BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. pemerintah melalui pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. BPPK Sawangan, 2014, Profil Sawangan, < (diakses pada tanggal 19 November 2014).

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara produsen teh terbesar

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

Produk Pertanian Berdaya Saing di Magelang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Renstra BKP5K Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

KEADAAN UMUM WILAYAH

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kabupaten Brebes merupakan daerah sebagian besar adalah dataran

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian sampai saat ini masih diyakini sebagai salah satu akar

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

TINGKAT PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN MANGGIS DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN KELURAHAN LIMAU MANIS, KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia sampai saat ini masih diupayakan oleh pemerintah melalui pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok menjadi alternatif utama yang digunakan dalam proses pembangunan karena dianggap lebih mampu memberikan dampak yang luas pada kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan keefektifan dan keefisienan dari suatu program yang dilaksanakan, mengingat masyarakat Indonesia banyak dan bersifat komunal. Demikian juga dalam hal pembangunan perdesaan dan pertanian, pendekatan kelompok lebih efektif dan efisien untuk dilakukan. Bentuk dari pendekatan ini adalah melalui kelompok tani, dimana melalui kelompok inilah informasi dan teknologi dapat tersampaikan kepada petani. Pengembangan kelompok tani di pedesaan secara potensial mempunyai makna yang strategis dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya (Ismail, 2009). Hal ini terbukti dari semakin banyaknya jumlah kelompok tani yang ada di Indonesia, mulai dari tahun 2011 terdapat 299.759 kelompok, tahun 2012 terdapat 307.309 kelompok, dan pada tahun 2013 terdapat 318.396 kelompok (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013). Kelompok tani dari tahun ketahun sesuai data tersebut terus mengalami kenaikan, namun sejak berdirinya hingga saat ini kelompok tani selalu mengalami pasang surut, demikian juga 1

2 seperti yang dilansir dalam Koran Tempo tanggal 11 September 2013 disebutkan bahwa krisis petani sedang melanda Negara Indonesia. Masyarakat petani yang dulu sangat kental dengan kebudayaan Indonesia, kini berangsur-angsur semakin menghilang. Hal ini terlihat dari kondisi petani yang ditandai dengan miskin motivasi dan hilangnya aktivitas-aktivitas pertanian. Krisis ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, karena proses alamiah, atau akibat kebijakan-kebijakan yang dibuat. Sejak berdirinya hingga saat ini, kelompok tani selalu mengalami pasang surut, baik dalam struktur kelompok maupun aktivitasnya. Bahkan beberapa kelompok tani sudah mulai kehilangan motivasi, selanjutnya miskin kegiatan, dan terancam bubar. Dengan hilangnya berbagai aktivitas dalam kelompok tani maka menjadikan sebuah ancaman bagi keberlanjutan kelompok tani, secara tidak langsung akan berimbas pada sulitnya meningkatkan produktivitas pertanian dan sulit pula dalam meningkatkan pendapatan anggotanya, kalau sudah demikian kesejahteraan petani tidak akan tercapai (Anwar, 2007). Demikian, meskipun pendekatan kelompok dianggap yang paling baik, tetap saja mempunyai kekurangan. Kekurangan pendekatan kelompok khususnya yang diprakarsai oleh pemerintah menyebabkan ketergantungan suatu kelompok yang membawa agenda program pemerintah. Kelompok akan mendapat bantuan dana untuk menjalankan kegiatannya. Dana yang diberikan oleh pemerintah inilah yang sering dianggap sebagai dasar ketergantungan kelompok. Dana tersebut disediakan dan dikucurkan, hal inilah yang menyebabkan kelompok menjadi lemah dalam menggali potensi-potensi pendanaan (Thamrin, 2006).

3 Kendati lembaga kelompok tani telah banyak demikian dibentuk, namun cukup sulit saat ini menemukan kelompok tani yang aktif, dimana anggotanya memanfaatkan lembaga tersebut untuk meningkatkan kinerja usaha tani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk membangun kinerja kelompok tani perlu diupayakan sebuah keberlanjutan kelompok. Keberlanjutan kelompok akan membantu mencapai tujuan dari kelompok tani dan secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan petani. Keberlanjutan kelompok disini mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok tani saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi petani yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Keberlanjutan kelompok tani akan sangat terbantu jika ada upaya penguatan kelompok yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), selain itu pendampingan dan pembinaan kelompok tani juga dapat dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan organisasi lainnya yang dipandang mampu untuk mendukung aktivitas kelompok tani (Hermanto dan Swastika, 2011). PPL sebagai kaki tangan dari pemerintah dalam hal ini sangat mendukung pertanian organik yang merupakan program dari pemerintahan Indonesia sehingga apabila ada kelompok tani atau lembaga pertanian yang mengembangkan aktivitasnya dalam dunia organik PPL akan sangat mendukung kegiatan tersebut begitu juga dengan LSM, namun tidak semua LSM bisa concern mengenai dunia organik. Keberalanjutan kelompok dalam penelitian ditunjuk kelompok tani di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Rata-rata mata pencaharian

4 penduduk Kecamatan Sawangan adalah sebagai petani dengan hasil bumi berupa padi dan sayuran. Sawangan sebagai pusat horti dan tanaman pangan yang ada di Kabupaten Magelang diharapkan mampu meningkatkan pembangunan perdesaan dan pertanian serta diharapkan dapat meningkatkan kinerja pembangunan pertanian daerah. Pembangunan pertanian daerah menurut Subejo (2013) sebisa mungkin dibangun sesuai dengan potensi dan kapasitas lokal, masing-masing daerah selalu memiliki potensi lokal yang luar biasa apabila bisa dimanfaatkan. Menurut Suseno dan Suyatna (2006) juga menyebutkan bahwa pembangunan pertanian jelas dijamin keberlanjutannya apabila berbasis kerakyatan dan pengembangannya berbasis pada sumber daya lokal. Dikatakan juga oleh Kuncoro (2010) bahwa dalam konteks Indonesia, keberadaan sumber daya alam perdesaan merupakan modal dasar yang penting dalam pengembangan wilayah mengingat sebagian besar penduduk Indonesia berada di pedesaan. Potensi yang dimiliki Kecamatan Sawangan adalah komoditas lokal Mentik Wangi, dengan asumsi bahwa Mentik Wangi sebagai modal dipastikan dapat menjamin keberlangsungan atau keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi di Kecamatan Sawangan. Jika kita melihat banyak produk-produk lokal yang sudah menasional contoh Pandan Wangi dari Cianjur, Ciherang dari Karawang, Hitam Melik dari Bantul dan salah satu komoditas lokal yang ada di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang adalah Mentik Wangi. Mentik Wangi merupakan komoditas unggulan daerah Sawangan, rasa enak dan aromanya diharapkan mempunyai nilai tambah dibanding padi jenis lain. Mentik Wangi tumbuh subur di daerah Sawangan, sehingga sayang apabila komoditas ini tidak dilestarikan.

5 Disebutkan oleh Tempo dalam Wastutiningsih (2013) setidaknya terdapat sekitar 9000 jenis padi lokal punah dari kurang lebih 12.000 jenis padi lokal yang dimiliki Indonesia. Kecamatan Sawangan sebagai penghasil Mentik Wangi, terdiri dari 15 Desa dan 8 diantaranya mempunyai usaha dalam bidang budidaya padi. Daerah tersebut adalah Podosoko, Tirtosari, Mangunsari, Sawangan, Butuh, Krogowanan, Jati, dan Gondowangi, karena hampir di wilayah Sawangan ditanam Mentik Wangi, maka seperti yang dikutip dari Cybernews Suara Merdeka bulan Mei 2009 Sawangan dinobatkan sebagai sentra produksi padi Mentik Wangi oleh Gubernur Jawa Tengah periode 2006 2011. Masing-masing daerah yang menanam Mentik Wangi tersebut mempunyai kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Kelompok tani komoditas padi Mentik Wangi juga bergabung dalam sebuah Asosiasi dengan nama Tani Organik Sawangan (TOS). Asosiasi TOS diharapkan tidak hanya mewadahi petani padi, namun cita-cita yang lebih luas lagi yaitu kelompok tani hortikultura bisa turut bergabung. TOS sebagai asosiasi yang independen sangat diharapkan bisa menjadi satu wadah yang kuat bagi petani organik, sehingga petani sebagai pelaku utama dalam produksi tidak lagi bisa dipandang dengan sebelah mata sebagai pelaku yang lemah. Disebutkan dalam Internal Control System Asosiasi TOS (ICS TOS) bahwa jumlah kelompok yang bergabung di dalam Asosiasi semakin bertambah awalnya yang hanya terbentuk 15 kelompok dan terakhir pada tahun 2013 ada 29 kelompok tani yang turut bergabung dalam mengembangkan komoditas Mentik Wangi. Dilihat dari pertambahan kelompok

6 tani yang cukup signifikan mengingat Asosiasi TOS yang baru berusia 3 tahun menggambarkan bahwasanya ada prospek keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi di kecamatan Sawangan. Harapan dari suatu kelompok tani adalah tingkat keberlanjutan yang tinggi, efektif mencapai tujuan dan dapat memanfaatkan potensi lingkungannya untuk mencapai tujuan. Keberlanjutan suatu kelompok dalam penelitian ini dilihat dari terpenuhinya kebutuhan kelompok tani dari 3 aspek yaitu keberlanjutan kelompok dalam aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Keberlanjutan kelompok dalam aspek ekonomi akan berbicara mengenai aktivitas kelompok dalam peningkatan produktivitas pertanian. Keberlanjutan kelompok dalam aspek lingkungan mengenai upaya kelompok tani dalam peningkatan mutu lingkungan. Keberlanjutan kelompok dalam aspek sosial berbicara mengenai aktivitas kelompok dalam pendistribusian dan pemberian kesempatan yang sama kepada semua orang serta kebermanfaatan kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian singkat di atas mengenai kelompok tani Mentik Wangi, keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi, dan hal-hal yang berhubungan dengan keberlanjutan kelompok Tani Mentik Wangi, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang Keberlanjutan Kelompok Tani Mentik Wangi di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. 1.2. Perumusan Masalah Suatu kelompok yang mempunyai banyak anggota, dan banyak faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kelompok maka tidak mudah bagi kelompok

7 tani untuk jalan mulus kedepan, bergerak dinamis untuk mencapai tujuan serta mempertahankan kelompok. Namun, upaya untuk terus mempertahankan kelompok tetap dilakukan untuk mencapai tujuan kelompok, baik itu dibantu secara teknis oleh PPL maupun oleh peran Asosiasi TOS dalam menunjang operasional kelompok, sehingga keberlanjutan kelompok bisa tercapai. Keberlanjutan kelompok yang diharapkan adalah keberlanjutan kelompok dalam 3 aspek meliputi aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek sosial. Berikut beberapa rumusan permasalahan yang bisa disimpulkan adalah : 1) Bagaimana tingkat keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi? 2) Bagaimana hubungan peran PPL dan peran Asosiasi TOS dengan keberlanjutan kelompok Tani Mentik Wangi? 1.3. Tujuan Penelitian 1) Menganalisis tingkat keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi 2) Menganalisis hubungan peran PPL dan peran Asosiasi TOS dengan keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi 1.4. Keaslian Penelitian Disini peneliti ingin mengetahui tingkat keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi serta hubungan peran PPL dan peran Asosiasi TOS dengan keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Berikut beberapa penelitian mengenai keberlanjutan kelompok :

8 Tabel 1.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. Judul Aspek Kajian 1. Kajian Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Keberhasilan Kelompok Tani sebagai Unit Belajar, Kerjasama, Produksi, dan usaha ( Hariadi, S S. 2004.) 2. Perilaku Anggota Pokmas Paronasi dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Kupang (Buraen, 2009) 3. Peranan Kontak Tani Dalam Keberlanjutan Kelompok Tani Di UPTD Penyuluhan Caringin Kabupaten Bogor (Ismail, 2009) 4. Dinamika kelompok tani dalam pengelolaan penguatan modal usaha sistem tunda jual (Katoto, 2004) 5. Dinamika Kelompok Tani Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Anggota : Studi Penelitian Tentang Kelompok Tani Mendawai Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah (Anwar, 2007) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani sebagai unit belajar, kerjasama, produksi, dan usaha Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kelompok tani ternak - Mengetahui kontribusi kontak tani dalam keberlanjutan kelompok tani - Mengetahui potensi faktor internal dan eksternal kelompok dalam keberlanjutan - Mengetahui perilaku anggota kelompok usaha tani setelah memperoleh penguatan modal usaha kelompok sistem tunda jual - Kinerja dan dinamika kelompok tani mendawai raya dalam meningkatkan pendapatan anggotanya Metode Analisis Regresi berganda, analisisi jalur (path analysis) Penelitian survai, regresi Analisis deskriptif, dengan analisis regresi linear berganda Deskriptif analisis, teknis analisis data interpretative dan triangulasi Deskriptif kualitatif Perbedaan lokasi penelitian unit analisis, lokasi penelitian unit analisis, lokasi penelitian unit analisis, lokasi penelitian lokasi penelitian