TINDAK TUTUR DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI: KAJIAN PRAGMATIK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

SILABUS. Mendengarkan diskusi Merangkum seluruh isi pembicaraan. Menanggapi rangkuman yang dibuat teman. Mendengarkan pendapat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

Seorang pembaca teks drama tanpa menyaksikan pementasan drama tersebut, maka mau tidak mau sang pembaca harus membayangkan peristiwa yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA INDONESIA PADA RADIO MERCY FM TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL HATI SINDEN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM PEMENTASAN NASKAH DRAMA SEPASANG MERPATI TUA KARYA BAKDI SOEMANTO KAJIAN PRAGMATIK

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

Transkripsi:

TINDAK TUTUR DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI: KAJIAN PRAGMATIK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pengkajian Bahasa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia Oleh: USDIANA NIM: S 200100012 PROGRAM STUDI MAGISTER PENGKAJIAN BAHASA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Tindak Tutur dalam Novel Negeri 5 Menara, karya A. Fuadi: Kajian Pragmatik dan Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh Usdiana Program Studi Magister Pengkajian Bahasa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT The purpose of the study, (1) describe the forms of speech acts in a novel Tower District 5, and (2) describes the implementation of a novel form of speech act in the Tower District 5 as an alternative material of language teaching in high school. This study used a qualitative descriptive method. Data collection techniques using the method followed by technical notes refer. Test the validity of the source data using triangulation techniques. Data analysis techniques using the technique of substitution, and deletion techniques. The research was divided into two aspects. (1) a novel form of speech act in the Tower District 5 are grouped into three types of speech acts, (a) locutions (locutionary), (b) ilokusi (ilocutionary), and (c) perlokusi (perlocutionary). Ilokusi dominant form of speech act speech act Novel Tower District 5. (2) Implementation of forms of speech acts Novel Tower District 5 as an alternative material in high school teaching as follows. (A) would likely be seen as teaching materials, especially in classes X and XI. (B) The material is presented as a form of speech act locutions, ilokusi, and Novel perlokusi contained in the Tower District 5. (C) The method applied is the method of conversation, frequently asked questions, and discussions. (D) Media in the form of modeling. (E) The process of evaluating a speech act. Keywords: speech act, pragmatic, implementation of learning 2

Pendahuluan Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya variasi bahasa tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien. Dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar. Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan keperluannya, apapun latar belakangnya. Dalam setiap proses komunikasi terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur ( speech event ) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer, 1995:62). Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (speech act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, maka dalam tindak tutur 3

lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi. Dalam peristiwa tutur terdapat tindak tutur yang jenisnya bermacam-macam. Searle (dalam Wijana, 2010:20) mengemukakan bahwa secara pragmatik setidak-tidaknya yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (Locutionary art), tindak ilokusi (Ilocutionary act), dan tindak tutur perlokusi (Perlocutionary act). Novel merupakan pengunaan bahasa yang nyata. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sangat umum dijumpai atau ditemui di kalangan masyarakat. Novel merupakan salah satu bentuk media bahasa. Berupa karya sastra fiksi dan non fiksi, yang didalamnya terdapat tuturan dan tindak tutur. Meskipun tuturan itu berupa lisan atau tulisan, tetapi tuturan yang dituturkan oleh penutur dapat mempengaruhi penyimak untuk merasakan kegiatan yang dituliskan penutur. Novel memiliki kedukukan yang penting dalam karya sastra di Indonesia. Novel ini adalah karangan A. Fuady yang menceritakan tentang biografi pengarang semasa sekolah di Pondok Gontor. Novel Negeri 5 Menara A. Fuadi ini memperlihatkan betapa dominannya parameter non-artistik dalam menentukan kualitas dan kedalaman sebuah karya sastra. Novel juga merupakan 4

peristiwa tindak tutur. Peristiwa tutur antara penulis dan pembaca yang diwakili oleh tokoh-tokoh. Karya sastra pada dasarnya adalah bentuk komunikasi yang berupa sarana sastra. Sarana sastra tersebut berupa alur, tema, setting, tokoh. Dalam penelitian ini novel Negeri 5 Menara sebagai sumber data serta tindak tutur sebagai objek penelitian, karena dalam novel ini terdapat percakapan yang mengandung tindak tutur. Penelitian tindak tutur terhadap novel ini juga belum pernah dilakukan peneliti sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui tindak tutur yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara. Selain itu novel Negeri 5 Menara tergolong masih baru. Novel Negeri 5 Menara ditemukan aspek-aspek pragmatik khususnya bentukbentuk tindak tutur yang tidak ditemukan di novel lain. Pengajaran Bahasa di SMA pada hakikatnya mengajarkan peserta didik secara fungsional. Artinya, siswa diharapakn bisa menggunakan menggunakan bahasa dengan situasi kondisi, maka dari itulah supaya anak bisa menggunakan bahasa dengan tepat. Hasil penelitian ini berupa tindak tutur. Persoalanya sekarang adalah Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi? Bagaimanakah implementasi bentuk tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai bahan alternatif pengajaran bahasa di SMA?. Salah satu usaha yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan kajian pragmatik. tindak tutur dalam Novel Negeri 5 Menara dan di implementasikan sebagai bahan alternatif dalam dalam pembelajaran bahasa 5

Indonesia di SMA. Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsunganya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2004:50). Austin (dalam Leech, 1993:316) membagi tindak tutur menjadi tiga jenis. Lokusi, ilokusi dan perlokusi. Dalam pengajaran, prgmatik diperlukan bagi seorang guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang terarah, karena hanya dalam pengajaran pragmatik saja yang melibatkan beberapa komponen, dalam bukunya (Tarigan, 1990:211) mengatakan, proses belajar pragmatik melibatkan sejumlah komponen. Komponen-komponen itu meliputi siswa, guru, tujuan, bahan, metode, media, dan evaluasi. Seorang guru yang memiliki kemampuan pragmatik juga memiliki beberapa keuntungan dalam kegiatan mengajar. Memperhatikan uraian tersebut diatas, studi yang dilakukan bertujuan untuk (1) Memaparkan bentuk-bentuk tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, dan (3) Memaparkan implementasi bentuk tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai bahan alternatif pengajaran bahasa di SMA. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah model deskriptif kualitatif. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah terpancang atau embedded and case study. Waktu penelitian dilaksanakan bulan September 2011 sampai dengan 6

April 2012. Objek penelitian ini adalah tindak tutur. Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa kata, kalimat dan wacana dalam novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi. Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel Negeri 5 Menara. karya A. Fuadi diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2009, setebal 423 halaman. Penggunaan metode simak tersebut pelaksanaannya kemudian ditindaklanjuti dengan teknik catat. Guna memperoleh kesahihan data dalam penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan triangulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber atau data. Untuk memaparkan bentuk tindak tutur, digunakan metode distribusional yang dijabarkan lewat teknik-teknik analisis data secara bersama dan saling mendukung. Teknik analisis data yang dipergunakan ada dua, yaitu (1) teknik substitusi, dan (2) teknik pelesapan atau delesi (Subroto, 1992:65-82). Adapun bentuk konkret siklus kerja dari cara kerja atau mekanisme kerja model analisis interaktif dapat dilihat pada diagram berikut ini. Diagram 1 Model Analisis Interaktif pengumpulan data II I reduksi data Sajian data III Penarikan Kesimpulan/veri fikasi (Sutopo, 1996:87) 7

Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahap demi tahap kegiatan penelitian yang dapat digambarkan sebagai berikut. Persiapan (1) Pelaksanaan (2) Penyusunan Laporan (3) Hasil dan Pembahasan Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsunganya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Pertuturan adalah perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran bermakna. Penelitian terhadap tindak tutur dalam Novel Negeri 5 Menara menemukan tiga jenis tindak tutur, yakni: (1) tindak lokusi (locutionary art), (2) tindak ilokusi (ilocutionary act), dan (3) tindak tutur perlokusi (perlocutionary act). Berdasarkan hasil analisa yang telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya, selanjutnya dilakukan temuan-temuan hasil penelitian. Penelitian terhadap wacana tindak tutur dalam Novel Negeri 5 Menara menemukan tiga jenis tindak tutur, yakni: (1) tindak lokusi (locutionary art), (2) tindak ilokusi (ilocutionary act), dan (3) tindak tutur perlokusi (perlocutionary act). Dari data yang sudah ada bahwa tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara terdapat seratus sembilan 196 data. Data tersebut terdiri dari bentuk tindak tutur lokusi terdapat 64 data. Bentuk tindak tutur ilokusi terdapat 72 data, dan bentuk tindak tutur perlokusi terdapat 64 data. Data tindak tutur ilokusi yang 8

jumlahnya 72 data, dengan rincian 39 ilokusi asertif, 10 data ilokusi direktif, 3 data ilokusi komisif, 17 data ilokusi ekspresif, dan 3 data ilokusi deklaratif. Temuan hasil peneliti menunjukkan bahwa tindak tutur novel dapat diwujudkan melalui tindak tutur lokusi. penyapa atau penutur mengatakan kepada petutur atau orang yang disapa dengan kata-kata tertentu yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu. Jadi yang dimaksud dengan lokusi adalah tindakan menghasilkan serangkaian bunyi yang berarti sesuatu untuk menyatakan sesuatu kepada mitra tutur atau lawan tutur. Temuan hasil penelitian yang menunjukkan tindak tutur lokusi dapat dilihat pada kutipan data (D 1) berikut ini. (D 1)...Di depan gedung ini, hamparan pohon american elm yang biasanya rimbun kini tinggal dahan-dahan tanpa daun yang dibalut serbuk es (hal. 1). Tindak tutur lokusi tampak pada tuturan Di depan gedung ini, hamparan pohon american elm yang biasanya rimbun kini tinggal dahan-dahan tanpa daun yang dibalut serbuk es. Tuturan ini meyatakan atau menginformasikan bahwa di depan gedung terdapat hamparan pohon american elm yang biasanya rimbun kini tinggal dahan-dahan tanpa daun yang dibalut serbuk es. Temuan hasil peneliti menunjukkan bahwa tindak tutur novel dapat diwujudkan melalui tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi dapat ditemukan dalam data di bawah ini. (D 62)...Dia menamatkan SPG bertepatan dengan pemberontakan G30S, sehingga negara yang sedang kacau tidak mampu segera 9

mengangkatnya jadi guru. Amak terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun, sebelum diangkat menjadi pegawai negeri (hal. 6). Tuturan di atas diucapkan mempunyai maksud menginformasikan bahwa jadi guru semasa itu gajinya tidak enak, ini terlihat ketika penutur berkata Amak terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun. Tuturan ini menjelaskan atau memberitahu bahwa Amak terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun. Ilokusi dari kutipan wacana diatas adalah memberitahu bahwa jadi guru pada saat itu tidak enak (mengeluh). Temuan hasil peneliti menunjukkan bahwa tindak tutur novel dapat diwujudkan melalui tindak tutur perlokusi. Bentuk tindak tutur perlokusi melalui tindakan menarik perhatian pada novel dapat pula dilihat pada wacana (D 133) berikut ini. (D 133)...Aku tegak di atas panggung aula madrasah negeri setingkat SMP. Sambil menguncang-guncang telapak tangganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memberi selamat karena nilai ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam. Tepuk tangan murid, orang tua dan guru riuh mengepung aula (hal. 5). Pada kutipan (D 133) tindak tutur ini menarik perhatian. Sambil menguncangguncang telapak tangganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memberi selamat karena nilai ujiannya termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam. Tepuk tangan murid, orang tua dan guru riuh mengepung aula. Tindak tutur ini terbangun karena ucapan selamat kepada Alif dari kepala sekolanya. Karena dia 10

masuk sepuluh besar tertinggi di Kabupaten Agam. Tuturan itu merupakan tuturan yang memiliki bentuk tutur perlokusi bersifat menarik perhatian. Kalimat di atas sambil menguncang-guncang telapak tangganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memberi selamat karena nilai ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam. yang dituturkan oleh penutur menimbulkan efek pada pendengar agar memberikan piala. Tindak perlokusi wacana di atas agar kepala sekolah segera memberikn piala. Bentuk-bentuk ketiga jenis tindak tutur tersebut juga didukung oleh kehadiran tokoh-tokoh peserta pertuturan yang memiliki karakter atau watak tertentu. Karakter atau watak tertentu yang dimaksud adalah tokoh yang memiliki dimensi fisologi seperti, usia mereka, jenis kelamin, keasaan tubuh dan ciri-ciri muka. Dari dimensi fisologi usia tokoh dalam wacana novel Negeri 5 Menara memiliki usia yang berdeda. Tetapi yong dominan adalah usia masuk bangku SMA. Untuk jenis kelamin dalam wacana tersebut didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Karakter lugu, tokoh pintar, tokoh rajin, tokoh galak. Tokoh yang berkarakteristik demikian cukup mendominasi dalam tindak tutut. Jika dihubungkan dengan tindak tutur kehadiran tokoh yang memiliki karakteristik demikian (lugu, pintar, galak dan rajin) memiliki peran yang cukup penting. Artinya, bahwa bahwa tindak tutur terjadi seringkali terjadi dalam kondisi normal. Oleh karenanya, kehadiran tokoh yang berkarakteristik normal tersebut, tidak tergantikan oleh tokoh lain atau tokoh tidak normal. Dengan 11

demikian, perpaduan kondisi normal dengan tokoh yang juga normal akan menghasilkan tindak wacana yang tepat dan efektif. Konkritnya, hasil dari semua itu adalah tindak tutur dengan kondisi yang normal akan memudahkan kita untuk mengerti tuturan tersebut. Bentuk-bentuk ketiga jenis tindak tutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak seringkali memanfaatkan dimensi sosiologi. Misalnya pada wacana (D 3), pada wacana tersebut dihadirkan tokoh Ayah berprofesi sebagai guru madrasah-beliau pengajar matamatika-seringkali pendapatnya beda dengan Amak. Tokoh ayah percaya untuk berjuang bagi agama, orang tidak harus masuk madrasah. Dia lebih sering menyebut-nyebut keteladanan Bung Hatta, Bung Sjahrir, Pak Natsir, atau Haji Agus Salim, dibanding Buya Hamka. Padahal latar belakang religius ayahku tidak kalah kuat. Ayah dari ayahku adalah ulama yang handal di Minangkabau. Contoh lain, misalnya pada wacana (D 20). Diceritakan pada wacana itu bahwa tokoh Alif sendiri sangat suka pelajaran khatul arabi atau kaligrafi Arab. Anggapanku selama ini salah, ternyata kaligrafi tidak hanya bagaimana menuliskan abjad Arab dengan benar, tetapi juga bagaimanakah menorehkan dengan sabar, indah, dan kosisten. Dengan semangat tinggi Alif selalu mengikuti Ustad Jamil yang dengan riang mengelok-ngelokan qalam-nya membuat lekukan-lekukan indah kalimat Arab. Oleh karena itu, bentuk tindak tutur perlu juga memahami dimensi sosiologi yang melatarbelakangi tindak tutur tersebut. Tanpa memahami dimensi sosiologi, kiranya sulit bagi pembaca untuk menemukan letak tindak tutur sebuah wacana novel. 12

Telah disinggung di depan bahwa tindak tutur wacana novel didukung oleh adanya alur. Alur yang dimaksud meliputi: alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Jika dibandingkan di antara tiga alur, yakni, alur maju, alur mundur, dan alur campuran alur yang paling dominan dalam tindak tutur dalam novel tersebut adalah alur lurus. Artinya, bentuk tindak tutur dalam novel lebih banyak didukung oleh adanya alur lurus. Alur lurus akan memudahkan pembaca untuk mengerti terjadinya peristiwa atau tuturan dalam novel tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bentuk tindak tutur pada novel Negeri 5 Menara menggunakan alur lurus karena peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang kemudian. Dalam hal ini, cerita dimulai secara runtut dari tahap awal, tengah, dan akhir. Selain ditunjang oleh fakta dan alur, tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara juga terdapat latar. Latar membedakan menjadi tiga katagori. Latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara adalah di Pondok Madani. Latar sosial yang terdapat dalam novel tersebut adalah kehidupan di Pondok. Dalam wacana khususnya novel Negeri 5 Menara, latar sangat berperan penting dalam pemahaman tindak tutur. Berdasarkan pemahaman kerangka berpikir demikian, kiranya dapat dipahami bagaimana bentuk-bentuk tindak tutur dalam Negeri 5 Menara. Berdasarkan pemahaman seperti itu pula dapat dikemukakan beberapa asumsi 13

yang berkaitan dengan wacana novel dan bentuk-bentuk tindak tutur, sebagai berikut. (1) Wacana novel bukan sekedar wacana biasa yang menghasilkan kenyamanan bagi pembacanya, melainkan sebuah wacana yang direncanakan diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk tindak tutur yang cukup rumit, (2) Wacana novel bukan sekedar wujud aktual penggunaan bahasa yang secara lugas menginformasikan sesuatu, melainkan sebuah wacana yang disusun atau diciptakan dengan mempertimbangkan logika bahasa, sehingga untuk menemukan informasi seorang pembaca perlu berpikir secara serius, (3) Wacana novel, selain dapat dijadikan sarana untuk memberi hiburan, dapat juga digunakan sebagai sarana yang bersifat konstruktif, misalnya untuk melatih berpikir dengan menggunakan logika bahasa, untuk memberi pendidikan atau ajaran etika dan moral dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, akan dilihat kemungkinannya sebagai bahan ajar, khususnya di kelas X semester satu dan XI semester satu dan dua. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang meliputi aspek berbicara ada pada kelas X semester satu adalah sebagai berikut. Standar Kompetensi : 2. Memungkinkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. Kompetensi Dasar : 2.2 Mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku). 14

Selanjutnya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang meliputi aspek berbicara ada pada kelas XI semester satu adalah sebagai berikut. Standar Kompetensi : 6. Memerankan tokoh dalam drama. Kompetensi Dasar : 6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai watak tokoh. Terakhir adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang meliputi aspek berbicara ada pada kelas XI semester satu adalah sebagai berikut.pada kelas XI semester dua. Standar Kompetensi : 14. Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama. Kompetensi Dasar : 14.1 Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada, wacana ini memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk diangkat sebagai bahan ajar. Materi yang disajikan berupa bentuk-bentuk ketiga jenis tindak tutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi yang terdapat dalam wacana Novel Negeri 5 Menara. Wacana novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi memiliki relevansi dengan anak-anak SMA dalam hal tema cerita. Dalam perspektif sempit, anak-anak SMA yang sebentar lagi akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, setidaknya diberikan wawasan baru untuk memilih jurusan yang sesuai dengan keinginan dan cita-citanya, bukan sekadar menuruti keinginan orang tua. Novel ini tidak mengajari anak-anak untuk berani terhadap orang tua. 15

Pembelajaran bahasa, di sekolah sampai saat ini masih menjadi persoalan yang belum ditemukan jawabannya. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahsekolah harus direposisi. Hal tersebut disebabkan oleh orientasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah hanya untuk memenuhi target kurikulum, bukan memberdayakan kompetensi berbahasa siswa. Hasilnya, pembelajaran bahasa Indonesia tidak optimal, kurang variatif, dan terkesan monoton. Pembelajaran bahasa Indonesia tidak mendorong peningkatan keterampilan berbahasa siswa. Metode yang diterapkan adalah metode percakapan, tanya jawab, dan diskusi. Wujud implementasi Tindak tutur novel Negeri 5 Menara sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, siswa diajak untuk dapat mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada wacana novel. Hal ini berarti siswa harus dapat mengidentifikasi unsur intrinsik pada wacana novel, dan mengulas secara tertulis wacana novel mengaitkan isi novel dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, siswa disuguhkan penggalan wacana dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Siswa diminta membaca, memeragakan, dan menganalisis unsur-unsur intrinsiknya (konflik, dialog, peristiwa, tokoh, dan watak tokoh). Setelah membaca penggalan wacana novel, siswa diminta memainkannya secara berkelompok. Secara bergiliran setiap kelompok diminta menampilkannya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain mengamati dan memberikan 16

tanggapan. Setelah itu, siswa diminta menganalisis unsur-unsur yang ada di dalam novel, seperti konflik, dialog, peristiwa, tokoh, dan watak tokoh. Untuk menunjang terjadinya pembelajaran dibutuhkan media. Sehubungan dengan pembelajaran tindak tutur dibutuhkan media supaya pembelajaran bisa terjadi secara optimal. Dengan adanya media tentu saja mempermudah guru dalam mengajar. Dalam pembelajaran tindak tutur digunakan media berupa modeling. Selain modeling alternatif media yang bisa dalam mengekspresikan tindak tutur atau berbicara bisa berupa rekaman drama atau film, rekaman rapat. Pada bagain metode sudah dijelaskan wujud implementasi Tindak tutur novel Negeri 5 Menara sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Sehubungan dengan hal itu untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi yang disajikan berupa bentuk-bentuk ketiga jenis tindak tutur. Peserta didik diamati dalam proses evaluasi. Proses evaluasi berupa tindak tutur. Dalam proses tersebut dibuat situasi komunikasi. Setiap bentuk tutur itulah yamg diberikan penilaian. Untuk masalah terakhir, kajian tentang bentuk-bentuk tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi ini bisa dikedepankan untuk menjawab persoalan yang sedang dihadapi. wacana ini memiliki relevansi dengan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa SMA. Dengan bahasa yang sederhana, konflik cerita yang tidak membingungkan, dan tema yang dekat dengan 17

kehidupan nyata siswa, novel ini patut diberikan apresiasi dalam pembelajaran berbahasa. Wacana novel ini dipenuhi dengan tindak tutur. Hal inilah yang menjadi salah satu keungulan wacana ini jika diaplikasikan dalam pembelajaran berbahasa. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi ini sangat relevan jika diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk peningkatan keterampilan berbahasa siswa di SMA kelas X dan XI. Sebagai bahan ajar pembelajaran berbahasa, wacana ini mampu menjangkau berbagai kompetensi, seperti mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku, menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh, dan mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Simpulan Bentuk tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis tindak tutur, yakni: (1) tindak lokusi (Locutionary art), (2) tindak ilokusi (Ilocutionary act), dan (3) tindak tutur perlokusi (Perlocutionary act). Dari data yang sudah ada bahwa tindak tutur dalam novel Negeri 5 Menara terdapat 196 data. Data tersebut terdiri dari bentuk tindak tutur lokusi terdapat 60 data. Semua tindak lokusi yang ditemukan berfungsi menyatakan informasi kepada lawan tutur dalam wacana. Tindak tutur dimanfaatkan pengarang mendiskripsikan setting dalam wacana. Bentuk tindak 18

tutur ilokusi terdapat 72 data. Data tindak tutur ilokusi yang jumlahnya 72 data, dengan rincian 39 ilokusi asertif, 10 ilokusi direktif, 3 data ilokusi komisif, 17 data ilokusi ekspresif, dan 3 data ilokusi deklaratif. Bentuk tindak tutur perlokusi terdapat 64 data. Tindak perlokusi yang ditemukan berfungsi mempengaruhi lawan tutur untuk memaklumi atau memahami maksud penutur. Implementasi bentuk tindak tutur Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai bahan alternatif pengajaran di SMA sebagai berikut. (a) Dalam kaitannya dengan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, akan dilihat kemungkinannya sebagai bahan ajar, khususnya di kelas X dan XI. Dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada, wacana ini memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk diangkat sebagai bahan ajar. Standar Kompetensi yang ada pada kelas X semester satu adalah Memungkinkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita dengan Kompetensi Dasar mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku). Selain itu Standar Kompetensi yang ada pada kelas XI semester satu adalah Memerankan tokoh dalam drama dengan Kompetensi Dasar Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai watak tokoh,, dan yang terakhir adalah Standar Kompetensi yang ada pada kelas XI semester dua adalah Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama dengan Kompetensi Dasar Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama,, (b) Materi yang disajikan berupa bentuk-bentuk ketiga jenis tindak tutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi yang 19

terdapat dalam wacana Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Wacana novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi memiliki relevansi dengan anak-anak SMA dalam hal tema cerita, (c) Metode yang diterapkan adalah metode percakapan, tanya jawab, dan diskusi, (4) Dalam pembelajaran tindak tutur digunakan media berupa modeling. Selain modeling alternatif media yang bisa dalam mengekspresikan tindak tutur atau berbicara bisa berupa rekaman drama atau film, rekaman rapat, dan (5) Proses evaluasi berupa tindak tutur. Dalam proses tersebut dibuat situasi komunikasi. Setiap bentuk tutur itulah yamg diberikan penilaian. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkanalan Awal. Jakarta: PT Rineka cipta. Fuadi, A. 2010. Negeri 5 Menara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik (terjemaahan M.D.D. Oka). Jakarta: U I Press. Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sutopo H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan terapanya dalam Penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press. Tarigan, Djago. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung, Angkasa. Wijana, I. Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Yuma Pustaka. 20