BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu soal. Pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

2006 agar peserta didik memiliki kemampuan diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Joyful Learning Journal

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan guna menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE BARTER SOAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VIII-F SMPN 3 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. elektronika misalnya televisi berpengaruh besar terhadap kehidupan anakanak

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Transkripsi:

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Permendiknas nomer 19 tahun 2005). Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

12 Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3)Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4)Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek: (1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, (2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, (3) Sistem Sosial dan Budaya, (4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Metode menurut Fred Percival dan Henry Ellinton (1984) adalah cara yang umum untuk mencapaikan pelajaran kepada siswa atau mempraktikan materi yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar. Metode merupakan cara-cara tertentu dibawah kondisi tertentu yang digunakan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran (Regelut dalam Degeng, 1997).

13 Slameto (1991: 84) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan mengorganisasi yang bertujuan untuk membantu dan menggairahkan siswa belajar. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan tertentu kepada anak didik. Yang lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah mengorganisasi lingkungan secara kondusif sehingga dapat menciptakan bagi siswa untuk melakukan proses belajar secara efektif. Pembelajaran merupakan aktifitas yang dilakukan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa. Aktifitas guru dilakukan secara bertahap, diawali dengan menyusun perencanaan secara menyeluruh tentang segala sesuatu yang akan dilakukan pada saat terjadi interaksi dengan siswa dan pemanfaatan sumber-sumber yang ada untuk mendukung selama kegiatan interaksi dengan siswa berlangsung. Pada tahap akhir guru masih harus melakukan berbagai kegiatan yaitu melakukan evaluasi, menganalisis, dan melakukan pencatatan-pencatatan terhadap sesuatu yang ter-jadi pada saat interaksi berlangsung. Pada saat terjadi interaksi dengan siswa, maka guru memilih dan mela-kukan dengan cara-cara tertentu agar kegiatan interaksi dengan siswa dapat berjalan dengan kondusif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Cara-cara yang dilakukan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa tersebut disebut metode pembelajaran. Metode pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar pembelajaran. Soetomo (1993: 144) menyebutkan Metode

14 pembelajaran sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode pembelajaran semakin berhasillah pencapaian tujuan,. Penggunaan metode pembelajaran secara tepat dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk dapat mengikuti kegiatan belajar pembelajaran dengan baik, sehingga kreatifitas anak akan muncul dan berkembang dengan baik pula. Namun sebaliknya, jika penggunaan metode pembelajaran ini kurang tepat, maka akan menjadi tidak bermakna bahkan dapat mematikan kreatifitas siswa. Pemilihan metode pembelajaran sangat tergantung pada situasi dan kondisi pada saat guru pembelajaran. Tidak semua metode pembelajaran selalu tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran. Metode pembelajaran sangat banyak ragamnya, antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode bermain peran, metode inkuiri, metode demontrasi, metode pemecahan masalah. Berbagai metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini metode yang digunakan adalah metode tanya jawab untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada pembelajaran IPS. B. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban, baik dari guru maupun siswa untuk mencapai tujuan ( Mulyasa, 2005: 115). Pertanyaan-

15 pertanyaan dapat muncul dari guru maupun dari siswa. Sedangkan jawaban juga dapat yang berasal dari guru maupun dari siswa. Masingmasing saling mengisi, baik memberikan pertanyaan maupun jawaban. Penggunaan metode tanya jawab secara tepat dapat mendorong aktivitas dan kreativitas berfikir peserta didik. Dalam penggunaan metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada anak didik harus sudah dipersiapkan sedemikian rupa, agar kegiatan belajar pembelajaran tidak menyimpang dari materi pelajaran yang sedang dibahas. Soetomo (1993: 151) menjelaskan langkah-langkah yang perlu disiapkan oleh guru dalam pemberian pertanyaan adalah: 1. Merumuskan tujuan secara jelas. 2. Mengemukakan alasan tentang penggunaan metode tanya jawab. 3. Menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan. 4. Membuat garis besar jawaban dari setiap pertanyaan. 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Metode tanya jawab akan dapat berhasil dengan baik apabila dilaksanakan pada situasi yang tepat dalam proses belajar pembelajaran. Soetomo (1993: 151 152) menjelaskan bahwa metode tanya jawab tepat digunakan apabila : 1. Guru hendak meletakkan hubungan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang baru.

16 2. Guru hendak memberikan kesempatan kepada anak didik menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. 3. Guru melihat keadaan siswa di kelas semakin kurang tertarik terhadap materi yang disampaikan. 4. Guru hendak mendorong aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar pembelajaran. 5. Guru hendak mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi yang telah disampaikan. Sebagaimana metode pembelajaran yang lain, metode tanya jawab tidak selalu baik untuk diterapkan dalam segala situasi. Untuk itu guru diharapkan benar-benar dapat mengambil keputusan secara tepat kapan metode tanya jawab digunakan dalam kegiatan belajar pembelajaran. Pelaksanaan metode tanya jawab tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Soetomo (1993: 153) menjelaskan tentang kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab sebagai berikut: a. Kelebihan metode tanya jawab: 1. Suasana belajar lebih aktif. 2. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. 3. Guru dapat mengetahui tingkat penguasaan peserta didik secara langsung. 4. Dapat melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat secara lisan.

17 b. Kelemahan metode tanya jawab antara lain : 1. Pertanyaan yang disampaikan cenderung menghendaki jawaban yang bersifat hafalan. 2. Penggunaan secara terus menerus lebih mudah menyimpang dari materi yang sedang dipelajari. 3. Guru sulit mengetahui secara pasti tentang peserta didik yang tidak mengajukan pertanyaan, apakah sudah menguasai atau belum. Berdasarkan uraian tentang kelebihan dan kelemahan tersebut maka setiap guru yang menggunakan metode tanya jawab harus mampu memaksimalkan kelebihan dan meminimalisasikan kekurangan, sehingga penggunaan metode tanya jawab dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang harapkan. C. Hasil Belajar. Menurut Gagne,(dalam Gratler,1989). Hasil belajar diistilahkan sebagai kapabilitas yang meliputi lima macam kapabilitas sesuai dengan katagori atau jenis belajarnya, yaitu: informasi verbal, ketrampilan intelek, strategi kognitif, ketrampilan gerak/motorik, dan sikap (Gredler, 1986:190). Hasil belajar menurut Gagne ini, hampir sama dengan pendapatnya Bloom yang telah disebutkan di atas, yaitu hasil yang mencakup ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Charles M. Reigeluth, hasil belajar hendaknya yang efektif, efisien dan mempunyai daya tarik (1983, 19-20). Efektivitas hasil belajar, diukur dari tingkatan pencapaian hasil belajar oleh siswa, baik

18 secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas menunjukkan jumlah variasi hasil belajar yang dicapai oleh siswa, di mana yang baik jumlahnya relatif banyak. Secara kualitas menunjukkan kebermaknaan isi materi yang dipelajari bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Efisiensi hasil belajar, diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk belajar. Artinya hasil belajar yang diperoleh siswa baik hanya dengan memanfaatkan waktu yang relatif sedikit atau singkat. Daya tarik, diukur dari ada tidaknya kecenderungan bagi siswa termotivasi untuk belajar lebih lanjut dalam artian mengembangkan wawasannya berdasarkan perolehan belajar di sekolah. Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku atau kemampuan dalam diri siswa berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang bersifat efektif, efisien dan mempunyai daya tarik Sifat yang efektif, efisien dan mempunyai daya tarik ini menunjukkan kualitas dan kuantitas dari hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hasil belajar siswa dinyatakan dalam bentuk skor sebagai hasil tes yang diadakan oleh guru setelah berakhirnya proses pembelajaran. Melalui hasil tes ini dapat diketahui daya serap atau tinggi rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan. Setelah skor hasil tes diolah dan disusun dalam bentuk nilai raport, selanjutnya dapat digunakan, antara lain: 1) untuk menentukan

19 tingkat keberhasilan siswa, 2) sebagai laporan kepada orang tua siswa, 3) umpan balik bagi guru sehubungan dengan program pembelajaran yang telah dilaksanakan bagi sekolah untuk meningkatkan layanan pendidikan dan sekaligus sebagai indikator produktivitas sekolah, baik secara intern maupun ekstern. Secara intern dengan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa, diasumsikan bahwa kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman telah relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. Sedangkan secara ekstern dengan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa, diasumsikan bahwa siswa akan mampu mengembangkan eksistensi dirinya dalam kehidupan di masyarakat. Berdasarkan uraian tentang hasil belajar dan IPS di atas, kiranya dapat disarikan bahwa hasil belajar IPS di SD adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan dalam diri siswa berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk skor. Skor ini diperoleh siswa dengan mengikuti serangkaian tes yang diadakan oleh guru setelah proses pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini, skor yang diperoleh siswa dibatasi pada aspek pengetahuan dan sikap. Kemudian tes dibuat dalam bentuk soal obyektif pilihan berganda dan skala sikap. Materi soal dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk kelas IV.