II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK PADA PETANI PENGGARAP

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

MANFAAT PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK KESUBURAN TANAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut). Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Kerisauan umat manusia mengenai ketersediaan bahan pangan dan ledakan jumlah penduduk dunia serta ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas melahirkan ajaran Malthusianisme dan Neomalthusianisme serta tumbuhnya kesadaran pada pelestarian fungsi lingkungan dan sumberdaya alam sehingga melahirkan pemikiran baru pembangunan berwawasan lingkungan dan konsep pembangunan berkelanjutan (Herry, 2006). Menurut Nasution (1995) dalam Salikin (2003), pertanian berkelanjutan merupakan kegiatan pertanian yang berupaya untuk memaksimalkan manfaat sosial dari pengelolaan sumberdaya biologis dengan syarat memelihara produktivitas dan efisiensi produksi komoditas pertanian, memelihara kualitas lingkungan hidup dan produktivitas sumberdaya sepanjang masa. Menurut Soekartawi (1995) dalam Salikin (2003), terdapat tiga alasan mengapa pembangunan pertanian Indonesia harus berkelanjutan yaitu: sebagai negara agraris, peranan sektor pertanian Indonesia dalam sistem perekonomian nasional 11

masih dominan. Kontibusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto adalah sekitar 20 % dan menyerap 50 % lebih tenaga kerja di pedesaan. Kedua, agrobisnis dan agroindustri memiliki peranan yang sangat vital dalam mendukung pembangunan sektor lainnya. Ketiga, pembangunan pertanian berkelanjutan menjadi keharusan agar sumberdaya alam yang ada sekarang ini dapat terus dimanfaatkan untuk waktu yang relatif lama. Sektor pertanian tetap menduduki peran vital yang mendukung kelangsungan kehidupan bangsa Indonesia. 2.2. Usahatani Pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu lahan tertentu, dalam hubungannya antara manusia dengan lahan yang disertai pertimbangan tertentu. Ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan manusia dalam melakukan pertanian disebut ilmu usahatani (Suratiyah, 2006). Menurut Mubyarto (1995), dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan diterima pada hasil panen (penerimaan/revenue) dengan biaya (cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Usahatani yang baik biasa disebut sebagai usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti memiliki produktivitas tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah). Jika dua usahatani mempunyai produktivitas fisik yang sama, 12

maka usahatani yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi karena produktivitas ekonominya lebih besar. 2.2.1. Usahatani Semi Organik Von Uexkull (1984) dalam Sutanto (2002), memberikan istilah membangun kesuburan tanah. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan pertanian anorganik yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Akhir-akhir ini isu pertanian organik mencuat ke permukaan. Sebagian orang mendukung gagasan pengembangan pertanian organik dan sebagian lainnya tidak setuju, masing-masing dengan argumentasi yang sama-sama rasional. Argumentasi kelompok pro pertanian organik bertitik tolak dari keprihatinannya terhadap keamanan pangan, kondisi lingkungan pertanian dan kesejahteraan petani secara mikro. Sementara kelompok yang kontra bertitik tolak dari kekhawatirannya terhadap keberlanjutan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani secara menyeluruh 2. Menurut Sutanto (2002), pada tahap awal penerapan pertanian organik masih perlu dilengkapi pupuk kimia atau pupuk mineral, terutama pada tanah yang miskin hara. Pupuk kimia masih sangat diperlukan agar supaya takaran 2 Litbang Pertanian. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr273052.pdf. Diakses 28 Mei 2011 13

pupuk organik tidak terlalu banyak yang nantinya akan menyulitkan pada pengelolaannya. Sejalan dengan proses pembangunan kesuburan tanah menggunakan pupuk organik, secara berangsur kebutuhan pupuk kimia yang berkadar tinggi dapat dikurangi. Menurut Salikin (2003), sistem pertanian berkelanjutan dilakasanakan dengan beberapa model sistem, salah satu diantaranya yaitu dengan menggunakan sistem LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture), prinsipnya yaitu bahwa hasil produksi yang keluar dari sistem harus diimbangi dengan tambahan unsur hara yang dimasukkan kedalam sistem tersebut. Dengan model LEISA, kekhawatiran penurunan produktivitas secara drastis dapat dihindari, sebab penggunaan input luar masih diperkenankan dan masih menjaga toleransi keseimbangan antara pemakaian input internal dan eksternal, misalnya penggunaan pupuk organik diimbangi dengan pupuk TSP. Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan pupuk kimia ataupun pestisida kimia, yang digunakan adalah pupuk organik, mineral dan material alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti luas adalah usahatani yang menggunakan pupuk kimia pada tingkat minimum, dan dikombinasikan dengan penggunaan pupuk organik dan bahan-bahan alami (Hong, 1994). 2.2.2. Usahatani Anorganik Schaller (1993) dalam Winangun (2005), memberikan penjelasan mengenai beberapa dampak negatif dari sistem pertanian anorganik yaitu sebagai berikut: 14

1. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia sintesis dan sedimen. 2. Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida maupun bahan aditif pakan. 3. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia sintetis tersebut pada mutu dan kesehatan pangan. 4. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan. 5. Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu dan jasad berguna lainnya. 6. Peningkatan daya tahan organisme pengganggu terhadap pestisida. 7. Peningkatan daya produktivitas lahan erosi, pemadatan lahan dan berkurangnya bahan organik. 8. Ketergantungan yang semakin kuat terhadap sumberdaya alam tidak terbaruhi. 9. Munculnya resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian. 2.3. Perbedaan Pupuk Organik dan Anorganik Nilai positif yang dapat diterima dari penggunaan pupuk organik sangat banyak. Namun menurut Sutanto (2002), penggunaan pupuk organik mempunyai kelemahan diantaranya adalah: diperlukan dalam jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman, bersifat ruah baik dalam pengangkutan dan penggunaannya di lapangan dan kemungkinan akan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang digunakan belum cukup matang. Apabila pemurnian dalam proses pembuatan pupuk organik tidak cukup baik, limbah cair, dan komponen padat yang berasal dari limbah perkotaan 15

dan bahan organik lainnya mempunyai potensi yang tinggi dalam meracuni kesehatan manusia. Pupuk organik atau kompos memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk anorganik. Berikut ini merupakan beberapa perbedaan antara pupuk organik (kompos) dan pupuk anorganik (Djuarnani, dkk, 2005): Tabel 3. Perbedaan Sifat Pupuk Organik (Kompos) dan Pupuk Anorganik No. Sifat Pupuk Organik atau Kompos Sifat Pupuk Anorganik 1 Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara tetapi dalam jumlah banyak 2 Dapat memperbaiki struktur tanah Tidak dapat memperbaiki struktur tanah tetapi justru penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras 3 Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit 2.4. Usahatani Padi Sawah Irawan (2004), secara nasional, sekitar 55 % konsumsi kalori dan 45 % konsumsi protein di tingkat rumah tangga berasal dari beras. Hal tesebut menunjukkan peningkatan produksi beras berperan penting dalam pemenuhan kecukupan konsumsi gizi rumah tangga dan ketahanan pangan nasional. Sekitar 90 % produksi beras nasional dihasilkan dari sawah terutama di Jawa. Peningkatan produktivitas padi terutama disebabkan oleh peningkatan produktivitas usahatani yang dilakukan melalui berbagai program intensifikasi. Sebagian besar petani mengusahakan padi, maka program intensifikasi tersebut tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi padi tetapi juga pendapatan petani. 16

Akhir-akhir ini laju peningkatan produktivitas padi semakin lambat sehingga pertumbuhan produksi padi juga menurun, kondisi ini menyebabkan kekurangan beras di masa yang akan datang. Secara agronomis, peningkatan produktivitas padi disebabkan oleh dua faktor yaitu meningkatnya penggunaan varietas padi berdaya hasil hasil tinggi dan semakin membaiknya mutu usahatani yang dilakukan petani seperti cara pengolahan tanah, penanaman dan pemupukan. Menurut Prasetiyo (2002) bahwa proses pencapaian swasembada beras tidak lepas dari penerapan dan inovasi teknologi yang dikembangkan pemerintah, misalnya dalam penggunaan benih unggul, teknologi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu, pengolahan tanah, dan lain sebagainya. Akhir-akhir ini proses produksi beras menghadapi berbagai kendala yang cukup serius, antara lain: 1. Cuaca atau iklim makin sulit diramal dengan tepat, misalnya mundurnya musim hujan, musim kemarau yang panjang, dan bencana kekeringan. 2. Eksplosi serangga hama akibat belum sepenuhnya diterapkan teknik budidaya yang baik, seperti tanam serempak. 3. Semakin langkanya budidaya tenaga kerja dalam budidaya padi sawah, misalnya tenaga pengolah lahan. 4. Sektor industri yang tumbuh pesat tampak lebih menarik untuk digeluti serta memberikan harapan lebih baik daripada menjadi buruh mencangkul. 5. Tenaga kerja sektor pertanian berpindah ke sektor industri atau sektor lainnya, sehingga ongkos tenaga kerja pengolah tanah semakin mahal dan biaya produksi meningkat. 17

6. Alternatif pengolahan tanah yang menggunakan traktor belum dapat dijangkau seluruh petani. 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Herdiansyah (2005) menunjukkan bahwa kegiatan usahatani padi organik memiliki perbedaan dengan usahatani padi anorganik. Hasilnya perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Perbedaan Pendapatan Rata-Rata Usahatani Padi Organik dan Anorganik per Musim Tanam per Hektar dari Penelitian Terdahulu Uraian Usahatani Padi Organik Petani Pemilik Penggarap (Rp) Petani Penyakap (Rp) Petani Penyewa (Rp) - Pendapatan atas biaya tunai 1.542.665,8 1.740.738,5 1.796.242,8 - Pendapatan atas biaya non tunai -1.982.334,2 695.738,5-68.757,2 Usahatani Padi Anorganik - Pendapatan atas biaya tunai 4.441.071,4-12.441,2 1.131.261,4 - Pendapatan atas biaya non tunai -83.928,6-1.857.441,2-968.738,6 Pendapatan atas biaya tunai petani padi organik dengan petani pemilik penggarap Rp 1.542.665,8 dan pendapatan non tunai yaitu Rp -1.982.334,2. Pada petani padi anorganik pendapatan non tunai yang diperoleh Rp -83.928,6 dan pendapatan tunai yaitu Rp 4.441.071,4. Pendapatan atas biaya non tunai petani penyakap padi organik yaitu Rp 695.738,5, sedangkan pendapatan atas biaya tunai yaitu Rp 1.740.738,5. Pada padi anorganik pendapatan tunai sebesar Rp -12.441,2 dan pendapatan bersih atau atas biaya non tunai yaitu Rp -1.857.441,2. Pendapatan petani penyewa non tunai Rp -68.757,2 dan pendapatan tunai yaitu sebesar Rp 1.796.242,8. Sedangkan pendapatan bersih padi anorganik atas biaya non tunai yaitu Rp -968.738,6 dan pendapatan tunai yaitu sebesar Rp 1.131.261,4. 18