1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA adalah individu yang sedang mengalami masa remaja akhir ( late adolescence) berada pada usia 15 sampai 18 tahun. Sedangkan masa remaja dimulai kira-kira usia 10 tahun dan berakhir antara usia 18 sampai 22 tahun. Perubahan pada biologis, kognitif dan sosial emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Remaja awal dan akhir mendapat status yang lebih baik dalam masyarakat dari tahun 1920 sampai tahun 1950. Pada tahun 1950, masa yang kita sebut remaja telah menjadi matang. Remaja telah memiliki identitas fisik dan sosial. 1 Kebanyakan remaja masa kini berhasil melewati masa anak menuju masa dewasa, remaja sekarang juga lebih berhasil dibandingkan remaja masa 10-20 tahun lalu. Akan tetapi masih banyak remaja yang tidak mendapat kesempatan dan dukungan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak begitu stabil. Remaja haruslah dilihat sebagai kelompok yang heterogen karena remaja adalah masa depan bangsa. 2 Siswa merupakan peserta didik yang sedang mengalami proses perubahan-perubahan dan rentan terhadap permasalahan-permasalahan yang 1 Jhon W. Santrock, Adolescence, Jakarta : Erlangga, 2003, h 23-26 2 Ibid, h 25 1
2 sering di hadapi, oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas, didasarkan bukanlah semata terletak pada atau tidak adanya landasan hukum (perundang -undangan). Keberadaannya lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitas peserta didik (siswa) agar mampu mengembangkan potensi (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual). Menurut Iskandar Wiryokusumo. Pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuankemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama maupun lingkungannya kearah tercapainya martaba, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri. 3 Untuk mewujudkan pengembangan diri siswa tersebut diperlukan tenaga pendidik yang memang benar-benar profesional dalam bidang-bidang tersebut yaitu guru pembimbing. Guru pembimbing adalah guru yang 3 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2190377-pengertian-pengembangan. Tanggal 12 Februari 2014 Pukul 14.00 wib.
3 mempunyai tugas, tanggung jawab,wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Dari pengertian di atas dinyatakan bahwa guru pembimbing dalam pelaksanaaan layanan bimbingan konseling di sekolah dan sebagai sosok penentu dalam berhasil atau tidaknya proses konseling. Dalam pelaksanaan layanan BK di sekolah, guru pembimbing bekerja sama dalam pelaksanaan BK Pola 17 Plus, yaitu 6 jenis bimbingan, bimbingan pribadi, belajar, sosial, karier, berkeluarga, beragama. Dari 6 bimbingan tersebut dilaksanakan melalui 9 jenis layanan, layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi. Dan di tambah 6 kegiatan pendukung yakni: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Bab 1 Pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya swara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. 4 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa guru pembimbing atau konselor termasuk dalam tenaga pendidik dan memberikan bantuan untuk siswa dalam hal masalah belajar siswa. 2008, h 1 4 Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pekanbaru: Suska Press,
4 M Hamdan Bakran Adz-Dzaky mengklasifikasikan masalah individu sebagai makhluk sosial adalah sebagai berikut: (1) masalah atau kasus yang berhubungan problematika individu dengan tuhannya, (2) masalah ind ividu dengan dirinya sendiri, (3) individu dengan lingkungan keluarganya, (4) individu dengan lingkungan kerja, (5) individu dengan lingkungan sosialnya. 5 Untuk mengetahui siswa yang mengalami masalah hubungan sosial para pakar peneliti psikologi menggunakan suatu teknik sosiometri yaitu suatu teknik untuk menentukan status dan penerimaan sosial siswa di antara teman sebayanya dan yang tergabung dalam suatu organisasi. Dari hasil sosiometri itupun diolah dan disusun dalam bentuk sosiogram yaitu suatu diagram yang menggambarkan interaksi anggota suatu kelompok atau bagaimana perasaan masing-masing siswa dalam suatu kelompok terhadap siswa-siswi lain. Dari gambar sosiogram tersebut dapat terlihat siswa-siswi yang popular dan unpopular. Siswa yang popular mendapat banyak pilihan dari anggota atau siswa lain, bisa ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi, seperti ramah tamah, baik, suka bergaul dan lain sebagainya. Begitu juga sebaliknya bagi siswa yang unpopular (terisolir) mereka cendrung bersifat mengganggu, egois dan lain-lain. 6 Siswa pada masa kini lebih suka membuat sebuah geng, suka minder dengan teman yang lain, kurang bisa menjalin persahabatan dan masih suka mencari sosok yang diidolakan. Selain itu remaja juga memiliki masalah dalam hubungan sosialnya baik lingkungan keluarga dan sekolah. 5 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007, h 112 6 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Rosda, 2009, h 225-226
5 Terkait dengan masalah hubungan sosial yang dihadapi siswa yang unpopular, guru pembimbing berperan penting dalam mengatasinya melalui layanan konseling individu yang mempunyai ruang lingkup yang luas dan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu: segi fungsi, sasaran layanan dan masalah. Dari segi fungsi mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut: (1) pencegahan, (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan, (5) penyaluran, (6) penyesuain, (7) pengembangan, dan (8) perbaikan. SMA Negeri 1 Kampar merupakan salah satu sekolah yang mempunyai 4 (empat) orang guru pembimbing yang bertugas membantu siswa mengatasi kesulitan dalam belajar yang disebabkan masalah-masalah tertentu. Dan memiliki lembaga pendidikan sarana dan prasarana yang tergolong baik. Lembaga pendidikan ini juga memiliki gedung dengan dua lantai, di dukung dengan fasilitas yang cukup baik. Dilihat dari observasi, informasi awal dari guru pembimbing dan hasil sosiometri yang dilakukan guru pembimbing, masih ditemukan adanya siswa yang bermasalah dalam hubungan sosial. Hal ini terlihat dari gejala-gejala antara lain: 1. Hasil sosiometri menunjukkan adanya siswa yang unpopular (terisolir) 2. Adanya siswa yang tidak dapat mengatasi masalah dalam hubungan sosialnya, seperti tidak mempunyai teman akrab dan lambat menjalin persahabatan. 3. Siswa unpopular diberi gelar jelek oleh teman-temannya sehingga memancing kemarahan terhadap siswa yang diberi gelar tersebut. 4. Siswa unpopular lebih cendrung menyendiri.
6 5. Siswa unpopular sering minder dengan teman sebayanya. Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: Strategi Guru Pembimbing dalam Mengatasi Masalah Hubungan Sosial Siswa Unpopular melalui Layanan Konseling Individu di SMA Negeri 1 Kampar. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman, maka penulis menegaskan beberaapa istilah yang berkaitan dengan judul, yaitu: 1. Strategi Guru Pembimbing Menurut Juntika, strategi merupakan suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. 7 Sedangkan guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah peserta didik. 8 Jadi, strategi guru pembimbing adalah suatu pola yang sengaja direncanakan dan ditetapkan oleh guru pembimbing untuk melakukan kegiatan tertentu dan dengan tujuan tertentu. Strategi yang Peneliti maksud disini bukanlah strategi dalam inovasi pembelajaran, namun lebih kepada cara khusus yang 7 Achmad Juntika Nurihsan, (2012), Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling (Edisi Revisi), Bandung: PT. Refika Aditama, h. 9 8 Suhertina, (2008), Pengantar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Pekanbaru: Suska Pers, h. 5
7 dilakukan guru pembimbing agar dapat mangatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular. 2. Siswa unpopular (terisolir) adalah siswa yang kurang luas hubungan sosialnya dapat dibedakan atas dua tipe, siswa yang ditolak dan diabaikan. 9 Siswa yang memiliki masalah dalam hubungan sosial adalah siswa yang ditemukan dari hasil sosiometri menunjukkan bahwa dia tidak dipilih oleh teman atau siswa lain untuk berteman dan menjalin aktifitas di sekolah. Siswa ini tidak dapat mengatasi masalah dalam hubungan sosialnya, siswa unpopular yang selalu diberi gelar yang jelek oleh beberapa temannya sehingga memancing kemarahan terhadap siswa yang diberi gelar tersebut, dengan siswa unpopular lebih cendrung menyendiri dan mender dengan temanteman sebayanya. 3. Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi kepincangan sosial. 10 4. Layanan konseling individual 2001, h 399 adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa), mengarahkan klien untuk mengembangkan kehidupan yang bernuansa 9 Desmita, Op. Cit, h 226 10 Soerdjjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
8 harkat dan martabat sehingga menjadi manusia yang sukses dalam kehidupan efektif sehari-hari. Jadi yang dimaksud dengan strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu adalah suatu cara yang sengaja dilakukan oleh guru pembimbing untuk mengatasi permasalahan peserta didik, dalam mengembangkan hubungan sosial yang tinggi terhadap lingkungan sekitar sehingga menjadi manusia yang sukses dalam kehidupan efektif sehari-hari. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu. b. Pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu. c. Latar belakang pendidikan guru pembimbing. d. Pengetahuan guru pembimbing tentang siswa unpopular e. Perhatian guru pembimbing terhadap hubungan sosial antarsiswa. f. Kepedulian Guru Pembimbing dalam mengatasi masalah siswa unpopular.
9 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang sudah diuraikan diatas, namun karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan peneliti sehingga peneliti tidak membahas semua masalah tersebut. Oleh karena itu Peneliti membatasi permasalahan ini pada bagian Strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu dan pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu. 3. Rumusan Masalah Relevan dengan batasan masalah di atas, masalah dalam kajian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar? 2. Bagaimana pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui strategi guru pembimbing dalam mengatasi masalah hubungan sosial siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar.
10 2. Untuk mengetahui pengembangan diri siswa unpopular melalui layanan konseling individu di SMA Negeri 1 Kampar. 2. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata (SI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penelitian ilmiah.