PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wujud kreativitas yang mampu membantu manusia dalam berkembang.

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

PENGGUNAAN BAHASA GAUL DAN PADANANNYA DALAM BAHASA BAKU PADA NOVEL LOVE SUCKS CINTA KUYA KARYA CHARMANTHA S. ADJI

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA ORANG BENGKULU DI KOS PUJI PABELAN KARTASURA (SEBUAH TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana yang vital dan utama dalam hidup ini karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

ANALISIS GEJALA KONTAMINASI, PENGGUNAAN BAHASA ASING DAN DAERAH DALAM BERITA POLITIK SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2009 SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

ANALISIS PENGGUNAAN SINGKATAN SMS PADA RUBRIK GAUL DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI DESEMBER-JANUARI 2009/2010 SKRIPSI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS PEMAKAIAN DISFEMIA PADA RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI BULAN JUNI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA RUBRIK INDIKATOR HARIAN REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

PENGUNGKAPAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM TABLOID AGROBIS EDISI NOPEMBER 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: DANANG JUNIANTO A 310 060 168 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kreativitas dan keterampilan seseorang semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan juga tuntutan zaman. Seperti sastrawan yang mampu menghasilkan berbagai karya sastra dengan karakteristik bahasa yang berbeda-beda antara sastrawan yang satu dengan yang lainnya. Jasmansyah (http://www.jasmansyah-faiz.blogspot.com/2009/12/adaapa-dengan-ilmu-bahasa.html) menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk yang diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya dibekali dengan akal untuk berpikir. Kemampuan berpikir tersebut dilengkapi dengan kemampuan berbahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pesan atau kehendak berpikirnya kepada orang lain. Kemampuan berbahasa tersebut sebagai refleksi kebutuhan manusia akan perlunya berinteraksi dengan yang lain. Manusia memiliki potensi atau bekal kodrati (innate capacity) untuk mengusai bahasa yang dominan di lingkungannya. Jika manusia tidak mempunyai kemampuan berpikir, dapat dipastikan bahwa manusia tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Hal ini tentunya membuat manusia tidak dapat berbahasa dan tingkah lakunya dapat disamakan dengan binatang. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan 1

2 mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: 32). Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita. Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang disampaikan mudah dimengerti. Alwasilah (2009: 82-89) menjelaskan ciri-ciri yang menjadi hakikat bahasa adalah bahasa itu sistematik, beraturan atau berpola, bahasa itu manasuka (arbitrer), bahasa itu vokal atau bahasa itu merupakan sistem bunyi, bahasa itu simbol, bahasa itu mengacu pada dirinya, bahasa itu manusiawi, dan bahasa itu komunikasi. Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna yang beraturan. Dalam hal bunyi, tidak sembarangan bunyi bisa dipakai sebagai suatu simbol dari suatu rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa sehingga terucapkan. Manasuka atau arbitrer adalah acak, bisa muncul tanpa alasan. Katakata (sebagai simbol) dalam bahasa bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya. Vokal berarti bunyi. Bahasa terwujud dalam bentuk bunyi. Kemajuan teknologi dan perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan

3 bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa. Simbol adalah lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang sesuatu. Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan bunyi tertentu. Bunyi tersebut jika ditulis adalah hujan. Hujan adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk melambangkan titik-titik air yang jatuh dari langit itu. Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa itu adalah kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Manusialah yang berbahasa sedangkan hewan dan tumbuhan tidak. Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah bahasa sebagai alat komunikasi dan interakasi. Bahasa berfungsi sebagai alat mempererat antar manusia dalam komunitasnya, dari komunitas kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa bahasa tidak mungkin terjadi interaksi harmonis antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana bentuk kegiatan sosial antar manusia tanpa bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat diaplikasikan penggunaannya dalam karya sastra termasuk juga novel Laskar Pelangi. Di dalam karya sastra terdapat kesulitan untuk melakukan suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa tertentu apabila tidak terdapat sistem referensi atau deiksis. Deiksis merupakan bagian dari ruang lingkup pragmatik. Wijana (2001:1) berpendapat bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal yakni bagaimana satuan bahasa

4 itu digunakan di dalam komunikasi. Bidang kajian pragmatik meliputi deiksis (penunjukan), praanggapan, implikatur, tindak bahasa, dan analisis wacana. Kajian deiksis menurut Cahyono (2002: 217) adalah suatu cara untuk mengacu ke hakikat tertentu menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi oleh situasi pembicaraan. Sidon (http://www.lisadypragmatik.blogspot.com/2009/12/pragmatikoleh-sidon.html) menyatakan bahwa deiksis merupakan suatu gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata tunjuk, pronomina, dan sebagainya. Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Deiksis baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di mana, dan kapan kata itu diucapkan. Jadi, pusat orientasi deiksis adalah penutur. Dengan demikian, deiksis merupakan identifikasi makna sebuah bahasa yang hanya dapat diketahui bila sudah berada dalam peristiwa bahasa karena dipengaruhi oleh konteks situasi pembicaraan yang diacu oleh penutur. Novel Laskar Pelangi merupakan salah satu karya sastra yang terkenal di eranya. Hasil buah karya novelis Andrea Hirata ini sangat mencengangkan bagi dunia sastra di Indonesia. Sebagai karya pertama yang ditulis seseorang yang bukan berasal dari lingkungan sastra dan tidak tunduk pada selera pasar.

5 Kelebihan novel Laskar Pelangi (LP) adalah ceritanya yang diangkat dari kehidupan nyata. Dilihat dari keperluan pemakaian bahasa termasuk dalam ragam bahasa sastra, novel tersebut ditulis dengan bahasa yang sederhana tetapi menarik. Melalui dimensi imajinatif bahasa khususnya lebih dominan dimensi sosialnya, novel Laskar Pelangi sarat dengan penunjukan (deiksis). Banyaknya deiksis yang digunakan Andrea Hirata dalam menceritakan pengalaman hidup dengan anggota Laskar Pelangi lainnya dapat dijadikan sebagai kekayaan ragam bahasa. Biasanya ragam bahasa modern lebih cenderung pada pengguanaan bahasa yang vulgar dan populer daripada kemenarikan repertoar bahasa Indonesia. Akan tetapi, penggunaan ragam bahasa yang masih menunjukkan kesopansantunan menurut penulis merupakan suatu tingkatan bahasa yang lebih tinggi karena memiliki repertoar atau perbendaharaan lebih banyak daripada ragam bahasa populer. Dalam novel tersebut Andrea Hirata lebih banyak menggunakan ragam bahasa yang berasal dari daerah Belitong, yang sekarang menjadi provinsi Bangka Belitong. Bahasa tersebut lebih menarik perhatian kepada penikmat sastra. Adapun contoh deiksis sosial yang berhubungan dengan konteks budaya yang melingkupinya. Namun, senyum Bu Mus adalah senyum getir yang dipaksakan karena tampak jelas beliau sedang cemas. Wajahnya tegang dan gerakgeriknya gelisah. Ia berulang kali menghitung jumlah anak-anak yang duduk di bangku panjang. Ia demikian khawatir sehingga tak peduli pada peluh yang mengalir masuk ke pelupuk matanya. Titik-titik keringat yang bertimbulan di seputar hidungnya menghapus bedak tepung beras yang dikenakannya, membuat wajahnya coreng-moreng seperti

6 pemeran emban bagi permaisuri dalam Dul Muluk, sandiwara kuno kampung kami. (LP, Sepuluh Murid Baru, 2008: 2) Klausa yang tercetak tebal di atas merupakan deiksis sosial yang berhubungan dengan konteks budaya. Klausa yang berbunyi pemeran emban bagi permaisuri dalam Dul Muluk tersebut mengacu atau menunjuk pada Bu Mus. Jika dilihat berdasarkan fungsi sintaksisnya, bentuk klausa di atas berkedudukan sebagai keterangan. Hirata (2008: 495) menjelaskan Dul Muluk adalah sandiwara orang Melayu, dipentaskan seperti ketoprak tapi pakemnya berbabak-babak, dalam Dul Muluk tak ada unsur musik sebagai bagian dari dramatisasi sandiwara. Temanya selalu tentang sesuatu yang berhubungan dengan kerajaan. Dul Muluk disebut Demulok dalam dialek Belitong atau sekadar Mulok saja. Selanjutnya, contoh deiksis sosial yang berhubungan dengan konteks sosial yang melingkupinya. Bu Mus menghampiri ayah Lintang. Pria itu berpotongan seperti pohon cemara angin yang mati karena disambar petir: hitam, meranggas, kurus, dan kaku. Beliau adalah seorang nelayan, namun pembukaan wajahnya yang mirip orang Bushman adalah raut wajah yang lembut, baik hati, dan menyimpan harap. Nelayan ini pasti termasuk dalam sebagian besar warga negara Indonesia yang menganggap bahwa pendidikan bukan hak asasi. (LP, Antediluvium, 2008: 10) Bentuk kata yang tercetak tebal di atas merupakan deiksis sosial yang berhubungan dengan konteks sosial. Kata nelayan menunjuk kepada ayah Lintang. Nelayan merupakan strata sosial yang berada di tingkat ekonomi rendah di daerah Belitong. Menurut Hirata (2008: 11) agaknya selama turun-

7 temurun keluarga ayah Lintang tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Jika dilihat berdasarkan fungsi sintaksisnya, bentuk kata yang menjadi deiksis sosial ini berfungsi sebagai subjek. Latar belakang penulisan penelitian ini adalah banyak ditemukannya deiksis dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Deiksis tersebut beragam dilihat dari jenisnya. Selain itu, deiksis tersebut juga dapat dikategorikan menurut fungsi sintaksisnya dan hubungannya dengan konteks sosial/budaya yang melingkupinya sehingga dapat ditelusuri lebih lanjut. Wacana dalam novel ini menarik untuk dikaji lebih dalam pada kajian deiksis sosial dalam keterampilan berbahasa. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dipilih judul: Pemakaian Deiksis Sosial Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan untuk membatasi masalah penelitian agar dalam pembahasan tidak bercabang ke mana-mana. Masalah dalam penelitian ini terbatas pada pembahasan jenis, distribusi berdasarkan fungsi sintaksis, dan hubungan deiksis sosial dengan konteks sosial/budaya yang melingkupinya dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. C. Rumusan Masalah Salah satu komponen penting yang harus ditentukan dalam penelitian adalah perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan pijakan bagi suatu penelitian sehingga rumusan masalah harus jelas. Yatim Riyanto (dalam

8 Syamsuddin, 2007: 48) menegaskan bahwa masalah yang diteliti perlu diidentifikasi lebih rinci dan dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan operasional. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat ditarik suatu perumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana jenis deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? 2. Bagaimana distribusi deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata berdasarkan fungsi sintaksisnya? 3. Bagaimana hubungan antara deiksis sosial dengan konteks sosial atau budaya yang melingkupinya? D. Tujuan Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus mempunyai arah dan tujuan tertentu. Syamsuddin (2007: 51) berpendapat bahwa tujuan yang jelas memberikan landasan untuk merancang penelitian, untuk pemilihan metode yang paling tepat, untuk pengelolaan penelitian, dan faktor kunci dalam memberikan bentuk dan makna bagi laporan akhir. Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi jenis deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 2. Memaparkan distribusi deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata berdasarkan fungsi sintaksisnya. 3. Mendeskripsikan hubungan antara deiksis sosial dengan konteks sosial atau budaya yang melingkupinya.

9 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pengajaran bahasa baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumber informasi dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kajian deiksis terutama deiksis sosial. b. Sebagai sumber informasi dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kajian linguistik terutama kajian pragmatik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru atau pengajar dapat dijadikan acuan sebagai fasilitator mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya kajian yang berkaitan dengan deiksis sosial dalam novel. b. Bagi masyarakat umum dapat sebagai sasaran tambahan pengetahuan sekaligus sebagai hiburan setelah membaca novel yang terdapat deiksis sosialnya. c. Bagi peneliti lain dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sumber informasi sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan kajian penelitian ini.