya adalah dengan cara menggunakan harta anak yatim tanpa sepengetahuan anak yatim tersebut.

10 Dari banyak pendapat yang telah dikemukakan di atas, tidak ada yang menfokuskan pada penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r secara sempurna dan sepengetahuan penulis masih belum ada tulisan atau penelitian skripsi, tesis dan disertasi yang membahas perbandingan penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r mengenai harta yang diperoleh secara batil surat An-Nisa ayat 29. Penafsiran kedua ahli tafsir tersebut masih relevan dan menarik untuk dikaji karena kedua penafsir ini hidup pada zaman yang berbeda. Maka dirasa perlu pembahasan secara mendalam tentang harta yang diperoleh secara batil dalam Alquran surat An-Nisa ayat 29. H. Metodologi Penelitian 1. Model penelitian Dalam penelitian ini digunakan model penelitian kualitatif, yaitu memakai jenis library research (kajian kepustakaan) dengan mengumpulkan seluruh penafsiran atau buku yang relevan dengan penelitian selanjutnya menampilkan penafsiran al-baghawi@ tafsir M a>lim al-tanzi@l dan Ibn A<syu>r tafsir al-tahi@r wa al-tanwi@r. 11 2. Metode penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode komparatif, menurut Nasrudin Baidan para ahli tidak berbeda pendapat mengenai definisi metode ini, dari berbagai literatur yang ada dapat dirangkum bahwa yang dimaksud metode komparatif adalah: 1) membandingkan teks (nash) ayat-ayat Alquran yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam 11 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1995) 94.

11 dua kasus atau lebih atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama; 2) membandingkan ayat Alquran dengan hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan; dan 3) membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan Alquran, dari definisi itu terlihat jelas bahwa tafsir Alquran dengan menggunakan metode ini mempunyai cakupan yang teramat luas, tidak hanya membandingkan ayat dengan hadis serta membandingkan pendapat para mufassir dalam menafsirkan suatu ayat. 12 Metode komparatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu membandingkaan penafsiran al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r dalam kedua kitab tafsirnya terhadap Alquran surat An-Nisa ayat 29. Metode komparatif dapat memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas kepada para pembaca bila dibandingkan dengan metode-metode yang lain, hal ini dikarenakan bahwa satu ayat dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan sesuai dengan pengetahuan penafsirnya, hal ini dapat menjadikan pemahaman terhadap Alquran lebih luas dan dapat menampung berbagai pendapat. Semua pendapat atau penafsiran yang diberikan itu dapat diterima selama proses penafsirannya melalui metode dan kaidah yang benar. 13 12 Nasrudin Baidan, Metode Penafsiran al-qur an (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 65. 13 Ibid, 124.

12 Tahap-tahap dalam metode komparatif dalam skripsi ini adalah dengan menghimpun redaksi yang mirip lalu melakukan perbandingan pendapat mufassir. 14 I. Sumber Data 1. Kepustakaan Primer : 1. Alquran 2. Tafsir M a>lim al-tanzi@l oleh al-baghawi@ 3. Tafsir Tahri>r wa al-tanwi>r oleh Ibn A<syu>r 2. Kepustakaan Sekunder : 1. Rasu>l wa al-risa>lah oleh Umar Sulaiman Al Asqo>ri 2. Fisha>l fi al-milal wa al-ahwa>i wa al-nihal oleh Ibn Hazm 3. Tafsir al-kabi@r oleh Fahruddin al-ra>zi 4. Tafsir Ru>h al-ma> ni@ oleh al-alu>si 5. Tafsir Anwa>r al-tanzi@l wa Asrar al-ta wi@l oleh al-baidawy 6. Tafsir Muni@r oleh Wahbah al-zuhaili 7. Tafsir A isar Tafa>sir oleh Abu Bakar Jabir al-jazairi. 14 Ibid.

13 J. Sistematika Pembahasan Agar pembahasan tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan, dan untuk lebih mempermudah dalam pemahaman, maka sistematika pembahasan skripsi ini di bagi dalam empat bab sebagai berikut : Bab pertama : Merupakan pendahuluan yang meliputi: Latar belakang masalah, Identifikasi masalah Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Penegasan judul, Telaah pustaka, Metodologi penelitian, Sumber data serta Sistematika pembahasan. Bab ke dua : Harta dalam Islam. Dalam bab ini menjelaskan tentang Harta yang meliputi: Pengertian harta dan Kedudukannya, Mencari, Fungsi dan Pembagian harta. Bab ke tiga : Biografi al-baghawi@ dan Ibn A<syu>r serta Karyanya yang meliputi: Riwayat hidup, Keberadaan tafsir, Metodologi tafsir, Keistimewaan tafsir dan kelemahannya.

14 Bab ke empat : Penafsiran al-baghawi@ Dan Ibn A<syu>r Tentang Kebatilan Harta Meliputi: Penafsiran al-baghawi@ Dan Ibn A<syu>r Mengenai la> ta kulu> amwa>lakum bainakum bi al-ba>thil serta persamaan dan perbedaannya Bab ke lima : Penutup dari seluruh rangkaian pembahasan, yang berisikan kesimpulan dan saran.