BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

Teknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Management Bisnis ICT

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

Memahami maksud dan tujuan sistem komunikasi bergerak Memahami frekuensi yang digunakan dalam sistem komunikasi bergerak Menjelaskan evolusi pada

Pengertian dan Macam Sinyal Internet

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

: ANALIS PENERAPAN TEKNOLOGI JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA PENULIS : FADHLI FAUZI, GEVIN SEPRIA HERLI, HANRIAS HS

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 5 - Join : Follow

BAB II TEORI PENDUKUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI 4G LTE DAN WIMAX DI INDONESIA

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :

DAFTAR ISTILAH 3G Third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel (wireless). Ada pu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000) Sistem Telekomunikasi Selular Abad 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesan pendek (short message service), kini telah memberikan kemudahan

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TEKNOLOGI DVB-H

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

2. Perbedaan 3G, 3.5G, dan 4G dan aplikasi pada tiap teknologi:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

Company LOGO. Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak. Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

Nama Kelompok : 1. Arvita Mizza Utami (12/327968/SV/00144) >> Presenter. 2. Chusnul Khotimah M (12/327950/SV/00126) >>presenter & pencari materi

Mensolusikan Permasalahan Keterbatasan Spektrum dan Meningkatkan Quality of Experience Melalui Teknologi LTE Unlicensed

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakannya, ini tentu dilandasi asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

Layanan Broadband dapat dipenuhi dengan berbagai teknologi, seperti :

Bluetooth. Pertemuan III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. analog AMPS (Advanced Mobile Phone System), diikuti suara digital GSM

BAB II LANDASAN TEORI

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Komunikasi dan Jaringan

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB III LANDASAN TEORI

data dengan menggunakan konektivitas tersebut terbatas jangkauan area koneksinya, meskipun pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mobile Enterprise Mobile Connectivity

BAB I PENDAHULUAN. Handphone merupakan salah satu dari perkembangan teknologi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi nirkabel mulai dari generasi 1 yaitu AMPS (Advance Mobile Phone

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

TELECOMMUNICATIONS & NETWORKS

STANDARISASI FREKUENSI

ANALISIS dan PROSPEK TEKNOLOGI CDMA di INDONESIA Joseph Rasiman

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

Mengenal Teknologi EVDO

BAB I PENDAHULUAN. Akhir yang berjudul Discrete Fourier Transform-Spread Orthogonal Frequency Division

LOGO. NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan

Aplikasi Multiplexer -8-

Multiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

PERKEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI WIRELESS MENUJU TEKNOLOGI 4G

MEDIA TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

Aplikasi WiMAX. Oleh: Yenniwarti Rafsyam, Milda Yuliza, Lifwarda. Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian BTS 2G dan BTS 4G 2G adalah singkatan dari 2 nd Generation (Generasi ke-2), suatu istilah untuk standar teknologi telekomunikasi internasional yang punya tujuan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja jaringan seluler. 4G adalah singkatan dari 4 th Generation (Generasi ke-4), suatu istilah untuk standar teknologi telekomunikasi international yang punya tujuan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja jaringan selular sebelumnya. berikut: Ada pun perkembangan teknologi nirkabel dapat dirangkum sebagai 1. Generasi pertama: analog, kecepatan rendah (low-speed), cukup untuk suara. Contoh: NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Analog Mobile Phone System) 2. Generasi kedua: digital, kecepatan rendah - menengah. Contoh: GSM dan CDMA2000 1xRTT 3. Generasi ketiga: digital, kecepatan tinggi (high-speed), untuk pita lebar (broadband). Contoh: W-CDMA (atau dikenal juga dengan UMTS) dan CDMA2000 1xEV-DO. 4. Generasi keempat: digital, kecepatan tinggi (high-speed), untuk pita lebar (broadband). Contoh: LTE (Long Term Evolution) atau lebih dikenal dengan 4G. 6

7 Gambar 2.1 Perkembangan Jaringan Selular 2.1.1. 2G secara Umum Generasi ke-2 ini merupakan babak baru dalam industri telekomunikasi di tahun 90-an dengan menggunakan sistem digital yang menggunakan frekuensi GSM 900Mhz dan GSM 1800Mhz atau di dunia telekomunikasi biasa disebut DCS 1800 (Rhyntm Sharma;2015:158). Di Indonesia sendiri layanan generasi ke-2 ini sudah ada sejak lama dimulai dengan 3 operator besar yaitu Telkomsel, Satelindo (sekarang Indosat Ooredoo) dan Excelcomindo (sekarang XL Axiata). Dan dari hasil lelang 2G yang digelar, sekarang sudah ada lima operator yang melayani 2G di Indonesia yaitu PT. Natrindo Telepon Selular atau baisa di sebut NTS/Axis (sudah di akuisisi XL sejak tahun lalu), PT. Hutchinson CP (Tri), PT. Telkomsel, PT. XL Axiata dan PT. Indosat. Ada 2 teknologi untuk 2G sampai saat ini, yaitu : 1. Time Divivison Multiple Access (TDMA) 2. Code Divition Multiple Access (CDMA)

8 Dari 2 teknologi yang ada, sampai saat ini 2G masih menggunakan standar teknologi yang sama, yaitu : 1. Time Division Multiple Access (TDMA) diperkenalkan oleh Asosiasi Industri Telekomunikasi (Telecommunications Industry Association, TIA) yang terakreditasi oleh American National Standards Institute (ANSI), adalah teknologi transmisi digital yang mengalokasikan slot waktu yang unik untuk setiap pengguna pada masing-masing saluran, dan menjadi salah satu metode utama yang digunakan oleh jaringan digital telepon seluler untuk menghubungkan panggilan telepon. Sinyal digital dari jaringan digital dihubungkan ke pengguna tertentu untuk berhubungan dengan sebuah kanal frekuensi digital tersendiri tanpa memutuskannya dengan mengalokasikan waktu. TDMA juga merupakan metode pengembangan dari FDMA yakni setiap kanal frekuensinya dibagi lagi dalam slot waktu sekitar 10 ms. Sistem ini juga didukung oleh berbagai macam pelayanan untuk pengguna terakhir seperti suara, data, faksimili, layanan pesan singkat (sms), dan pesan siaran. 2. Code Division Multiple Access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada dan menggunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan.

9 Dan pada saat ini ada dua cabang dari pengembangan 2G, yaitu dari sisi GSM (Global System for Mobile Communication) dan CDMA (Code Division Multiple Access). Kedua teknologi tidak kompatibel dan sesungguhnya saling berkompetisi. Gambar 2.2 Teknologi 2G 2.1.2. Performansi pada 2G 1. Teknologi 2G diperkenalkan pada awalnya adalah untuk tujuan sebagai berikut: a. Menambah kemapuan yaitu pengiriman pesan singkat. b. Menambah kemampuan transfer data yang lebih cepat yaitu GPRS dan EDGE. 2. Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 2G pada band GSM 900, yaitu : a. Frekuensi penerimaan (downlink) 935-960 MHz. b. Frekuensi pengiriman (uplink) 890-915 MHz. 3. Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 2G pada band GSM 1800, yaitu : a. Frekuensi penerimaan (downlink) 1805-1880 MHz. b. Frekuensi pengiriman (uplink) 1710-1785 MHz.

10 Tabel 2.1 Tabel Frekuensi 2G 4. Kemampuan teknologi 2G : Jaringan 2G pada idealnya memiliki kecepatan mencapai 236 kbps. EDGE distandarisasikan oleh 3GPP sebagai bagian dari keluarga GSM. Melalui pengenalan metode canggih coding dan mengirimkan data, 2G memberikan sedikit lebih tinggi bunga pada setiap saluran radio, mengakibatkan tiga kali lipat peningkatan kapasitas kinerja dibandingkan dengan koneksi GSM / GPRS biasa. 5. Kelebihan Teknologi 2G : a. Dengan 2G, operator selular dapat memberikan layanan komunikasi data dengan kecepatan lebih tinggi dibanding GPRS (General Packet Radio Service), di mana GPRS hanya mampu melakukan pengiriman data dengan kecepatan sekitar 25 Kbps. b. Begitu juga bila dibandingkan platform lain, kemampuan 2G mencapai 3-4 kali kecepatan akses jalur kabel telepon (biasanya sekitar 30-40 Kbps) dan hampir 2 kali lipat kecepatan CDMA 2000 1X yang hanya sekitar 70-80 Kbps.

11 Memiliki standart yang bersifat global atau mendunia. c. Layanan berbasis teknologi 2G berkemampuan memberikan berbagai aplikasi layanan generasi ketiga, yakni: high quality audio streaming, video steraming, on line gaming, high speed download, high speed network connection, push to talk dan lain-lain. Memiliki kualitas yang tinggi baik suara, data, maupun gambar. d. Sejak pertengahan tahun 2000, platform teknologi Internasional GERAN (GSM EDGE Radio Access Network) telah mengadopsi seluruh spesifikasi 3GPP (third Generation Project Partnersip), hal ini menjadikan teknologi 2G masuk dalam kelompok teknologi yang memenuhi kualifikasi generasi ketiga UMTS 3G. Memiliki kemampuan penjelajahan ke seluruh dunia. 2.1.3. 4G Secara Umum LTE untuk pertama kalinya diluncurkan oleh TeliaSonera di Oslo dan Srockholm pada 14 Desember 2009 dimana LTE didaulat akan dapat menggantikan UMTS/HSDPA. Tujuan utama dari LTE guna meningkatkan kemampuan kapasitas dan kecepatan jaringan data nirkabel menggunakan teknik DSP (Digital Signal Processing) dan modulasi yang dikembangkan pada awal milenium baru selain itu pada sistem antarmuka nirkabel tidak cocok pada jaringan 2G dan 3G sehingga harus diopeasikan pada spektrum nonkabel secara terpisah.

12 Terdapat dua kandidat standar untuk 4G yang dikomersilkan di dunia yaitu standar WiMAX dari Korea Selatan dan standar Long Term Evolution atau LTE dari Swedia (Amir Esmailpour;2013:94). Di Indonesia, WiMAX pertama kali diluncurkan oleh PT. FirstMedia dengan merek dagang Sitra WiMAX pada Juni 2010. Kemudian teknologi LTE pertama kali diluncurkan oleh PT. Internux dengan merek dagang Bolt Super 4G LTE sejak 14 November 2013. Dalam perkembangannya, saat ini di Indonesia sudah semua operator besar yang memanfaatkan teknologi LTE ini yaitu PT. Telkomsel, PT. Indosat, PT. XL Axiata, PT. Inernux dan PT. Smartfren. Ada 2 teknologi untuk 4G sampai saat ini, yaitu : 1. Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) 2. Long Term Evolution (LTE) Dari 2 teknologi yang ada, sampai saat ini 4G masih menggunakan standar eknologi yang sama, yaitu : 1. Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) Merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu diberikan, WiMAX juga merupakan teknologi dengan open standar. Dalam arti komunikasi perangkat WiMAX di antara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan

13 (tidak proprietary). Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 Mbps), WiMAX dapat diaplikasikan untuk koneksi broadband last mile, ataupun backhaul. Yang membedakan WiMAX dengan Wi-Fi adalah standar teknis yang bergabung di dalamnya. Jika WiFi menggabungkan standar IEEE 802.11 dengan ETSI (European Telecommunications Standards Intitute) HiperLAN sebagai standar teknis yang cocok untuk keperluan WLAN, sedangkan WiMAX merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16 dengan standar ETSI HiperMAN. Standar keluaran IEEE banyak digunakan secara luas di daerah asalnya, Amerika, sedangkan standar keluaran ETSI meluas penggunaannya di daerah Eropa dan sekitarnya. Untuk membuat teknologi ini dapat digunakan secara global, maka diciptakanlah WiMAX. Kedua standar yang disatukan ini merupakan standar teknis yang memiliki spesifikasi yang sangat cocok untuk menyediakan koneksi berjenis broadband lewat media wireless atau dikenal dengan BWA. 2. Long Term Evolution (LTE) Merupakan sebuah standar komunikasi akses data nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSPA. Jaringan antarmuka-nya tidak cocok dengan jaringan 2G dan 3G, sehingga harus dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang terpisah. Teknologi ini mampu download sampai dengan tingkat 300mbps dan upload 75mbps.

Layanan LTE pertama kali dibuka oleh perusahaan TeliaSonera di Stockholm dan Oslo pada tanggal 14 Desember 2009. 14 3GPP Long Term Evolution, atau lebih dikenal dengan sebutan LTE dan dipasarkan dengan nama 4G LTE adalah sebuah standar komunikasi nirkabel berbasis jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSDPA untuk aksess data kecepatan tinggi menggunakan telepon seluler mau pun perangkat mobile lainnya. Gambar 2.3 Teknologi 4G LTE adalah teknologi yang didaulat akan menggantikan UMTS/HSDPA. LTE diperkirakan akan menjadi standarisasi telepon seluler secara global yang pertama. Walaupun dipasarkan sebagai teknologi 4G, LTE yang dipasarkan sekarang belum dapat disebut sebagai teknologi 4G sepenuhnya. LTE yang di tetapkan 3GPP pada release 8 dan 9 belum memenuhi standarisasi organisasi ITU-R. Teknologi LTE Advanced yang dipastikan akan memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai teknologi 4G. 2.1.4. Performansi pada 4G 1. Teknologi 4G diperkenalkan adalah untuk tujuan sebagai berikut: a. Menambah efisiensi dan kapasitas jaringan. b. Menambah kemampuan jelajah (roaming).

15 c. Untuk mencapai kecepatan transfer data yang lebih tinggi. d. Peningkatan kualitas layanan (Quality of Service QOS). e. Mendukung kebutuhan internet bergerak (mobile internet). 2. Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 4G pada band 850, yaitu: a. Frekuensi penerimaan (downlink) 869-894 MHz. b. Frekuensi pengiriman (uplink) 824-849 MHz. 3. Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 4G pada band GSM 900 yaitu : a. Frekuensi penerimaan (downlink) 935-960 MHz. b. Frekuensi pengiriman (uplink) 890-915 MHz. 4. Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 4G pada band GSM 1800 yaitu : a. Frekuensi penerimaan (downlink) 1805-1880 MHz. b. Frekuensi pengiriman (uplink) 1710-1785 MHz. 5. Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 4G pada band 2100, yaitu : a. Frekuensi penerimaan (downlink) 2110-2170 MHz. b. Frekuensi pengiriman (uplink) 1920-1980 MHz.

16 Tabel 2.2 Tabel Frekuensi 4G 6. Kemampuan teknologi 4G Jaringan 4G pada idealnya memiliki kecepatan mencapai 70-100 Mbps. 4G atau LTE distandarisasikan oleh 3GPP sebagai bagian dari keluarga UMTS (Revision 8). Melalui pengenalan metode canggih coding dan mengirimkan data, 4G memberikan lebih tinggi bunga tiap saluran radio, mengakibatkan tiga kali lipat peningkatan kapasitas kinerja dibandingkan dengan koneksi UMTS / HSDPA biasa. 7. Kelebihan Teknologi 4G a. Dengan 4G, operator selular dapat memberikan layanan komunikasi data dengan kecepatan lebih tinggi dibanding 3G/HSDPA (High Speed Packed Access), dimana HSDPA hanya mampu melakukan pengiriman data dengan kecepatan sekitar 3,6 Mbps. b. Begitu juga bila dibandingkan platform lain, kemampuan 4G mencapai 100-150 kali kecepatan akses jalur kabel telepon

17 (biasanya sekitar 30-40 kbps) dan hampir 2 kali lipat kecepatan CDMA 2000 yang hanya sekitar 3,1 Mbps. Memiliki standart yang bersifat global atau mendunia c. Layanan berbasis teknologi 4G berkemampuan memberikan berbagai aplikasi layanan generasi keempat, yakni: high quality audio streaming, video steraming, on line gaming, high speed download, high speed network connection, push to talk dan lain-lain. Memiliki kualitas yang tinggi baik suara, data, maupun gambar. d. Baru tahun 2015, UMTS Revision 8 atau 3GPP LTE (Third Generation Partnership Project Long Term Evolution) merancang 4G, hal ini menjadikan teknologi 4G memiliki kecepatan rata-rata download 100 Mbps dan kecepatan ratarata upload 50 Mbps, sehingga mendukung semua jaringan berbasis Internet Protocol (IP) dan Memiliki kemampuan penjelajahan ke seluruh dunia. e. Jaringan 4G juga sekarang ditambah dengan kemampuan untuk melakukan Voice call atau lebih banyak dikenal dengan nama VoLTE (Voice over LTE), teknologi ini bisa membuat para pengguna jaringan 4G dapat melakukan telepon dengan sesama pengguna jaringan 4G seperti pengguna 2G dan 3G lainnya. Layanan ini tergolong baru di Indonesia karena 4G sendiri baru 1 tahun ini eksis di jaringan Indonesia. Dengan menggunakan VoLTE, pelanggan dapat menikmati kualitas

18 panggilan suara yang jauh lebih baik dibanding ketika di jaringan CDMA atau GSM. Dimana suara akan terdengar lebih jernih, nyata dan jelas di setiap panggilannya. Kebisingan yang biasa timbul di sekitar pun dapat diminimalisir. Ini karena VoLTE memiliki jalur transport data yang lebih besar serta rentang frekuensi yang lebih besar, yang memungkinan suara dapat dikirimkan dengan lebih sempurna. 2.2. Penghematan Kapasitas Bandwidth dan Perangkat Penghematan kapasitas atau biasa disebut efisiensi secara umum adalah merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber daya yang ada untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. 2.2.1. Pengertian Bandwidth Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Pada sebuah jaringan, Bandwidth terbagi menjadi 2, yaitu Bandwidth Digital dan Bandwidth Analog. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing Bandwidth tersebut: 1. Bandwidth Digital Bandwidth Digital adalah nilai konsumsi transfer data telekomunikasi yang dihitung dalam bit/detik atau yang biasa disebut bit per second (bps), antara server dan client dalam waktu tertentu.

19 2. Bandwidth Analog Bandwidth Analog adalah perbedaan antara komponen sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi sinyal diukur dalam satuan Hertz (Hz). 2.2.2. Pembagian Bandwidth Alokasi frekuensi merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam industri telekomunikasi. Terutama untuk komunikasi mobile, frekuensi menjadi sumber daya utama yang harus tersedia. Tetapi pentingnya alokasi frekuensi tersebut tidak didukung dengan jumlahnya yang sangat terbatas. Di Indonesia, hampir semua alokasi frekuensi untuk kebutuhan seluler telah digunakan untuk berbagai macam teknologi. Berikut ini adalah beberapa gambaran mengenai kondisi saat ini untuk beberapa alokasi frekuensi di Indonesia. 1. Pita frekuensi 700 MHz Pada gambar dibawah ini memperlihatkan kondisi pita frekuensi di 700 MHz. Pita frekuensi ini digunakan untuk analog TV. Dengan lebar pita selebar 336 MHz dan digunakan oleh beberapa stasiun broadcast TV. Saat ini telah ada kebijakan pemerintah untuk mengganti analog TV menjadi digital TV. Dengan kebijakan ini maka penggunaan frekuensi untuk broadcast TV akan semakin kecil sehingga dapat menyisakan alokasi frekuensi yang nantinya akan dapat digunakan untuk layanan mobile broadband. Alokasi frekuensi yang dapat digunakan untuk mobile broadband sangat besar

20 yaitu sekitar 112 MHz. Alokasi selebar ini akan dapat digunakan untuk implementasi LTE tetapi masalahnya harus menunggu hingga tahun 2018 dan pada tahun tersebut perkembangan teknologi broadband akan lebih berkembang lagi. Gambar 2.4 Pita frekuensi di 700 MHz 2. Pita frekuensi 850 MHz Pada gambar dibawah ini memperlihatkan kondisi saat ini di pita frekuensi 850 MHz. Pita frekuensi ini digunakan untuk layanan FWA CDMA. Operator yang menggunakan frekuensi ini ada 4 operator dengan memiliki lebar alokasi frekuensi yang berbeda beda. Lebar pita untuk keseluruhan alokasi frekuensi ini adalah 20,25 MHz. Dengan melihat perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini dimana semakin lama membutuhkan lebar pita frekuensi yang semakin lebar maka frekuensi ini belum dapat memenuhi kebutuhan lebar pita frekuensi di masa mendatang.

21 Gambar 2.5 Pita frekuensi di 850 MHz 3. Pita frekuensi 900 MHz Pada gambar dibawah ini memperlihatkan kondisi saat ini di pita frekuensi 900 MHz. Pita frekuensi ini digunakan untuk layanan GSM 2G. Operator yang terdapat pada frekuensi ini ada 3 operator. Masing-masing operator memiliki lebar pita yang berbeda, Indosat memiliki 10 MHz, Tsel dan XL memiliki 7,5 MHz. Lebar pita secara keseluruhan pada alokasi frekuensi ini adalah 25 MHz. Dengan jangkauan yang lebih luas, frekuensi 900 MHz diharapkan mampu mengusung layanan mobile broadband. Sebagai contoh, Saat ini 3G di Indonesia berjalan di frekuensi 2100 MHz dengan bandwidth 5 MHz. Sedangkan bila 3G diadopsi pada frekuensi yang lebih rendah, 900 MHz, maka jangkauan akan meningkat lebih jauh. Dengan kelebihannya itu, 3G di 900 MHz mulai banyak diadopsi operator di luar negeri. Berdasarkan rilis dari GSA (Global mobile Suppliers Association) tahun 2010 lalu, sudah 10 operator yang mengadopsi solusi ini. Elisa dari Finlandia menjadi yang pertama meluncurkan 3G 900 MHz pada tahun 2007, dan terakhir Digitel dari Venezuela pada tahun 2009. Untuk wilayah Asia, beberapa operator di Thailand, Singapura,

Filipina dan Hong kong juga sudah mulai mengadaptasi 3G 900 MHz. 22 Gambar 2.6 Pita frekuensi di 900 MHz 4. Pita frekuensi 1800 MHz Pada gambar dibawah ini memperlihatkan kondisi pada pita frekuensi 1800 MHz. Pita frekuensi ini digunakan untuk layanan GSM 2G dengan 5 operator yang beroperasi pada alokasi frekuensi ini. Lebar pita secara keseluruhan adalah 75 MHz. Untuk masing-masing operator mempunyai lebar pita yang berbeda, XL memiliki 7,5 MHz, Tsel memiliki total 22,5 MHz dengan 3 blok frekuensi yang terpisah, Isat memiliki total 20 MHz dengan 2 blok frekuensi yang terpisah, HCPT-Tri memiliki total 10 MHz dan Axis Memiliki 15 MHz, tetapi saat ini XL sudah memiliki 22,5 MHz hasil dari akuisisi frekuensi 1800 MHz milik Axis. Gambar 2.7 Pita frekuensi di 1800 MHz

23 5. Pita frekuensi 2100 MHz Pada gambar dibawah ini merupakan kondisi pada pita frekuensi 2100 MHz. Pita frekuensi ini digunakan untuk layanan UMTS dan terdapat 5 operator yang menggunakan frekuensi ini dengan masing-masing memiliki lebar pita 10 MHz atau 2 blok alokasi frekuensi. Total lebar pita frekuensi ini adalah 60 MHz. Pita frekuensi ini memiliki 12 blok frekuensi dengan masing-masing lebar pita 5 MHz. Dari 12 blok frekuensi ini masih terdapat 2 blok frekuensi yang masih kosong. HCPT(3), NTS (Axis), XL, Indosat dan Telkomsel masing-masing memiliki 2 blok frekuensi sebesar 2 x 5 MHz. Lokasi frekuensi ini berdasarkan pemetaan hasil lelang tahun 2006-2008. Pemberian blok frekuensi kedua telah dilakukan pada tahun 2009 kepada Telkomsel dan Indosat dan pada tahun 2010 untuk XL. Pada bulan Desember 2011 lalu pemerintah memberikan blok frekuensi kedua untuk HCPT (3) dan Axis. Adanya pengalokasian gabungan antara PCS-1900 (Smart Telcom) yang beroperasi sejak tahun 2007 dan UMTS ini akan berpotensi terjadi interference. Gambar 2.8 Pita frekuensi di 2100 MHz

24 6. Pita frekuensi 2300 MHz Berdasarkan Peraturan Menkominfo nomor 08/PER/M.KOMINFO/01/2009 tanggal 19 Januari 2009 tentang Penetapan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Pada Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz ditetapkan bahwa pita ini menggunakan moda TDD (Time Division Duplex)yang terdiri dari 15 nomor blok dimana nomor blok 1 sampai dengan nomor blok 12 masing-masing lebar frekuensinya 5 MHz sedangkan nomor blok 13 dan nomor blok 14 masing-masing lebar frekuensinya 15 MHz dan nomor blok 15 lebar frekuensinya 10 MHz. Pada blok 13 dan 14 ini telah digunakan untuk layanan WiMAX yang telah dilakukan tender untuk beberapa wilayah regional. Tabel 2.3 Pita frekuensi di 2300 MHz 7. Pita frekuensi 2600 MHz Pada gambar dibawah ini menunjukkan kondisi pita frekuensi 2600 MHz. Pita ini digunakan untuk layanan broadcasting service satelite (BSS) yang dilaksanakan oleh Indovision dan

25 terdapat alokasi untuk layanan BWA. Lebar pita untuk frekuensi ini secara keseluruhan adalah 184 MHz. Total lebar pita tersebut terbagi yaitu pada pita frekuensi 2520 2670 MHz (150 MHz) digunakan untuk penyelenggaraan infrastruktur telekomunikasi bagi layanan penyiaran berbayar melalui satelit Indostar II yang dilaksanakan oleh MNC Sky Vision dan pada pita 2500 2518 (18 MHz) dan 2670 2686 MHz (16 MHz) digunakan untuk keperluan BWA. LTE sendiri di Indonesia, sesuai regulasi dari pemerintah menggunakan pita frekuensi di 1800 MHz, yang pada saat ini sudah dipakai oleh BTS 2G GSM 1800. 2.2.3. Pengertian Perangkat Perangkat dalam pembahasan ini yaitu Transceiver Unit atau biasa disebut Radio Unit (RU). Fungsi Radio Unit adalah untuk mengirimkan gelombang frekuensi transmit yang dihubungkan ke antena dan diarahkan kepada mobile station (user) agar dapat melakukan komunikasi baik itu melalui panggilan suara ataupun data. Mungkin setiap vendor memiliki jenis Radio Unit sendiri untuk menghasilkan gelombang frekuensi, tetapi Radio Unit yang kita akan bahas kali ini adalah perangkat milik vendor asal swedia yaitu Ericsson. Radio Unit ini dibagi atas 3 tipe, antara lain : 1. Multi Standard Radio Unit (RUS) 01 Radio Unit ini dapat dipergunakan untuk GSM, WCDMA dan juga LTE. Kapasitas dari RUS ini mencapai 4 carriers atau

26 TRXs. Output power yang dimiliki RUS ini adalah 60 Watt. Bandwidth yang dimiliki oleh RUS tipe ini adalah 30 MHz. 2. Multi Standard Radio Unit (RUS) 02 Radio Unit ini dapat dipergunakan untuk GSM, WCDMA dan juga LTE. Kapasitas dari RUS ini mencapai 4 carriers atau TRXs. Output power yang dimiliki RUS ini adalah 80 Watt. Bandwidth yang dimiliki oleh RUS tipe ini adalah 40 MHz. 3. Multi Standard Radio Unit (RUS) 12 Radio Unit ini dapat dipergunakan untuk GSM, WCDMA dan juga LTE. Kapasitas dari RUS ini mencapai 4 carriers atau TRXs. Output power yang dimiliki RUS ini adalah 80 Watt. Bandwidth yang dimiliki oleh RUS tipe ini adalah 40 MHz. Dari 3 jenis RUS diatas, dapat disimpulkan yang membedakan antara RUS satu dengan yang lainnya hanya dari ouput power dan kapasitas Bandwidthnya saja. Namun, hal itu sangat penting jika kita ingin melakukan konfigurasi besar atau konfigurasi dengan metode Mixed Mode untuk medapatkan user yang lebih banyak. Berikut adalah gambar dari Radio Unit milik Ericsson : Gambar 2.10 Radio Unit Ericsson

27 2.3. Penerapan Mixed Mode Dalam teknologi 4G yang ada di Indonesia, hampir semua operator menggunakan konfigurasi LTE yang sama. Baik itu yang bermain di band 2100 ataupun yang bermain di band 900 dan band 1800. Karena frekuensi tersebut memang sebelumnya sudah terpakai oleh perangkat existing yang sudah On-Air atau sudah serving untuk melayani sistem telekomunikasi selular di Indonesia. Pada pembahasan kali ini kita akan menggunakan LTE konvesional, yaitu LTE yang bermain di pita frekuensi 1800 MHz atau bisa dibilang frekuensi milik BTS 2G, karena peraturan dari regulator yakni kemenkominfo yang mengharuskan para operator berada di frekuensi tersebut untuk menghidupkan LTE. Oleh karena itu, maka kita harus melakukan metode Mixed Mode agar sistem yang sudah ada yakni BTS 2G tidak mati setelah LTE dihidupkan. 2.3.1. Pengertian Mixed Mode Mixed Mode dapat diartikan secara umum adalah sebagai mode campuran. Maka konfigurasi Mixed Mode atau dapat diartikan sebagai konfigurasi campuran adalah dimana perangkat BTS 4G LTE yang akan dihidupkan ini harus di combained dengan BTS 2G sebagai pemilik dari band 1800 MHz atau band 900 MHz. Karena sistem LTE ini menggunakan frekuensi 2G yaitu band 1800 MHz dan 900 MHz, tergantung hal yang disepakati oleh pihak operator selaku pemegang frekuensi tersebut dengan kemenkominfo selaku regulator pelaksana yang mengatur sistem telekomunikasi yang ada di Indonesia.