BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena, itu bagi sebuah bangsa

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan anak melalui bimbingan, mendidik, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. berilmu sebagaimana termaktub dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun tentang Sistem pendidikan Nasional pada BAB 11 pasal 3 yang

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan Negara yang otentik

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa secara berkelanjutan.untuk itu pendidikan harus menjadikan faktor

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Meningkatkan kemajuan di negara Indonesia, maka ada berbagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai individu yang bermasyarakat dan berguna. Lebih jauh lagi. Pendidikan Nasional pasal 1 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berbudaya, semakin maju bahasa suatu bangsa semakin menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, meningkatkan kualitas manusia dalam membentuk watak bangsa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut 2. Pendidikan pula yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. (Kunandar,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. bangsa maka akan semakin tinggi derajat atau kedudukan bangsa tersebu. mampu berkompetensi dalam persaingan global.

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju. Dalam Allah SWT berfirman Q.S. surah Ar-Ra du ayat 11,

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-Qur an surah Ar-Ra du ayat 11 Allah SWT berfirman: ...

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas merupakan faktor utama dalam mendukung suksesnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Upaya ini terarah bagi terbinanya insan-insan pembangunan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. bertaqwa, berbudi luhur, terampil, berpengetahuan dan bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hampir disemua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka

PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya dan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab II, pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Hal ini bukanlah suatu yang mudah, namun diperlukan waktu yang panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber daya pendidikan sehingga tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak lulusan sekolah yang kurang memiliki kepercayaan diri, kreatifitas dan daya inisiatif sehingga kurang mandiri, positif, dan ketergatungan sehingga masih jauh dari tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai. Hal ini kemungkinan besar akibat proses perobotan. Lulusan 1 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Cipta Umbara, 2003), h. 7.

2 sekolah atas apalagi sekolah lanjutan pertama, bahkan juga lulusan perguruan tinggi, umumnya tidak mandiri (kurang percaya diri) dan tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah tamat belajar. Selama dalam pendidikan, peserta didik lebih banyak duduk mendengarkan pengajar menerangkan pelajaran dan menjawab jika ditanya atau disuruh. Setelah tamat mereka bingung karena tidak ada lagi yang menyuruhnya. Dia tidak mampu bergerak jika tidak disuruh. 2 Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan potensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah terutama di kota-kota menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertayakan, apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Dari berbagai pengamatan dan analisis, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata, sebagaimana tercantun dalam buku Depdiknas, (2002) yang berjudul, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah yaitu: 1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan input-output yang tidak dilaksanakan secara konsekuen, 2 H. Soesarsono, Tantangan Pendidikan, Artikel, t.d.

3 yaitu kurang menekankan pada proses pendidikan yang justru sangat menentukan output; 2. Penyelenggaran pendidikan nasional dilakukan secara birokratiksentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Akibatnya, mereka kehilangan kemandirian, kreatifitas/inisiatif, keluwesan, dan motivasi untuk mengembangkan dan menunjukkan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan; dan 3. Peran serta warga sekolah, khususnya guru dan orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi orang tua/masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana, sedangkan dukungan pemikiran, moral, barang, dan jasa kurang diperhatikan. 3 Menyadari rendahnya mutu pendidikan bangsa Indonesia, terlebih khusus lagi di madrasah dan kelemahan-kelemahan di bidang manajemen. Menurut Husni Rahim, (2001) yang dikutip dari makalah Drs. H. Aspihan Djarman (2002) berpendapat: Lembaga Pendidikan Islam seperti madrasah, pertama-tama dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan strategis dalam bidang manajemen. 4 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat pada surah Ar- Ra d ayat 11 yang berbunyi:...... 3 Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktoral Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2002), h. 1-2. 4 Aspihan Djarman, Makalah Peluang dan Tantangan Manajemen Berbasis Sekolah, (Banjarmasin: 2002).

4 Dari ayat ini Allah telah menjelaskan bahwa Allah tidak akan merubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mempunyai keinginan untuk merubah nasibnya. Era reformasi yang sudah kita jalani saat ini ditandai oleh beberapa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, moneter, hankam, dan kebijakan mendasar lainnya. Di antara perubahan tersebut adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No. 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Undang-undang tersebut membawa konsekuensi terhadap bidag-bidang kewenagan daerah sehingga lebih otonom, termasuk di bidang pendidikan. Keinginan pemerintah agar pengelolaan pendidikan diarahkan pada desentralisasi menuntut partisipasi masyarakat secara aktif untuk merealisasikan otonomi daerah. Oleh karena itu, perlu kesiapan sekolah sebagai ujung tombak pelaksanaan operasional pendidikan. 5 Berkaitan dengan pengelolaan pendidikan diarahkan pada desentralisasi, Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur an surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:... 5 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002), h. 4

5 Ayat di atas, menjelaskan bahwa sebagai khalifah, manusia mempunyai peranan ideal yang harus dijalankan yaitu memakmurkan bumi, mendiami dan memeliharanya serta mengembangkannya demi kemaslahatan hidup mereka. 6 Untuk kepentingan ini, paradigma manajemen madrasah harus mengalami pergeseran dari paradigma lama ke paradigma baru, yaitu: a. Dari posisi subordinatif ke posisi otonom, b. Dari strategi sentralistik ke strategi desentralistik, c. Dari pengambilan keputusan otoritatif ke pengambilan keputusan partisipatif, d. Dari pendekatan birokratif ke pendekatan profesional, dan e. Dari model penyeragaman ke model keragaman. 7 Paradigma baru manajemen madrasah yang disarankan oleh Husni Rahim tersebut sebenarnya adalah substansi dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sekarang muncul pertayaan, seberapa besarkah peluang dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaannya di madrasah, khususnya di Kalimantan Selatan, dan lebih khusus lagi di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin yang akan penulis jadikan sebagai tempat penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi awal bahwa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin, telah melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan cukup baik. Kegiatan ini tentu saja sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 6 Herry Noer Aly dan H. Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Friska Agung Inasni, 2003), h. 126. 7 Depdiknas, Op. Cit., h. 3.

6 Banjarmasin. Kemudian timbul pertanyaan, sejauh mana peluang dan tantangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang telah mereka laksanakan? Didasari atas kenyataan inilah, maka penulis sangat tertarik untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif dengan mengadakan penelitian ilmiah yang dituangkan ke dalam sebuah skripsi yang berjudul, PELUANG DAN TANTANGAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 BANJARMASIN. B. Penegasan Judul dan Pembahasan Untuk memudahkan dan menghindari kesalahpahaman tentang pengertian judul di atas, maka penulis perlu memberikan tentang penegasan istilah mengenai peluang dan tantangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sebelum penulis menguraikan pengertian peluang dan tantangan, terlebih dahulu dijelaskan makna dari kata peluang, tantangan, dan Manajemen Berbasis Sekolah. 1. Pengertian Peluang Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kata peluang berarti kesempatan, kesempatan yang baik-baik jangan disia-siakan. 8 Adapun peluang yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah segala suatu keadaan atau kondisi, baik yang ada atau yang sudah ada yang bisa diraih dan diperjuangkan dalam menunjang keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin. 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kemus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 745.

7 2. Pengertian Tantangan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tantangan berasal dari kata tantang, yang berarti bertanding, berperang. Kata tantang diakhiri akhiran an yaitu menjadi tantangan, yang berarti hal atau obyek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah rangsangan (untuk berkerja lebih giat dan sebagainya). 9 Adapun tantangan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat sehingga menguragi keberhasilan dalam proses implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin yang harus segera dicari solusinya. Istilah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari schoolbased management. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (keterlibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya yang meliputi sumber dana insan, yaitu sumber daya ketenagaan, partisipasi masyarakat, partisipasi pemerintah dan sistem organisasi. Sedangkan yang non insan yaitu sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. 10 Jadi, yang dimaksud dengan judul di atas adalah penelitian tentang bagaimana peluang dan tantangan dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang antara lain meliputi sumber daya manusia (ketenagaan), 9 Ibid, h. 1.008. 10 E. Mulyasa, Op.cit., h. 24.

8 sarana dan prasarana, dana dan sumber dana, sistem organisasi, partisipasi masyarakat dan partisipasi pemerintah yang telah dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin. C. Perumusan Masalah Agar terarah permasalahan yang diteliti, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana peluang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang meliputi sumber daya manusia (ketenagaan), sarana dan prasarana, dana dan sumber dana, system organisasi, partisipasi masyarakat dan partisipasi pemerintah pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin? 2. Bagaimana tantang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang meliputi sumber daya manusia (ketenagaan), sarana dan prasarana, dana dan sumber dana, sistem organisasi, partisipasi masyarakat dan partisipasi pemerintah pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin? D. Alasan Memilih Judul Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat judul di atas, diantaranya adalah:

9 1. Dalam dunia pendidikan konsep Manajemen Berbasis Sekolah dirasakan sangat diperlukan untuk melakukan perubahan-perubahan strategis dalam bidang manajemen, oleh karena itu pihak sekolah yang diberikan keleluasaan untuk mengelola sekolahnya masing-masing. 2. MAN 1 Banjarmasin merupakan lembaga pendidikan formal yang merupakan sekolah unggulan di kota Banjarmasin. 3. Dengan menerapkan peluang dan tantangan Maajemen Berbasis Sekolah (MBS), maka pengetahuan kepala sekolah khususnya dan ketenagaan yang lainnya pada umumnya lebih matang terhadap peluang dan tantangan sekolah, sehingga mereka dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seberapa besar peluang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang meliputi sumber daya manusia (ketenagaan), sarana dan prasarana, dana dan sumber dana, sistem organisasi, partisipasi masyarakat dan partisipasi pemerintah pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui seberapa besar tantangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang meliputi sumber daya manusia (ketenagaan), sarana dan prasarana, dana das umber dana, system organisasi, partisipasi masyarakat

10 dan partisipasi pemerintah pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin. F. Signifikansi Penelitian Signifikansi dari hasil penelitian ini adalah: 1. Dapat bermanfaat bagi pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), khususnya pada Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta yang ada di Kalimantan Selatan dan pada umumnya semua instansi pendidikan secara nasional. 2. Dapat menambah bahan kajian, khususnya mengenai pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta di Kalimantan Selatan. 3. Sebagai informasi untuk kepala sekolah, guru, dan tata usaha dalam melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di sekolah Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta. 4. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis, khususnya tentang bagaimana peluang dan tantagan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam lembaga pendidikan sebagaimana pada sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin. 5. Sebagai bahan kajian atau khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan pada perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin.

11 G. Sistematika Penulisan Penyusunan penelitian ini terdiri dari beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, penegasan judul, perumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis, meliputi pengertian Manajemen Berbasis Sekolah, tujuan dan manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), prinsipprinsip Manajemen dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), peluang dan tantangan Manajemen Berbasis Sekolah. Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, kerangka dasar penelitian, pengolahan dan analisis data, serta prosedur penelitian. Bab IV Laporan Hasil Penelitian, meliputi gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data. Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran.