BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. membantu murid menguasai pengetahuan secara intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan itu sendiri. Untuk mencapai pelayanan yang optimal hanya

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BERBAGAI PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SETTING SEKOLAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. segala sisi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masing-masing lembaga. mudah dalam mencapai perkembangan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. individu, individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. guru yang disamping menjabat sebagai guru juga menjadi pembimbing. 1

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

BAB II KAJIAN TEORI. pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan. pengalaman-pengalaman yang dapat memberi sumbangan yang berarti bagi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

Kata kunci : modul pelatihan; konseling teman sebaya

BAB I PENDAHULUAN. Bab 2 Pasal 2 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta. dilaksanakan melalui wadah yang disebut dengan sekolah.

GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL

EKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

ISSN JURNAL MAHASISWA BK AN-NUR Volume : 1. Nomor : 1. Tahun 2015

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya. 1 Sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS 22/04/09

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

BAB II KAJIAN TEORI. individu itu sendiri dalam kerjanya yakni bagaimana ia. kata dasar kerja yaitu prestasi, bisa pula berarti hasil kerja.

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 14 SEMARANG. Disusun Oleh Tiara Putri Faiza

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

Sigit Sanyata

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. both for personal happiness and sosial usefulness. Definisi tersebut menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN TEMAN SEBAYA

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia seutuhnya mampu menciptakan dan mampu memperoleh. kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya berkat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal umum yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. 1 Untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA adalah individu yang sedang mengalami masa remaja akhir ( late adolescence) berada pada usia 15 sampai 18 tahun. Sedangkan masa remaja dimulai kira-kira usia 10 tahun dan berakhir antara usia 18 sampai 22 tahun. Perubahan pada biologis, kognitif dan sosial emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Remaja awal dan akhir mendapat status yang lebih baik dalam masyarakat dari tahun 1920 sampai tahun 1950. Pada tahun 1950, masa yang kita sebut remaja telah menjadi matang. Remaja telah memiliki identitas fisik dan sosial. 1 Kebanyakan remaja masa kini berhasil melewati masa anak menuju masa dewasa, remaja sekarang juga lebih berhasil dibandingkan remaja masa 10-20 tahun lalu. Akan tetapi masih banyak remaja yang tidak mendapat kesempatan dan dukungan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak begitu stabil. Remaja haruslah dilihat sebagai kelompok yang heterogen karena remaja adalah masa depan bangsa. 2 Siswa merupakan peserta didik yang sedang mengalami proses perubahan-perubahan dan rentan terhadap permasalahan-permasalahan yang 1 Jhon W. Santrock, Adolescence, Jakarta : Erlangga, 2003, h 23-26 2 Ibid, h 25 1

2 sering di hadapi, oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas, didasarkan bukanlah semata terletak pada atau tidak adanya landasan hukum (perundang -undangan). Keberadaannya lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitas peserta didik (siswa) agar mampu mengembangkan potensi (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual). Menurut Iskandar Wiryokusumo. Pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuankemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama maupun lingkungannya kearah tercapainya martaba, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri. 3 Untuk mewujudkan pengembangan diri siswa tersebut diperlukan tenaga pendidik yang memang benar-benar profesional dalam bidang-bidang tersebut yaitu guru pembimbing. Guru pembimbing adalah guru yang 3 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2190377-pengertian-pengembangan. Tanggal 12 Februari 2014 Pukul 14.00 wib.

3 mempunyai tugas, tanggung jawab,wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Dari pengertian di atas dinyatakan bahwa guru pembimbing dalam pelaksanaaan layanan bimbingan konseling di sekolah dan sebagai sosok penentu dalam berhasil atau tidaknya proses konseling. Dalam pelaksanaan layanan BK di sekolah, guru pembimbing bekerja sama dalam pelaksanaan BK Pola 17 Plus, yaitu 6 jenis bimbingan, bimbingan pribadi, belajar, sosial, karier, berkeluarga, beragama. Dari 6 bimbingan tersebut dilaksanakan melalui 9 jenis layanan, layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi. Dan di tambah 6 kegiatan pendukung yakni: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Bab 1 Pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya swara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. 4 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa guru pembimbing atau konselor termasuk dalam tenaga pendidik dan memberikan bantuan untuk siswa dalam hal masalah belajar siswa. 2008, h 1 4 Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pekanbaru: Suska Press,

4 M Hamdan Bakran Adz-Dzaky mengklasifikasikan masalah individu sebagai makhluk sosial adalah sebagai berikut: (1) masalah atau kasus yang berhubungan problematika individu dengan tuhannya, (2) masalah ind ividu dengan dirinya sendiri, (3) individu dengan lingkungan keluarganya, (4) individu dengan lingkungan kerja, (5) individu dengan lingkungan sosialnya. 5 Untuk mengetahui siswa yang mengalami masalah hubungan sosial para pakar peneliti psikologi menggunakan suatu teknik sosiometri yaitu suatu teknik untuk menentukan status dan penerimaan sosial siswa di antara teman sebayanya dan yang tergabung dalam suatu organisasi. Dari hasil sosiometri itupun diolah dan disusun dalam bentuk sosiogram yaitu suatu diagram yang menggambarkan interaksi anggota suatu kelompok atau bagaimana perasaan masing-masing siswa dalam suatu kelompok terhadap siswa-siswi lain. Dari gambar sosiogram tersebut dapat terlihat siswa-siswi yang popular dan unpopular. Siswa yang popular mendapat banyak pilihan dari anggota atau siswa lain, bisa ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi, seperti ramah tamah, baik, suka bergaul dan lain sebagainya. Begitu juga sebaliknya bagi siswa yang unpopular (terisolir) mereka cendrung bersifat mengganggu, egois dan lain-lain. 6 Siswa pada masa kini lebih suka membuat sebuah geng, suka minder dengan teman yang lain, kurang bisa menjalin persahabatan dan masih suka mencari sosok yang diidolakan. Selain itu remaja juga memiliki masalah dalam hubungan sosialnya baik lingkungan keluarga dan sekolah. 5 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007, h 112 6 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Rosda, 2009, h 225-226

5 Terkait dengan masalah hubungan sosial yang dihadapi siswa yang unpopular, guru pembimbing berperan penting dalam mengatasinya melalui layanan konseling individu yang mempunyai ruang lingkup yang luas dan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu: segi fungsi, sasaran layanan dan masalah. Dari segi fungsi mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut: (1) pencegahan, (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan, (5) penyaluran, (6) penyesuain, (7) pengembangan, dan (8) perbaikan. SMA Negeri 1 Kampar merupakan salah satu sekolah yang mempunyai 4 (empat) orang guru pembimbing yang bertugas membantu siswa mengatasi kesulitan dalam belajar yang disebabkan masalah-masalah tertentu. Dan memiliki lembaga pendidikan sarana dan prasarana yang tergolong baik. Lembaga pendidikan ini juga memiliki gedung dengan dua lantai, di dukung dengan fasilitas yang cukup baik. Dilihat dari observasi, informasi awal dari guru pembimbing dan hasil sosiometri yang dilakukan guru pembimbing, masih ditemukan adanya siswa yang bermasalah dalam hubungan sosial. Hal ini terlihat dari gejala-gejala antara lain: 1. Hasil sosiometri menunjukkan adanya siswa yang unpopular (terisolir) 2. Adanya siswa yang tidak dapat mengatasi masalah dalam hubungan sosialnya, seperti tidak mempunyai teman akrab dan lambat menjalin persahabatan. 3. Siswa unpopular diberi gelar jelek oleh teman-temannya sehingga memancing kemarahan terhadap siswa yang diberi gelar tersebut. 4. Siswa unpopular lebih cendrung menyendiri.

6 5. Siswa unpopular sering minder dengan teman sebayanya. Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: Strategi Guru Pembimbing dalam Mengatasi Masalah Hubungan Sosial Siswa Unpopular melalui Layanan Konseling Individu di SMA Negeri 1 Kampar. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman, maka penulis menegaskan beberaapa istilah yang berkaitan dengan judul, yaitu: 1. Strategi Guru Pembimbing Menurut Juntika, strategi merupakan suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. 7 Sedangkan guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah peserta didik. 8 Jadi, strategi guru pembimbing adalah suatu pola yang sengaja direncanakan dan ditetapkan oleh guru pembimbing untuk melakukan kegiatan tertentu dan dengan tujuan tertentu. Strategi yang Peneliti maksud disini bukanlah strategi dalam inovasi pembelajaran, namun lebih kepada cara khusus yang 7 Achmad Juntika Nurihsan, (2012), Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling (Edisi Revisi), Bandung: PT. Refika Aditama, h. 9 8 Suhertina, (2008), Pengantar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Pekanbaru: Suska Pers, h. 5

7 dilakukan guru pembimbing agar dapat mangatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular. 2. Siswa unpopular (terisolir) adalah siswa yang kurang luas hubungan sosialnya dapat dibedakan atas dua tipe, siswa yang ditolak dan diabaikan. 9 Siswa yang memiliki masalah dalam hubungan sosial adalah siswa yang ditemukan dari hasil sosiometri menunjukkan bahwa dia tidak dipilih oleh teman atau siswa lain untuk berteman dan menjalin aktifitas di sekolah. Siswa ini tidak dapat mengatasi masalah dalam hubungan sosialnya, siswa unpopular yang selalu diberi gelar yang jelek oleh beberapa temannya sehingga memancing kemarahan terhadap siswa yang diberi gelar tersebut, dengan siswa unpopular lebih cendrung menyendiri dan mender dengan temanteman sebayanya. 3. Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi kepincangan sosial. 10 4. Layanan konseling individual 2001, h 399 adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa), mengarahkan klien untuk mengembangkan kehidupan yang bernuansa 9 Desmita, Op. Cit, h 226 10 Soerdjjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

8 harkat dan martabat sehingga menjadi manusia yang sukses dalam kehidupan efektif sehari-hari. Jadi yang dimaksud dengan strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu adalah suatu cara yang sengaja dilakukan oleh guru pembimbing untuk mengatasi permasalahan peserta didik, dalam mengembangkan hubungan sosial yang tinggi terhadap lingkungan sekitar sehingga menjadi manusia yang sukses dalam kehidupan efektif sehari-hari. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu. b. Pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu. c. Latar belakang pendidikan guru pembimbing. d. Pengetahuan guru pembimbing tentang siswa unpopular e. Perhatian guru pembimbing terhadap hubungan sosial antarsiswa. f. Kepedulian Guru Pembimbing dalam mengatasi masalah siswa unpopular.

9 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang sudah diuraikan diatas, namun karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan peneliti sehingga peneliti tidak membahas semua masalah tersebut. Oleh karena itu Peneliti membatasi permasalahan ini pada bagian Strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu dan pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu. 3. Rumusan Masalah Relevan dengan batasan masalah di atas, masalah dalam kajian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar? 2. Bagaimana pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar.

10 2. Untuk mengetahui pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar. 2. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata (SI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penelitian ilmiah.