BAB I PENDAHULUAN. adanya kontak langsung antara manusia atau antar masyarakat, hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. di kenal dengan pendidikan civic. Demikian pula masa Presiden Soeharto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah bentuk dari proses pembelajaran manusia mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib. DIKTI/ Kep/ 2000 : Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman modern ini proses integrasi kebudayaan dapat terjadi tanpa adanya kontak langsung antara manusia atau antar masyarakat, hal ini dikarenakan teknik komunikasi berkembang pesat. Komunikasi tidak hanya dilakukan melalui alat transportasi tetapi juga melalui media cetak dan bisa juga melalui media elektronika. Media cetak antara lain : surat kabar, majalah, buku. Sedangkan media elektronik antara lain : radio, televisi, dan satelit komunikasi. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang media massa maka hampir tiap saat manusia mengetahui keadaan dilain daerah bahkan dilain negara dalam waktu hampir bersamaan Di Indonesia perkembangan media elektronika pada dekade akhirakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Pada mulanya perkembangan media elektronik khususnya televisi didominasi oleh pemerintah, tetapi pada tahap berikutnya pertelevisian di Indonesia mulai berkembang dan meluas kearah swasta. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan penduduk maka hampir setiap keluarga memiliki televisi. Televisi merupakan media yang paling murah dan mudah untuk dinikmati oleh masyarakat, baik anak-anak, remaja, hingga orang tua. Selain informasi penting yang disampaikan, lewat media inilah pemirsa akan mendapatkan hiburan yang menarik (Wahyu, 1986 : 3). 1

2 Televisi memberikan kebebasan kepada kita untuk mengikuti salah satu acara televisi, maka dengan itu arus informasi dan hiburan dapat dinikmati oleh setiap individu. Hal ini ditambah lagi dengan kebebasan pers yang diberikan pemerintah, sehingga akan mendukung penyampaian informasi. Media televisi akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, bagi yang mampu mengambil nilai positifnya maka televisi merupakan sarana penunjang dalam ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologi komunikasi tersebut memberikan dampakdampak diantaranya sebagai berikut (Wahyu, 1986) : 1. Penyebaran informasi secara cepat. Penyebaran informasi secara cepat ini merupakan dampak yang positif dari kemajuan telekomunikasi. Peristiwaperistiwa penting di suatu tempat baik di dalam maupun di luar negeri dapat secara cepat di terima oleh masyarakat. Manfaat lain dari cepatnya penyebaran informasi ini adalah untuk sosialisasi suatu program pemerintah atau swasta yang perlu untuk segera diketahui masyarakat, seperti penanganan demam berdarah. 2. Penggambaran gaya hidup yang berbeda. Tayangan suatu program hiburan seperti sinetron dan tayangan tayangan sejenis saat menggambarkan gaya hidup yang sangat berbeda dengan kenyataan umum masyarakat Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Ditambahlagi, periklanan terhadap produk-produk non kebutuhan primer yang sebenarnya tidak begitu penting untuk dipenuhi justru dikemas sangat menarik dan mempengaruhi masyarakat untuk memperolehnya.

3 Hal ini merupakan suatu upaya untuk merubah gaya hidup masyarakat menjadi masyarakat yang konsumtif. 3. Terpenuhinya hiburan bagi masyarakat. Hiburan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan masyarakat. Dampak positif dari televisi adalah media hiburan ini cukup murah untuk masyarakat di berbagai kalangan. 4. Penyebaran budaya. Budaya disini lebih luas dari sekedar gaya hidup (lifestyle), akan tetapi sudah merupakan segala sesuatu yang menjadi kebiasaan dan dianggap benar oleh kelompok masyarakat tertentu. Penyebaran budaya identik dengan penyebaran nilai-nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat lain. Dengan televisi, maka masyarakat dengan mudah melihat suatu budaya di suatu tempat, melihat nikmatnya suatu kebiasaan yang tidak pernah dirasakanya sebelumnya, yang bukan merupakan budaya asli dari bangsa Indonesia. Budaya ini tidak selamanya positif, akan tetapi terkadang negatif dan merugikan generasi di masa datang. 5. Transfer pengetahuan. Banyak program-program televisi yang bersifat menyebarkan suatu pengetahuan seperti tata boga dan pengetahuanpengetahuan lainnya. Hal ini juga merupakan dampak positif yang bermanfaat bagi masyarakat. Anak usia (sekolah) dasar merupakan anak yang belum dewasa dan belum mampu membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Rossel (1988:41) mengemukakan bahwa sifat anak anak yang paling menonjol sebelum masa dewasa adalah meniru apa yang dilihat tanpa memperhatikan apakah hal yang

4 dilihat tersebut logis atau tidak. Karakter lain adalah usia anak-anak adalah masa dimana seseorang gemar melakukan percobaan, ingin tahu, dan ingin diperhatikan. Dengan adanya konsep tersebut maka anak yang sangat gemar menonton televisi akan menerima dampak yang baik sekaligus yang buruk apabila tanpa pengawasan dari orang tua. Kemungkinan dampak yang muncul adalah pada moralitas anak. Manusia Indonesia menempati posisi sentral dan strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga diperlukan adanya pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara optimal. Pengembangan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan mulai dari dalam keluarga, hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Salah satu SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda (young generation) sebagai estafet pembaharu merupakan kader pembangunan yang sifatnya masih potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah dan berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi pentingnya pendidikan sekolah antara lain untuk : 1) perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian, 2) transmisi cultural, 3) integrasi sosial, 4) inovasi, dan 5) pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja (Rifai, 2007 dalam Karma, 2007: 1). Dalam hal ini jelas bahwa tugas pendidikan adalah untuk mengembangkan segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan di atas, maka setidaknya terdapat 3 alasan penting yang melandasi pelaksanaan pendidikan moral, antara lain : 1). Perlunya karakter yang baik

5 untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang berkualitas, seperti: memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia. 2). Pendidikan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan membangun masyarakat yang bermoral (Lickona, 1996, dalam Karma 2007: 1). Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang mengalami patologi sosial yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan sosial di Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang matang. Di samping itu system pendidikan Indonesia lebih berorientasi pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ (intelengence Quetiont) yang walaupun juga di dalamnya terintegrasi pendidikan EQ (Emotional Quetiont). Sedangkan warisan terbaik bangsa kita adalah tradisi spritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih banyak digemari oleh orang lain di luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual Quetiont). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam pengembangan pendidikan moral ini eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target peningkatan IQ dan EQ siswa. Akibat dari hanyutnya SQ pada pribadi masyarakat dan siswa pada umumnya

6 menimbulkan efek-efek sosial yang buruk. Bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalah moral yang timbul di Indonesia seperti : 1). meningkatnya pembrontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar, 2). meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, tawuran dari sekolah dan suka mencuri, 3). berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang, 4). meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan bengis, 5) munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh kebencian, 6). berbahasa tidak sopan, 7). merosotnya etika kerja, 8). meningkatnya sifatsifat mementingkan diri sendiri dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warga negara, 9). timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual premature, penyalahgunaan mirasantika/narkoba dan perilaku bunuh diri, 10). timbulnya ketidaktahuan sopan santun termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti adanya kecenderungan untuk memeras tidak menghormati peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri atau orang lain, tanpa berpikir bahwa hal itu salah (Koyan, 2000, dalam Karma, 2007: 2). Untuk merespon gejala kemerosotan moral tersebut, maka peningkatan dan intensitas pelaksanan pendidikan moral dan meminimalkan pengaruhpengaruh yang dapat mengakibatkan jatuhnya nilai moral merupakan tugas yang sangat penting dan sangat mendesak, dan perlu dilaksanakan secara komprehensif dan dengan menggunakan strategi serta model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur yang terkait dalam

7 proses pembelajaran atau pendidikan seperti : guru-guru, kepala sekolah orang tua murid dan tokoh-tokoh masyarakat serta media-media yang secara langsung bersinggungan dengan kehidupan manusia, seperti televisi. Tujuan pendidikan moral tidak semata-mata untuk menyiapkan peserta didik untuk menelan mentah konsep-konsep pendidikan moral, tetapi yang lebih penting adalah terbentuknya karakter yang baik, yaitu pribadi yang memiliki pengetahuan moral, peranan perasaan moral dan tindakan atau perilaku moral (Lickona, 1992. Dalam Karma, 2007: 3). Pada sisi lain, dewasa ini pelaksanan pendidikan moral di sekolah diberikan melalui pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan agama akan tetapi masih tampak kurang pada keterpaduan dalam model dan strategi pembelajarannya. Di samping penyajian materi pendidikan moral di sekolah, tampaknya lebih berorientasi pada penguasaan materi yang tercantum dalam kurikulum atau buku teks, dan kurang mengaitkan dengan isu-isu moral esensial yang sedang terjadi dalam masyarakat, sehingga peserta didik kurang mampu memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi dalam masyarakat. Bagi para siswa, adalah lebih banyak untuk menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari isu-isu moral esensial kehidupan mereka sehari-hari. Materi pelajaran PKn dirasakan sebagai beban, dihafalkan dan dipahami, tidak menghayati atau dirasakan secara tidak diamalkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan pembentukann karakter siswa secara optimal, ini diperlukan adanya

8 serangkaian kegiatan, antara lain dengan (1) mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pendidikan dengan menggunakan metode klarifikasi nilai (2) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan moral agar tercapai kematangan moral yang komprehensif yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral,dan tindakan moral, (3) mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid dirumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa,serta berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya, (4) mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan universal yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan moral, (5) mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan moral, seperti sumber dari media televisi yang berkembang di masyarakat. Dengan memperhatikan kegiatan yang perlu dilakukan dalam proses aplikasi pendidikan moral tersebut, kaitannya dengan akselerasi politik dalam negeri, maka sebaiknya pendidikan moral juga dilakukan pengkajian ulang untuk mengikuti competetion velocities dalam persaingan global. Bagaimanapun negeri ini memerlukan generasi yang cerdas, bijak dan berbudi pekerti sehingga bisa menyeimbangkan pembangunan dalam keselarasan keimanan dan kemajuan jaman. Dengan demikian, maka untuk mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam pendidikan moral diluar pendidikan sekolah

9 seperti memahami bagaimana dampak siaran televisi terhadap pendidikan moral yang identik dengan pendidikan budi pekerti dirasa sangatlah penting. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Disamping itu orang tua dapat menanamkan benih kebatinan yang sesuai dengan kebatinannya sendiri kedalam jiwa anak-anaknya (Shochib, 1998). Soelaiman (Shochib, 1998) menyatakan bahwa dipandang dari psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal yang sama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung suatu kedekatan diantara mereka. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan contoh-contoh (Shochib, 1998). Hurlock (1990) mengatakan bahwa di dalam pengasuhan anak para orang tua mempunyai tujuan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang dianggap ideal oleh para orang tua dan dalam pengasuhan anak diberikan istilah disiplin sebagai pelatihan dalam mengendalikan dan mengontrol diri.

10 Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Turmudji, 2003). Menurut Hurlock (1990) orang tua harus dapat memberikan pola asuh yang tepat sesuai dengan perkembangan anaknya, agar anak dapat mempersepsikan pola asuh yang diberikan kepadanya dengan baik sehingga dapat memotivasi belajarnya. Pola asuh adalah sikap orang tua dalam membimbing anak-anaknya. Perlakuan orang tua terhadap seorang anak akan mempengaruhi bagaimana anak itu memandang, menilai, dan juga mempengaruhi sikap anak tersebut terhadap orang tua serta mempengaruhi kualitas hubungan yang berkembang di antara mereka. Orang tua yang satu dengan yang lain memberikan pola asuh yang berbeda dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah persepsi terhadap pola asuh orang tua. Persepsi yang dialami seorang anak bersifat subjektif sehingga motivasi belajarnya tergantung bagaimana anak mempersepsi pola asuh yang diberikan orang tuanya. Atas dasar pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh tayangan media televisi edukasi dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan budi pekerti siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

11 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasikan berbagai masalah yang timbul antara lain sebagai berikut : 1. Banyaknya pengaruh negatif dari siaran televisi yang tidak memperhatikan dampaknya bagi anak-anak, khususnya yang berkaitan dengan moralitas dan pendidikan budi pekerti. 2. Kurangnya pengawasan orang tua dalam mengawasi kebiasaan anak menonton televisi. 3. Berpengaruhnya cara pola asuh orang tua terhadap anak. 4. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. 5. Banyaknya siswa kritis yang susah dididik atau diatur C. Pembatasan Masalah 1. Subyek Penelitian : Siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Obyek Penelitian : Obyek penelitian dibatasi pada Siaran televisi, pola asuh orang tua dan perkembangan budi pekerti. 3. Pengaruh Penelitian : Penelitian ini terbatas pada pengaruh tayangan media televisi edukasi dan pola asuh orang tua terhadap budi pekerti siswa kelas V SDN 01 Gayamdompo.

12 D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijabarkan maka permasalahan pokok yang perlu dirumuskan adalah : 1. Adakah pengaruh tayangan media televisi edukasi terhadap perkembangan budi pekerti siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo? 2. Adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan budi pekerti siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo? 3. Adakah pengaruh tayangan media televisi edukasi dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan budi pekerti siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh tayangan media televisi edukasi terhadap perkembangan budi pekerti siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo. 2. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan budi pekerti siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo. 3. Untuk mengetahui pengaruh tayangan media televisi edukasi dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan budi pekerti siswa kelas V SD Negeri 01 Gayamdompo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

13 F. Manfaat Penelitian Setiap hasil penelitian pada prinsipnya harus berguna bagi penunjang praktek mengambil keputusan dalam arti yang paling luas dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis a. Tayangan media televisi edukasi dapat memberikan sumbangan ilmu bagi siswa melalui ragam acara yang mendidik. b. Pola asuh orang tua yang demokratis dapat mendidik anak untuk lebih mandiri dan berbudi pekerti yang baik. c. Budi pekerti yang baik dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar pada anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah 1) Sekolah dapat memberikan pendidikan budi pekerti yang baik. 2) Sekolah dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa kaitannya dengan semakin baiknya budi pekerti siswa. b. Bagi Guru 1) Bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar para siswa, kaitannya dengan perkembangan budi pekerti siswa. 2) Bermanfaat untuk menanamkan pendidikan karakter bagi siswa, kaitannya dengan budi pekerti siswa.

14 c. Bagi Orang Tua 1) Bermanfaat untuk menambah pengawasan dan perhatian orang tua terhadap anak-anak mereka, kaitannya dengan tayangan televisi edukasi. 2) Memberikan masukan pada orang tua untuk lebih memahami bagaimana sebenarnya dampak televisi bagi anak-anak yang masih tingkat sekolah dasar. d. Bagi Siswa 1) Bermanfaat untuk dapat lebih memahami pentingnya budi pekerti yang baik. 2) Bermanfaat untuk dapat lebih berhati-hati dalam memilih acara dalam televisi. G. Penegasan Judul 1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada dari sesuatu (orang, benda, dsb) yang ikut membentuk kepercayaan, watak/perbuatan seseorang. 2. Tayangan Tayangan adalah sesuatu yang dipertayangkan (di pertunjukkan) 3. Media Media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Media pembelajaran berarti wahana penyalur pesan atau informasi belajar dari komunikator (guru) kepada komunikan (siswa).

15 4. Siaran Televisi Siaran Televisi adalah sesuatu yang disiarkan atau ditayangkan melalui media penglihatan jarak jauh. 5. Pola asuh Pola asuh adalah pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. 6. Orang Tua Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu orang tua (orang dewasa) yang memberikan bimbingan pada anak sejak masih kecil, di dalam suatu keluarga atau rumah, dan terjalin hubungan darah/kekerabatan yang erat (bapak/ibu/kakak/paman/bibi serta kakek nenek). 7. Budi Pekerti. Budi pekerti dapat diasumsikan sebagai sikap manusia sebagai mahluk sosial yang memiliki tabiat, budi pekerti, serta perilaku yang baik, sehingga tidak mengakibatkan kerugian dalam interaksinya dengan orang lain.

16 Dengan demikian, maka maksud dari judul penelitian ini adalah mengkaji tentang dampak dari hal-hal yang ditayangkan di media televisi terhadap tabiat atau perilaku manusia dalam bersosial dan pola asuh kedua orang tua dalam kehidupan sehari-hari.