BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB I PENDAHULUAN. yang serba praktis. Hal ini memungkinkan masyarakat modern sulit untuk

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

Kuesioner Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji (fast food)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

KUESIONER GAMBARAN TAYANGAN IKLAN FAST FOOD

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PEMILIHAN MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) PADA PELAJAR DI SMA SWASTA CAHAYA MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menurun. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh salah satu dokter spesialis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang yang umum disebut sebagai

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk orang-orang yang sibuk dan suka berperilaku konsumtif. Makanan

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi lemak. Fast food mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, serta penyajian yang higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu penyajiannya yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul. Dalam hal konsumsi makanan siap saji ini mahasiswa harus mempertahankan kesehatan tubuh yang optimal salah satunya adalah dengan menjaga status gizi yang seimbang, artinya semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus terpenuhi dengan tepat guna. Status gizi setiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah tingkat pengetahuan gizi. Menurut Sediaoetama (2002), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Banyak faktor yang membuat para mahasiswa lebih memilih mengonsumsi fast food antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan di rumah sehingga mahasiswa lebih memilih membeli makanan diluar (fast food), lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang 1

2 mendukung dalam hal besarnya uang saku mahasiswa. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan seringnya mengkonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial mahasiswa, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas (Proverawati, 2010). Survei yang dilakukan oleh AC Nilsen bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia mengonsumsi fast food yaitu 33% menyatakan makan siang sebagai waktu yang tepat untuk makan di restoran fast food, 25% untuk makan malam, 9% menyatakan sebagai makanan selingan dan 2% memilih untuk makan pagi (Nilsen 2008). Hal tersebut akan semakin berkembang sesuai dengan meningkatkatnya tingkat konsumsi makanan fast food di Indonesia. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentari (gaya hidup malas), berakibat pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food), yang berdampak meningkatkan risiko obesitas (Zametkin et al, 2004; Hidayati dkk, 2009). Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global. Obesitas sudah merupakan masalah kesehatan yang harus segera ditangani. Menurut World Health Organization (2009) melaporkan bahwa pada tahun 2008, sekitar 1,4 milyar orang dewasa usia 20 tahun ke atas mengalami overweight, dengan prevalensi sebesar 10% pada pria dan 14% pada wanita.

3 Di Indonesia kejadian gizi lebih sudah terjadi sejak lama. Menurut data Riskesdas 2013, kejadian gizi lebih di Indonesia meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2013 yaitu sebesar 10% pada tahun 2010 dan menjadi 13,5% pada tahun 2013. Kejadian gizi lebih lebih banyak terjadi pada perempuan (32,9%) dibandingkan laki-laki (19,7%), sedangkan di provinsi Sumatera Utara terjadi peningkatan angka kejadian gizi lebih yaitu pada tahun 2010 sebesar 11,9% menjadi 12,2% pada tahun 2013, dan di Kota Medan sendiri prevalensi gizi lebih tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang mengalami peningkatan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Sihaloho (2012), kategori pengetahuan tentang makanan siap saji (fast food) yang baik 63,8% dan kategori sedang 36,2%, sedangkan dengan kategori dilihat dari sikap responden tentang makanan siap saji yang baik 63,8% dan kategori sedang 36,2%, dan dilihat dari dukungan dari kategori dukungan sosial yang baik ada 11,6%, sedang 59,4%, dan kurang sebanyak 29%, dan kategori dilihat dari kategori sumber informasi televisi ada sebanyak 85,5% dan yang menjawab pengaruh dari teman sebaya sebanyak 29% sedangkan dari media iklan sebanyak 50,7%. Menurut penelitian yang dilakukan Lestari (2011), kebiasaan jajan fast food, dijumpai sebagian besar kasus 88,0% membeli fast food dengan frekuensi 3 kali/minggu. Berdasarkan frekuensi makan per hari pada kasus dijumpai sebanyak 92,0% memiliki frekuensi makan 3-5 kali/hari, sedangkan pada kontrol dijumpai sebanyak 8% dengan frekuensi makan 3-5 kali/hari. Berdasarkan kebiasaan makan sayur diperoleh bahwa sebanyak 88,% kasus mengonsumsi

4 sayur 1-3 kali/minggu, berikutnya sebanyak 12,0% mengonsumsi sayur 4-7 kali/minggu. Jumlah kasus yang mempunyai kebiasaan ngemil sebanyak 82,7%, sedangkan pada kontrol kebiasaan ngemil sebanyak 32%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kumara (2013), Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU semester ganjil tahun akademik 2013/ 2014 untuk menjawab kuesioner pengetahuan mahasiswa tentang pola nutrisi seimbang. Semester I menunjukkan bahwa dari total responden sebanyak 60.9% dengan pengetahuan kategori cukup dan sebanyak 39.1% dengan pengetahuan baik. Semester III menunjukkan sebanyak 65.2% dengan pengetahuan baik dan pengetahuan cukup sebanyak 34.8%. Tidak ada responden dengan kategori pengetahuan kurang. pada semester V mempunyai 8.7% yang berpengetahuan kurang. Responden dengan pengetahuan baik dan cukup masing-masing 34.8% dan 56.5%. Semester VII yang berpengetahuan baik adalah 34.8%. Responden yang berpengetahuan cukup dan kurang masing-masing 39.1% dan 26.1%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Syifa (2011), diperoleh bahwa diantara 72 responden yang tinggal bersama orang tua/keluarga, terdapat 47 responden (65.3%) yang pola makannya tidak sesuai PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). Diantara 53 responden yang tidak tinggal bersama orang tua/keluarga, terdapat 25 responden (47.2%) yang pola makannya tidak sesuai PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,066. Hal ini menunjukkan pada tingkat kemaknaan 5% tidak ada hubungan antara tempat tinggal dengan pola makan.

5 Fakultas Kedokteran adalah salah satu fakultas yang terletak di Kota Medan. Fakultas ini letaknya sangat strategis, termasuk dalam kawasan pusat kota yang di dalamnya banyak terdapat restoran-restoran fast food. Hal ini menyebabkan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih banyak mengonsumsi makanan cepat saji seperti hamburger, fried chicken, spaghetti, pangsit, bakso, mie ayam, dan siomay, dimana makanan cepat saji dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan seperti kolestrol tinggi, obesitas, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan stroke. Mahasiswa Kedokteran sebagai generasi muda dan merupakan aset di masa yang akan datang memerlukan perhatian khusus dalam mengonsumsi makanannya. Peranan makanan jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu mahasiswa sehari-hari tidak dapat diabaikan. Peranan tersebut terutama pada mahasiswa yang tidak cukup waktu untuk makan di rumah, makanan jajanan memberikan kontribusi zat gizi yang nyata. Dalam hal ini mahasiswa juga dipengaruhi oleh gaya hidup (life style) yang sangat mendukung, dan dukungan ekonomi dalam hal uang saku yang cukup untuk membeli makanan siap saji (fast food) tersebut diluar, serta lingkungan (teman) dan sangat padatnya aktivitas perkuliahan kedokteran yang membuat mereka lebih memilih makanan siap saji (fast food) yang penyajian fast food cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu yang lama, rasanya yang enak, sesuai selera dan mendorong para mahasiswa mengonsumsi makanan cepat saji (fast food).

6 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara adalah salah satu fakultas yang di dalamnya terdapat mahasiswa dengan gaya hidup yang dikategorikan ratarata dari status kalangan menengah keatas dibandingkan fakultas lainnya. Menurut penelitian Lestari (2011) menyebutkan bahwa uang saku rata-rata harian mahasiswa fakultas Kedokteran adalah menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik ada hubungan bermakna antara uang saku harian dengan kejadian obesitas yaitu Rp.24.600 sebesar 80,0%. Maka, dipandang dari status ekonomi dengan besar uang saku mahasiswa fakultas kedokteran dengan mahasiswa lainnya, fakultas kedokteran lebih besar terpengaruh untuk dapat mengonsumsi makanan siap saji tersebut. Sementara itu, dengan latar belakang pendidikan Kedokteran, mereka pasti lebih mengerti tentang bahaya atau dampak dari mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Seharusnya mereka menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya yang bukan berlatar belakang pendidikan kedokteran dalam konsumsi makanan siap saji (fast food). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 20 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran (USU), terdapat 5 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih mengonsumsi makanan siap saji dan bahkan mereka menyediakan makanan siap saji di dalam mobil dan delivery makanan. Dalam hal ini membuat mereka tidak banyak melalukan aktivitas fisik karena dalam fakultas mereka disediakan fasilitas yang mendukung seperti lift dan ruangan ber AC. Dari hasil wawancara dan pengamatan juga terdapat 5 orang mahasiswa lainnya obesitas karena 2-3 kali menonsumsi fast

7 food setiap harinya serta 5 orang mahasiswa lainnya obesitas dalam kategori sedang. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan siap saji (fast food). 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang konsumsi makanan siap saji (fast food). 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, uang saku) tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015 2. Untuk mengetahui sumber informasi (teman, iklan) tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015 3. Untuk mengetahui tingkat kategori pengetahuan mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015 4. Untuk mengetahui tingkat kategori sikap mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015 5. Untuk mengetahui tingkat kategori tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015

8 1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU mengenai perilaku mahasiswa tentang makanan cepat saji. 2. Sebagai masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU tentang gambaran jenis makanan cepat saji yang sehat dan tidak yang sehat di lingkungan kampus Fakultas Kedokteran USU.