BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan lembaga Islam di Indonesia termasuk cukup signifikan dan pesat semenjak tahun 1992 pada saat mulai beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Pada saat itu belum ada regulasi dari pemerintah atau Bank Indonesia yang mengatur soal perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Disahkannya UU No.1 pada tanggal 25 Maret 1992 memberi kesempatan untuk membuka bank dengan prinsip bagi hasil sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat l yaitu mengenai izin prinsip pembiayaan bagi hasil bisa diterapkan pada bank umum. Peran Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) pada tahun 1990 dalam Lokakarya dan Musyawarah Nasional MUI di Bogor serta Jakarta memberikan dampak nyata dengan berdirinya bank dengan prinsip bagi hasil pertama di indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Pada tanggal 10 November 1998, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998, sebagai perubahan UU No. 7 Tahun 1992 dengan perubahan pada pasal 1 ayat 3 tentang definisi bank umum adalah bank konvensional dan atau bank umum dengan prinsip syariah, Pasal 1 ayat 12 mengenai konsep pembiayaan bagi hasil dan Pasal 1 ayat 13 tentang produk pendanaan dan pembiayaan bank syariah. 1
2 Perubahan UU perbankan mendorong berkembangkan Bank Syariah di Indonesia, pemerintah melalui Bank Indonesia menerapkan kerangka dualbanking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Dengan demikian diharapkan sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional bersinergi dalam mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Untuk mendukung peran perbankan syariah dalam perekonomian nasional Bank Indonesia melalui grand strategi jangka panjang menjadikan perbankan syariah di Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN dalam visi 2010 diantaranya dirumuskan ( www.bi.go.id ) : 1) Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah. 2) Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.
3 3) Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. 4) Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Bank Indonesia melalui sistem perbankan syariah ingin mewujudkan perbankan syariah yang modern, bersifat universal dan terbuka bagi seluruh masyarakat indonesia tanpa terkecuali. Perbankan Syariah didasarkan pada konsep pelarangan riba. Dengan demikian dalam menyalurkan dana kepada masyarakat perbankan syariah tidak menyalurkan dana dengan konsep peminjaman uang akan tetapi melakukan penyaluran dana dengan konsep konsep yang sesuai dengan prinsip syariah. Produk pembiayaan perbankan syariah berlaku adanya prinsip jual beli ( murabahah ), prinsip bagi hasil ( mudharabah ), prinsip penyertaan modal ( musyarakah ) serta prinsip pinjaman ( qardh ). Karakteristik perbankan syariah adalah beroperasi berdasarkan prinsip ekonomi Islam dengan konsep bagi hasil yang diharapkan memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan
4 bank, menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, serta menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Bank syariah menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.konsep bagi hasil pada Bank Syariah dilandasi pendapatan Bank Syariah atas produk penghasil pendapatan bagi bank itu sendiri dan kemudian dibagikan kepada pihak deposan atau dana pihak ketiga berdasarkan nisbah yang telah disepakati. Produk pembiayaan pada sistem perbankan syariah meliputi tiga kriteria yaitu : 1) Produk Piutang Produk piutang merupakan transaksi atas jual beli barang dalam bentuk akad Murabahah, Istisna, Salam dan Ijarah ( sewa ) dimana pendapatan diharapkan dari besaran margin yang didapatkan oleh bank syariah. 2) Produk Pembiayaan Sistem pembiayaan merupakan akad kerjasama penyediaan dana bagi nasabah dalam bentuk mudharabah dan musyarakah dengan pembagian keuntungan atau bagi hasil atas hasil usaha yang diperoleh atas pembiayaan yang diberikan. 3) Produk Pinjaman
5 Produk pinjaman adalah talangan dana kepada nasabah dengan pengembalian sebesar pokok tanpa ada persyaratan kelebihan pengembalian di atas pokok pinjaman yang terdapat pada akad Qardh dan Qardhul Hasan. Dalam perkembangannya hampir semua produk bank syariah di Indonesia didominasi oleh produk pembiayaan murabahah karena pembiayaan murabahah lebih cepat dipahami oleh masyarakat. Dari sumber statistik OJK ( Juni 2014 ) dapat digambarkan Pembiayaan Konsumsi pada Bank Syariah mempunyai porsi yang lebih besar (41%) dibandingkan dengan Bank Umum Nasional (28%). Dapat dikatakan pembiayaan yang lebih banyak disalurkan adalah murabahah. Sedangkan Pembiayaan Modal Kerja pada Bank Syariah mempunyai porsi yang lebih kecil (40%) dibanding dengan perbankan nasional (47%). Hal ini disebabkan bank syariah belum terlalu berani dalam memberikan Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah karena memiliki risiko yang lebih tinggi. Pembiayaan Investasi pada Bank Syariah mempunyai porsi yang lebih kecil (19%) dibanding dengan perbankan nasional (25%). Sumber statistik OJK bulan April 2015 menggambarkan sebaran produk pembiayaan bank syariah di indonesia masih didominasi oleh produk murabahah seperti tabel di bawah ini :
6 Tabel.1.1. Penyaluran Dana Bank syariah Produk Penyaluran dana ( Milyar Rupiah ) Murabahah 117,210 58,2 % Musyarakah 52,672 26 % Mudharabah 14,388 7,1 % Qardh 5,138 2,5 % Istishna 664 0,3 % Ijarah 11,454 5,7 % Sumber Statistik Perbankan Syariah, OJK April 2015 % Perkembangan perbankan syariah perlu memfokuskan kepada aspek kepuasan yang dirasakan konsumen serta kemampuan sumber daya insani dari perbankan syariah dalam mengembangkan produk-produk perbankan syariah. Dalam meningkatkan kualitas produk perbankan syariah diperlukan adanya tata kelola sebuah perusahaan, kepatuhan atau compliance dan standar atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang telah diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yag berwenang dalam suatu bidang tertentu. Di dalam perbankan syariah sendiri yang dimaksud dengan syariah compliance yaitu meningkatkan pengetahuan syariah bagi karyawan sehingga peluang terjadinya pelanggaran syariah berkurang selain itu menciptakan tawarantawaran produk dan layanan yang kreatif dan inovatif, namun tetap patuh pada aspek syariah. Karena dengan kondisi peningkatan populasi muslim dan kesadaran akan nilai-nilai Islam menyebabkan permintaan yang lebih besar untuk produk bebas bunga pada bank syariah (Khir et al., 2008). Peranan dari kualitas sumber daya insani praktisi perbankan syariah merupakan salah satu faktor yang sangat penting agar bank syariah bisa
7 berjalan sesuai prinsip syariah dan dimanfaatkan masyarakat luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin. Skills dan kognisi (keilmuan) sumber daya insani (SDI) di bidang perbankan syariah mempunyai peran yang sangat besar dalam implementasi bank syariah. Tanpa adanya faktor ini akan menghambat pengembangan produk yang benar-benar memiliki landasan syariah yang kuat dan sekaligus memiliki keandalan bisnis yang memadai. Kurangnya pemahaman dan komitmen dalam prinsip syariah, akan mengakibatkan praktek bank syariah terkontaminasi oleh budaya bank konvensional yang kurang tepat dari sisi prinsip syariah. Dampak dari itu semua akan menyebabkan perbankan syariah hanya berkutat pada produk-produk konvensional dengan label syariah. Dalam arti kata pengembangan produk perbankan syariah hanya mencari padanan dengan produk perbankan konvensional. Jika kecenderungan ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan degradasi produk - produk perbankan syariah pada masa depan. Beberapa penelitian pada manca negara pada aspek aspek yang berkaitan dengan grand strategi Bank Indonesia dapat dijadikan pertimbangan dalam menjawab tantangan yang dihadapi dalam mencapai sasaran. Aslam et al ( 2011 ) mengemukakan bahwa perkembangan saat ini nasabah memiliki pendidikan dan pengetahuan yang lebih baik dalam produk perbankan dan permintaan untuk produk-produk inovatif dan layanan lebih baik. Dimana untuk menghadapi kebutuhan nasabah perlu selalu dipertanyakan apakah staf bank syariah mengalami pelatihan dan pengetahuan yang memadai dalam
8 bidang keuangan dan perbankan syariah. Dalam pandangan lain Zainol et al. (2008) berpendapat bahwa para praktisi atau karyawan bank syariah memiliki pengetahuan yang terbatas sebelum bekerja dengan bank syariah. Selain itu, para praktisi atau karyawan bank syariah sendiri tidak cukup memahami perbedaan antara sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional. Ini karena sebagian besar praktisi atau karyawan perbankan syariah berasal dari sistem perbankan konvensional maka proses peralihan pengetahuan membutuhkan banyak usaha dan pelaksanaan yang kuat (Rahman, 2006). Pandangan ini didukung oleh Baba dan Amin (2009) yang menemukan persepsi antara praktisi perbankan di labuan Malaysia yang menunjukkan bahwa mereka tidak melihat perbedaan antara perbankan syariah dan konvensional. Beberapa wacana menunjukkan bahwa pemahaman tentang prinsip-prinsip atau konsep produk syariah di kalangan praktisi bank syariah di tingkat minimum. Hal yang utama ditekankan pada pentingnya praktisi perbankan syariah memiliki pemahaman yang bagus dari industri perbankan syariah sehingga akan memiliki keunggulan kompetitif atas sistem bank konvensional. Sebuah penelitian dari Hassan dan Ahmed (2002) menunjukkan bahwa produk dan layanan perbankan syariah tidak memenuhi permintaan banyak sektor, maka harus ditingkatkan untuk menembus dan mengeksploitasi kondisi pasar saat ini. Faktor-faktor prinsip dasar perbankan syariah mempunyai pengaruh terhadap pemahaman pengetahuan tentang produk perbankan syariah (Thambiah et al, 2011), pengaruh faktor lain disebutkan kelompok umur
9 (Khattak dan Rehman, 2010), tingkat pendidikan (Run & Lip, 2008) dan kewajiban agama (Khan et al., 2008). Faktor-faktor tersebut memiliki hubungan yang signifikan dengan pemahaman pengetahuan tentang produk perbankan syariah. Menurut penelitian Raja Harun et al,( 2015), prinsipprinsip dasar perbankan syariah dan pelatihan telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemahaman pengetahuan tentang produk perbankan terhadap karyawan bank syariah. Berdasarkan uraian di atas dan apakah faktor - faktor yang mendasari beberapa penelitian yang dilakukan di manca negara seperti yang telah disebutkan relevan dengan fenomena yang terjadi di Indonesia penulis tertarik untuk melihat hubungan dari persepsi terhadap produk pembiayaan bank syariah yang didasari oleh pengetahuan tentang produk bank syariah, pelatihan, prinsip-prinsip dasar bank syariah dan religiusitas dengan menggunakan penelitian kausal pada karyawan bank syariah di Indonesia terkait dengan pengembangan produk pembiayaan bank syariah dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN PEMAHAMAN TENTANG PRODUK PEMBIAYAAN BANK SYARIAH (STUDI KASUS PADA KARYAWAN DI BEBERAPA BANK SYARIAH DI INDONESIA). B. Rumusan Masalah Penelitian Pembahasan pada penelitian ini menitik beratkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi dan Pemahaman tentang Produk Pembiayaan Bank Syariah pada karyawan di beberapa Bank Syariah di Indonesia. Persepsi
10 dan Pemahaman Tentang Produk Pembiayaan Bank Syariah diukur berdasarkan Pengetahuan Tentang Produk Bank Syariah, Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah, Pelatihan dan Religiusitas. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dimaksud untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : 1) Apakah tingkat Pengetahuan Tentang Produk Bank Syariah berpengaruh terhadap Persepsi dan Pemahaman tentang Produk Pembiayaan Bank Syariah? 2) Apakah Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah berpengaruh terhadap Persepsi dan Pemahaman tentang Produk Pembiayaan Syariah? 3) Apakah Pelatihan berpengaruh terhadap Persepsi dan Pemahaman tentang Produk Pembiayaan Syariah? 4) Apakah Religiusitas berpengaruh terhadap Persepsi atau Pemahaman tentang Produk Pembiayaan Syariah? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada rumusan permasalahan, maka tujuan dilakukan penelitian tesis ini adalah : 1) Mengetahui besarnya pengaruh Pengetahuan Tentang Produk Bank Syariah dengan Persepsi dan Pemahaman Karyawan Bank Syariah Tentang Produk Pembiayaan Bank Syariah.
11 2) Mengetahui besarnya pengaruh Prinsip prinsip Dasar Perbankan Syariah dengan Persepsi dan Pemahaman Karyawan Bank Syariah Tentang Produk Pembiayaan Bank Syariah. 3) Mengetahui besarnya pengaruh Pelatihan dengan Persepsi dan Pemahaman Karyawan Bank Syariah Tentang Produk Pembiayaan Bank Syariah. 4) Mengetahui besarnya pengaruh Religiusitas dengan Persepsi dan Pemahaman Karyawan Bank Syariah Tentang Produk Pembiayaan Bank Syariah. 2. Kontribusi Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tesis ini adalah : 1) Bagi Regulator Perbankan Syariah Hasil penelitian ini diharapkan dapet memberikan masukan mengenai persepsi dan pemahaman produk pembiayaan bank syariah agar lebih kompetitif dan sesuai dengan konsep produk bank syariah. 2) Bagi Perbankan Syariah Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi masukan yang positif dalam arah perkembangan bank syariah terkait dengan pengembangan produk pembiayaan pada Bank Syariah agar lebih kompetitif dan sesuai dengan prinsip syariah. 3) Bagi Kalangan Akademisi dan Pihak lain Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan menambah literatur mengenai persepsi dan pemahaman karyawan bank syariah
12 terhadap produk perbankan syariah sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan penelitian selanjutnya.