Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

EFEKTIVITAS KOAGULAN CAIR BERBASIS LEMPUNG ALAM UNTUK MENYISIHKAN ION Mn (II) DAN Mg (II) DARI AIR GAMBUT

PRODUKSI KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG ALAM DAN APLIKASINYA DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT: KALSINASI 700 o C/2 JAM

APLIKASI KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI 0,4 MOL H 2 SO 4 UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

KEMAMPUAN MEMBRAN HIBRID NILON 6,6-KAOLIN UNTUK MENGURANGI INTENSITAS WARNA AIR GAMBUT

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

Abstrak. 1. Pendahuluan

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Pendahuluan ABSTRACT

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

LEMPUNG CENGAR SEBAGAI SUMBER KOAGULAN CAIR UNTUK MENURUNKAN KADAR BOD DAN COD DALAM AIR GAMBUT Yulianti 1*, Muhdarina 2, A.

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI LEMPUNG ALAM DESA CENGAR MENGGUNAKAN LARUTAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004,

KINERJA KOAGULAN CAIR BERBASIS LEMPUNG ALAM DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

PEMANFAATAN KOAGULAN CAIR BERBASIS LEMPUNG ALAM DALAM PENGOLAHAN AIR SUNGAI SIAK DENGAN KONSENTRASI H 2 SO 4 0,4 MOL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PRALAKUAN KOAGULASI DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN: PENGARUH WAKTU PENGADUKAN PELAN KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP KINERJA MEMBRAN

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

BAB 3 METODE PERCOBAAN

Aplikasi Koagulan Cair Al-Fe Berbasis Lempung Alam Pada Pengolahan Air Gambut: Efek Temperatur Kalsinasi Dan Pelindian

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

PENGOLAHAN AIR SALURAN PEMATUSAN TERUSAN KEBON AGUNG SEBAGAI AIR BERSIH DENGAN TEKNOLOGI MEMBRAN ULTRAFILTRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN SISA PRODUKSI KOAGULAN CAIR BERBASIS LEMPUNG ALAM SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENINGKATKAN BEBERAPA PARAMETER AIR SUNGAI SIAK

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB IV METODE PENELITIAN

Jurnal Teknologi Kimia Unimal 5 : 2 (November 2016) 1-7.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR MINUM MENGGUNAKAN PROSES KOAGULASI ULTRAFILTRASI

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium

PEMBUATAN KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG PALAS KECAMATAN RUMBAI UNTUK KOAGULASI AIR GAMBUT: PENGARUH WAKTU KALSINASI DAN SUHU PELINDIAN

PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU

EFEK VOLUME KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG ALAM DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT

PENURUNAN WARNA REAKTIF DENGAN PENGOLAHAN KOMBINASI KOAGULAN PAC (POLY ALUMINIUM CHLORIDE) DAN MEMBRAN MIKROFILTRASI

APLIKASI KOAGULAN POLYALUMINUM CHLORIDE DARI LIMBAH KEMASAN SUSU DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN DAN WARNA AIR GAMBUT

PENURUNAN WARNA DAN ZAT ORGANIK AIR GAMBUT DENGAN CARA TWO STAGED COAGULATION

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

PRE-TREATMENT AIR PAYAU DENGAN KOAGULAN TEPUNG JAGUNG DAN FILTRASI DENGAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI SISTEM ALIRAN CROSSFLOW

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

UJI COBA PROSES KOAGULASI-FLOKULASI AIR BAKU UNTUK PDAM DANAU TELOKO DAN TELUK GELAM DI KAYU AGUNG KABUPATEN OKI PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAGIAN IV: PEMILIHAN PROSES PENGOLAHAN

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

Pengolahan Limbah Cair Industri Karet Dengan Kombinasi Proses Pretreatment Dan Membran Ultrafiltrasi

PENGOLAHAN AIR LUMUT DENGAN KOMBINASI PROSES KOAGULASI DAN ULTRAFILTRASI

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

Transkripsi:

OP-2 PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI SISTEM ALIRAN CROSS FLOWUNTUK MENYISIHKAN ZAT WARNA DENGAN PENGOLAHAN PENDAHULUAN MENGGUNAKAN KOAGULAN CAIR DARI TANAH LEMPUNG LAHAN GAMBUT Syarfi Daud 1, Jecky Asmura 1, Marzona Erlita Sari 2 1 Dosen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau 2 Mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau Laboratorium Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan Kampus Bina Widya, Jl. HR Soebrantas, Km.12,5, Panam Pekanbaru, Email: syarfidaud@gmail.com ABSTRAK Pengolahan air gambut masih memiliki banyak kendala, teknologi membran merupakan salah satu teknologi alternatif yang layak untuk dikembangkan dalam pengolahan air gambut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi dosis koagulan terhadap kualitas zat warna air gambut dan mengetahui pengaruh tekanan transmembran terhadap fluks dan rejeksi pada proses pre treatment maupun tanpa pre treatment air gambut. Hasil penelitian menunjukkan tingkat penyisihan tertinggi zat warna pada proses koagulasi flokulasi dicapai pada konsentrasi penambahan lempung lahan gambut 4 ml dengan efisiensi sebesar 69,75%. Fluks tertinggi pada proses membran menggunakan pre treatmentmencapai 13,645 ml/menit.cm 2 pada tekanan 1,5 bar. Fluks tertinggi pada proses membrantanpapre treatment mencapai 12,88 ml/menit.cm 2 pada tekanan 1,5 bar. Rejeksi warna dari proses membran dengan pre treatment mencapai9,2%atau dari 357 PtCo menjadi 35 PtCo pada tekanan,5 bar dan tanpa pre treatment mencapai 51,82% atau dari 357 PtCo menjadi 172 PtCo pada tekanan,5 bar. Kata kunci : air gambut, koagulan, tanah lempung lahan gambut, warna, membran ultrafiltrasi. 1. PENDAHULUAN Air gambut adalah salah satu sumber air yang dapat dijadikan sebagai sumber air baku untuk air bersih. Air gambut merupakan air permukaan yang terdapat di daerah gambut yang tersebar di dataran rendah di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Karakteristik air gambut mempunyai intensitas warna yang tinggi (berwarna merah kecoklatan), derajat keasaman tinggi (nilai ph rendah), kandungan zat organik tingggi, dan konsentrasi partikel tersuspensi dan ion rendah [Samosir, 29]. Secara kuantitas, air gambut berpotensi menjadi sumber air untuk dimanfaatkan manusia dalam kebutuhannya sehari-hari. Air gambut dari segi kualitas, estetika dan kesehatan tidak layak digunakan untuk aktivitas manusia karena tidak memenuhi standar air bersih [Elfiana, 212].Agar air gambut dapat dijadikan sumber air bersih maka diperlukan pengolahan terhadap air gambut. Salah satu teknologi pengolahan ari gambut adalah teknologi konvensional. Teknologi konvensional yang umumnya digunakan dalam pengolahan air yang mengandung zat organik yang tinggi meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Metode ini dapat menghasilkan air bersih sesuai kualitas air bersih yang ditetapkan Meneteri Kesehatan RI [Syarfi dan Syamsu, 27]. Namun, pengolahan konvensional ini memiliki keterbatasan seperti membutuhkan luas lahan besar, serta memerlukan banyak peralatan [Joko, 2]. Hal ini menimbulkan pemikiran untuk mengembangkan lebih jauh bahkan hingga memodifikasinya dengan teknologi baru seperti teknologi membran [Mahardani dan Ferdyan, 26]. Tanah lempung terutama tanah lempung lahan gambut banyak mengandung alumina (Al 2O 3) dan oksida besi (Fe 2O 3).Untuk penelitian tanah lempung lahan gambut sebagai koagulan pembantu telah dilakukan oleh Notodarmodjo dan Widiatmako [1994].Penelitian tanah lempung sebagai koagulan cair untuk purifikasi air telah dilakukan oleh Zahrani dan Majid [24] dengan menggunakan tanah lempung lokal Saudi Arabia. Ramdhani dkk juga melakukan penelitian tentang kadar Al dan Fe dalam proses pembuatan koagulan cair dari lempung lahan gambut [29]. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air gambut, tanah lempung lahan gambut, aquadest, dan H 2SO 4,2 N. 2.2 Variabel Penelitian 2.2.1 Variabel Tetap Variabel tetap pada penelitian ini yaitu waktu untuk pengoperasian membran selama menit, pengadukan cepat (koagulasi) dengan kecepatan 12 rpm selama 1 menit, pengadukan lambat (flokulasi) dengan kecepatan 4 rpm selama 2 menit, waktu pengendapan (sedimentasi) selama 3 menit, temperatur kalsinasi 7 C selama 1 jam. 1

2.2.2 Variabel Bebas Variabel bebas yaitu perlakuan pada air gambut dengan memvariasikan dosis koagulan tanah lempung lahan gambut sebesar 4 ml, 5 ml, dan 6 ml serta tekanan umpan sebesar,5 bar; 1 bar; dan 1,5 bar. 2.2 Prosedur Penelitian 2.3.1 Persiapan Sampel Air Gambut Sampel tanah lempung lahan gambut dan air gambut diambil dari Desa Kampung Pinang Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar.Analisa awal air gambut dilakukan terhadap parameter ph, warna, zat organik dan kekeruhan. 2.3.2 Pembuatan Koagulan Cair Dari Tanah Lempung Lahan Gambut Sampel tanah lempung lahan gambut direndam untuk menghilangkan pengotor yang melekat pada tanah lempung. Tanah lempung kemudian dijemur untuk menghilangkan kadar air lalu dioven pada suhu 5 C selama 2 jam. Kemudian lempung dihaluskan dan diayak menggunakan sieve standart ASTM dengan mesh 4. Dikalsinasi pada suhu 7ºC selama 1 jam. Hasil kalsinasi ditimbang sebanyak,8 gram kemudian ditambahkan 2 ml H 2SO 4. Ekstraksi dengan penambahan H 2SO 4,2 N pada temperatur C kecepatan pengadukan 7 rpm selama 1 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapatkan merupakan koagulan cair yang akan dikoagulasikan dengan sampel air gambut. 2.3.3 Pengolahan Air Gambut Menggunakan Membran Ultrafiltrasi Tanpa Pre Treatment Air gambut difiltrasi ke membran ultrafiltrasi dengan perlakuan tekanan (,5 bar, 1 bar dan 1,5 bar), dengan aliran crossflow. Percobaan dilakukan selama menit untuk masing-masing tekanan dan setiap 5 menit sekali dicatat volume permeat untuk penentuan fluksnya dan dianalisa zat warna. 2.3.4 Pengolahan Air Gambut Dengan Pre Treatment Proses koagulasi-flokulasi dilakukan menggunakan jar testdengan volume sampel ml pada dengan kecepatanpengadukan 12 rpm selama 1 menit. Kemudian dilanjutkan pengadukan lambat dengan kecepatan 4 rpm selama 2 menit, dengan waktu pengendapan n selama 3 menit. Perlakuan kedua dan ketiga dilakukan dengan variasi dosis koagulan cair 5 ml dan 6 ml. Air hasil olahan masing-masing variasi dosis, dianalisa zat warna nya untuk menentukan dosis koagulan terbaik. 2.3.5 Pengolahan Air Gambut Menggunakan Membran Ultrafiltrasi Dengan Pre Treatment Air gambut dalam tangki umpan yang telah melalui proses pengolahan pendahuluan dipompakan kemembran ultrafiltrasidengan tekanan,5 bar, 1 bar dan 1,5 bar. Percobaan dilakukan selama menit untuk masing-masing tekanan dan setiap 5 menit sekali dicatat volume permeat untuk menentukan fluksnya. Permeat yang diperoleh dianalisa zat warna. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Uji Kualitas Air Gambut Hasil uji ph dan warna air gambut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Sampel Air Gambut No. Parameter Satuan Hasil Analisa Air gambut Desa Kampung Pinang 1. Warna PtCo 357 2. ph - 4,5 3.2 Hasil proeses Koagulasi-flokulasi Air Gambut 3.2.1 Efiseinsi Penyisihan warna Berdasarkan Variasi Dosis Koagulan Efisiensi penyisihan warna pada air gambut berdasarkan variasi dosis koagulan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Efisiensi Penyisihan warna berdasarkan Dosis Koagulan Setelah pre Efisienasi penyisihan (%) Sebelum pre treatment Parameter Satuan treatment Dosis Koagulan (ml) Dosis Koagulan (ml) 4 5 6 4 5 6 Warna PtCo 357 8 126 198 69,75 64,71 44,54 Berdasarkan Tabel 2 Efisiensi penyisihan warna tertinggi terdapat pada koagulan dengan dosis 4 ml sebesar 69,75%. Semakin rendah dosis maka efisiensi penyisihan semakin tinggi. Packham (1965), mengemukakan hubungan perbandingan terbalik antara dosis koagulan optimum dengan konsentrasi koloid. Pada konsentrasi koloid yang rendah dibutuhkan dosis koagulan yang berlebihan untuk menghasilkan jumlah presipitat yang banyak yang akan menjaring partikel-partikelkoloid, sedangkan pada konsentrasi koloid yang tinggi koagulasi akan terjadibila ditambahkan dosis koagulan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena koloid bertindak sebagai inti bagi pembentukan presipitat. 111

Fluks (ml/menit.cm2) Fluks (ml/menit.cm2) Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn 2541-388 3.2.3 Fluks Membran Ultrafiltrasi Tanpa dan Dengan Pre Treatment 3.2.3.1 Pengaruh Waktu dan Tekanan Terhadap Fluks Membran Ultrafiltrasi Tanpa Pre Treatment Pengaruh variasi tekanan dan waktu terhadap nilai fluks pada pengolahan air gambut menggunakan membran ultrafiltrasi tanpa pre treatment ditunjukkan pada Gambar 1. 14 13 12 11 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 15 25 35 45 55 65 75 85 95 Waktu (menit) Tekanan,5 bar Tekanan 1 Bar Tekanan 1,5 bar Gambar 1. Pengaruh Variasi Tekanan dan Waktu Terhadap Nilai Fluks Membran Ultrafiltrasi Tanpa Pre Treatment Nilai fluks berbanding lurus dengan tekanan. Tekanan semakin tinggi maka semakin cepat air mengalir melalui membran sedangkan nilai fluks yang dihasilkan cenderung turun terhadap waktu [Mulder, 1996]. Nilai fluks mengalami penurunan selama pengoperasian membran. Semakin lama waktu pengoperasian membran akan terbentuk polarisasi konsentrasi dan fouling. Polarisasi konsentrasi terjadi karena material di dalam umpan berkumpul pada permukaan dan membentuk lapisan yang semakin lama semakin menebal [Syarfi dan Syamsu, 27].Fouling disebabkan oleh partikel-partikel yang tertahan dan menutupi permukaan membran [Mulder, 1996].Fouling membran mengakibatkan terhalangnya air umpan melewati membran sehingga kinerja membran menurun yang berakibat pada penurunan fluks selama waktu operasi. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai fluks tertinggi terdapat pada tekanan 1,5 bar dan waktu pengoperasian membran selama 5 menit yaitu sebesar 12,88 ml/menit.cm 2. 3.2.3.2. Pengaruh Waktu dan Tekanan Terhadap Fluks Membran Ultrafiltrasi Dengan Pre Treatment Pengaruh variasi tekanan dan waktu terhadap nilai fluks pada pengolahan air gambut menggunakan membran ultrafiltrasi tanpa pre treatment ditunjukkan pada Gambar 2. 14 13 12 11 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 15 25 35 45 55 65 75 85 95 Waktu (menit) Tekanan 5 bar Tekanan 1 bar Tekanan 1,5 bar. Gambar 2. Pengaruh Variasi Tekanan dan Waktu Terhadap Nilai Fluks Membran Ultrafiltrasi Dengan Pre Treatment 112

Rejeksi (%) Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn 2541-388 Gambar 2 memperlihatkan bahwa nilai tekanan berbanding lurus terhadap nilai fluks.semakin tinggi tekanan maka nilai fluks juga semakin tinggi. Nilai fluks tertinggi terdapat pada tekanan 1,5 bar dengan waktu pengoperasian membran selama 5 menit yaitu sebesar 13,645 ml/menit.cm 2. Nilai fluks mencapai dan 13,13 ml/menit.cm 2. pada tekanan 1,5 bar. Menurut Notodarmojo dan Anne [24], bahwa pengolahan pendahuluan akan mengurangi gejala polarisasi konsentrasi yaitu terkumpulnya koloid dan partikel pada permukaan membran yang akan menimbulkan lapisan cake. Hal ini disebabkan karena partikel-partikel koloid pada proses koagulasi flokulasi membentuk flok-flok dimana flok ini akan mengendap sehingga mengurangi kadar kontaminan air umpan yang akan dilewatkan membran. Oleh karena itu, fluks yang diperoleh dari air umpan dengan pengolahan pendahuluan akan mengalami peningkatan. 3.2.4 Selektivitas Membran Ultrafiltrasi Tanpa dan Dengan Pre Treatment 3.2.4.1 Perbandingan Rejeksi Warna Pada Pengolahan Menggunakan Membran Ultrafiltrasi Tanpa dan Dengan Pre Treatment Perbandingan Rejeksi warna pada pengolahan menggunakan membran ultrafiltrasi tanpa dan dengan pre treatment dapat dilihat pada Gambar 3. 9 8 7 9,2 82,91 82,63 6 5 4 3 51,82 43,42 42,2 warna tanpa pre treatment warna dengan pre treatment 2,5 1 1,5 Tekanan (bar) Gambar 3. Perbandingan Rejeksi Warna Pada Pengolahan Menggunakan Membran Ultrafiltrasi Tanpa dan Dengan Pre Treatment Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa rejeksi warna membran ultrafiltrasi dengan pre treatment lebih tinggi daripada tanpa pre treatment. Pada tekanan,5 bar rejeksi warna membran ultrafiltrasi tanpa dan dengan pre treatment masing-masing adalah sebesar 51,82% dan 9,2%. Pada tekanan 1 bar masing-masing berturut-turut sebesar 43,42% dan 82,91%. Rejeksi warna pada tekanan 1,5 bar berturut-turut adalah sebesar 42,2% dan 82,63%. Rejeksi warna tertinggi didapatkan pada pengolahan menggunakan membran ultrafiltrasidengan pre treatment yaitu pada tekanan,5 bar sebesar 9,2%. Rejeksi warna tertinggi terdapat pada tekanan,5 bar pada pengolahan menggunakan membran ultrafiltrasi dengan pre treatment. Hal ini disebabkan tekanan berbanding terbalik dengan rejeksi.semakin tinggi tekanan maka rejeksi semakin rendah.semakin kecil tekanan maka kecepatan aliran umpan yang melewati membran lebih rendah dan fluida lebih stabil sehingga kontaminan mempunyai kesempatan untuk tersaring lebih besar, begitu juga sebaliknya jika tekanan semakin besar maka kemungkinan lolosnya partikel semakin besar. Penelitian Nastiti [215], didapatkan rejeksi tertinggi untuk warnapada pengolahan menggunakan membran ultrafiltrasi dengan kombinasi koagulasi-flokulasi pada tekanan,5 bar dan rejeksi terendah pada tekanan 1,5 bar. Rejeksi warna pada pengolahan menggunakan membran ultrafiltrasi dengan kombinasi koagulasiflokulasi sebesar 96,98%. Menurut Liang, dkk [27], peningkatan rejeksi dikarenakan pengolahan pendahuluan dapat mengendapkan koloid dan partikel penyebab tingginya warna, zat organik dan kekeruhan yang terdapat pada air gambut. Pengolahan pendahuluan 113

dapat menurunkan beban penyaringan membran karena sebagian pengotor (berupa flok) telah diendapkan. Menurut Mulder [1996], Pada proses membran umumnya terjadi fenomena fluks berbanding terbalik dengan selektivitas. Semakin tinggi fluks seringkali berakibat menurunnya selektivitas dan sebaliknya. Hal yang diiinginkan dalam proses berbasis membran adalah mengoptimasi fluks dan selektivitas. 4. KESIMPULAN 1. Efisiensi penyisihan tertinggi zat warna pada tahap koagulasi-flokulasi mencapai 69,75%. pada penambahan dosis alum 4 ml.. 2. Fluks tertinggi membran ultrafiltrasi tanpa pre treatment umpan mencapai 12,88 ml/menit.cm 2 pada tekanan 1.5 bar 3. Fluks tertinggi membran dengan pre treatment umpan sebesar 13,645 ml/cm 2.menit pada tekanan 1,5 bar. 4. Rejeksi warna tertinggi pada proses membran dengan pre treatmen umpan didapat pada tekanan,5 bar masing-masing sebesar 96,98% 5. Rejeksi zat warna untuk proses membran tanpa pere treatmen umpan mencapai 51,82% pada tekanan,5 bar DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2. Darnas, Y., Irsyad, M., dan Notodarmodjo, S.213. Ekstraksi Aluminium Dari Tanah Lempung Gambut Sebagai Koagulan Cair. Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Joko, T. 2. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum.Yogyakarta : Graha Ilmu. Liang, H., Weija, G & Gubai L. 27. Performance Evaluation Of Water Treatment Ultrafiltration Pilot Plants treating Algae-Rich Reservoir Water. Journal Desalination 221 halaman 345-35. Mahardani dan Ferdyan. 26. Pengolahan Air Baku Menjadi Air Minum dengan Teknologi Membran Mikrofltrasi dan Ultrafiltrasi. Kumpulan Naskah Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Tahun 26 Universitas Muhammadiyah Malang. Mulder, M. 1996. Basic Principles of Meembrane Technology. Kluwer Academic Publisher. USA. Nastiti, Y. 215. Penyisihan Warna, zat Organik dan Kekeruhan pada Air Gambut dengan Kombinasi Proses Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Koagulan Aluminium (Al2(SO4) 3) dan Membran Ultrafiltrasi. Skripsi Teknik Lingkungan Universitas Riau. Notodarmodjo, S dan Anne, D. 24.Penurunan Zat Organik dan kekeruhan Menggunakan Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead End.PROC.ITB Sains & Tek.Vol. 36 A, NO. 1, 24, 63-82. Notodarmodjo, S dan Widiatmoko, B. 1994.Pengolahan Air Berwarna dalam Skala Laboratorium.Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 1, No.3, hal 81-96. Teknik Lingkungan, ITB Bandung. Ramdhani, W.P., Mahmud dan Soewondo, P. 29. Kadar Aluminium (AL) Dan Besi (Fe) Pada Pembuatan Joagulan Cair Dari Lempung Lahan Gambut. Jurnal Teknik Lingkungan ITB. Samosir, A. 29.Pengaruh Tawas dan Diatomea (Diatomaceous Earth) dalam Proses Pengolahan Air GAmbut dengan Metode Elektrokoagulasi.Skripsi.Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam Universitas Sumatera Utara.http://repository.usu.ac.id./andle/123456 789/13871 (diakses Februari 216). Sutrisno, H., Muhdarina dan Amri, T.A. 214. Pengolahan Air Gambut Dengan Koagulan Cair Hasil Ekstraksi Lempung Alam Desa Cengar Menggunakan Larutan H 2SO 4.Jurnal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Syarfi dan Syamsu, H. 27.Rejeksi Zat Organik Air Gambut Dengan Membran Ultrafiltrasi.Jurnal Sains dan Teknologi 6(1) 1-4. Zahrani, A. dan Majid, A. 24.Production of Liquid Alum Coagulant from Local Saudi Clays.JKAU: Eng. Sci. 15(1): 3-17 114