ANALISIS LENDUTAN PERKERASAN KAKU PADA PEMBEBANAN SUDUT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE CAKAR AYAM MODIFIKASI SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN JALAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF

Keywords: finite element method, subgrade, limestone, deflection. Kata kunci : metode elemen hingga, tanah dasar, limestone, lendutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Banyumas Wonosobo

PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE)

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Prediction of Concrete Slab Behavior on Soft Soil Using BoEF (Beams on Elastic Foundation) Program Regarding Various Thickness of Slab and Loadings

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT PERKERASAN DI LENGAN SEBELAH TIMUR PERSIMPANGAN JALAN PALAGAN DAN RING ROAD UTARA YOGYAKARTA

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR

Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR

Gambar III.1 Diagram Alir Program Penelitian

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G)

Hendra Wahyu, Suherman Sulaiman, Mujiman Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Jalan Ir. Sutami No.36A Surakarta 5716.Telp:

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi utamanya di dalam bidang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA 1983 TUGAS AKHIR

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

PENCAPAIAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU ANTARA BEBAN AKTUAL DAN STANDAR

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perbandingan Material Slab Beton Pada Perkerasan Apron dengan Menggunakan Program Bantu Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

Perencanaan Fondasi Mat Pada Gedung-gedung Tinggi oleh: Steffie Tumilar. ir.m.eng.au(haki)

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB I PENDAHULUAN. MAK (Metode Analisa Komponen) pada SKBI dan perencanaan tebal

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

Latar Belakang Sering terjadinya kesalahan didalam pemasangan tulangan pelat lantai. Pelat yang kuat didasarkan pada suatu perhitungan yang cermat. Pe

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN PADA PERKERASAN PORUS DENGAN SKALA SEMI LAPANGAN DAN SOFTWARE ANSYS

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

Perhitungan Struktur Bab IV

DAFTAR ISI. ii HALAMAN PERSETUJUAN. iii PERNYATAAN. v PRAKATA. vi DAFTAR ISI. xiv DAFTAR GAMBAR. xvi DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

ANALISA GEOMETRI NON-LINIER PELAT LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SAP2000 DAN PERCOBAAN PEMBEBANAN. Andri Handoko

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. pesat, terutama terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan hal tersebut,

BAB III METODA PENELITIAN

STUDI PENGARUH KONSTANTA PEGAS TANAH TERHADAP RESPON TEGANGAN DAN PENURUNAN PADA PONDASI PELAT (MAT FOUNDATION) ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN DESAIN PONDASI RAKIT (MAT FOUNDATION) DENGAN MENGGUNAKAN METODE KEKAKUAN KONVENSIONAL DAN METODE MODULUS REAKSI TANAH DASAR ABSTRAK

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

Pondasi diatas Medium Elastis (pengaruh kekakuan)

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

STUDI PERENCANAN PONDASI PADA PEMBANGUNAN RUANG VIP RSUD GAMBIRAN KEDIRI DENGAN ALTERNATIF PEMAKAIAN PONDASI DALAM DAN PONDASI DANGKAL

ANALISIS DEFLEKSI DAN KAPASITAS LATERAL TIANG TUNGGAL FREE-END PILE PADA TANAH KOHESIF

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PENULISAN

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

ANALISA LENDUTAN DAN DISTRIBUSI GAYA LATERAL AKIBAT GAYA LATERAL MONOTONIK PADA PONDASI TIANG KELOMPOK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN

TEKNIK PEMBESIAN PELAT BETON

PERENCANAAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2003 DAN METODE BEAM ON ELASTIC FOUNDATION

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

BAB 1 PENDAHULUAN. struktur agar dapat mendesain suatu struktur gedung yang baik. Pemahaman akan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

Transkripsi:

ANALISIS LENDUTAN ERKERASAN KAKU ADA EMBEBANAN SUDUT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Farid Yasir 1, Niken Silmi Surjandari 2, Yusep Muslih urwana 3 1) Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta, faridyasir@gmail.com 2) Dosen Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta, nikensilmisurjandari@gmail.com 3) Dosen Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta, ymuslih@yahoo.com ABSTRAK erkerasan kaku adalah salah satu jenis perkerasan untuk menangani permasalahan akibat daya dukung tanah yang rendah. Tebal perkerasan merupakan salah satu yang diperhitungkan agar tidak terjadi lendutan yang melebihi lendutan yang diijinkan pada tanah dasarnya. enggunaan koperan pada ujung pelat perkerasan kaku adalah alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan lendutan. enelitian ini bertujuan untuk mengetahui lendutan pada perkerasan kaku akibat beban pada posisi sudut dengan variasi ketebalan dan penambahan koperan. Besarnya lendutan akibat pembebanan sudut dianalisis dengan Metode Elemen Hingga. Model pelat berukuran 6x3 m dengan variasi tebal 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm dan 35 cm, nilai CBR 10%, mutu beton yang digunakan adalah K350, posisi pembebanan sudut dengan beban 8 ton dan koperan lebar 25 cm tinggi 50 cm. enggunaan koperan dapat mereduksi lendutan hingga 42,36% pada tebal 15 cm dan semakin turun dengan bertambahnya tebal pelat hingga sebesar 13,13% pada tebal 35 cm, sehingga dapat diperoleh tebal perkerasan yang lebih kecil, sebagaimana dalam hasil analisis pelat tebal 35 cm tanpa koperan diperoleh lendutan maksimum sebesar 10,659 mm atau lebih besar lendutannya dari pelat tebal 25 cm menggunakan koperan dengan lendutan maksimum sebesar 10,413 mm. Kata kunci: perkerasan kaku, koperan, lendutan, metode elemen hingga. 1. ENDAHULUAN erkerasan kaku merupakan salah satu jenis perkerasan yang umumnya digunakan untuk mengatasi permasalahan akibat daya dukung tanah yang rendah. enentuan jenis perkerasan ditentukan berdasarkan jenis beban, keadaan tanah dan pertimbangan ekonomi lainnya (Firdaus, 2010). ada perkerasan kaku, seluruh beban roda dipikul oleh slab beton. enggunaan koperan pada ujung pelat perkerasan kaku sudah dilakukan pada penelitian uri, dkk (2013) dalam penelitian Sistem elat Terpaku (Nailed-slab System) sebagai salah satu alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan konstruksi jalan yang melalui tanah lunak, yang terdiri atas pelat beton bertulang dan tiang-tiang mikro yang dipasang di bawah pelat tersebut dengan hubungan pelat dan tiang dibuat monolit. ada bagian kedua ujung pelat dapat pula diperkuat dengan pelat koperan (vertical concrete wall barrier) yang fungsi utamanya untuk mereduksi lendutan akibat beban di pinggir perkerasan. enggunaan koperan juga dipakai pada desain perkerasan kaku pada Jalan Surakarta - Gemolong - Geyer Batas Grobogan. Lendutan yang terjadi pada perkerasan akan mempengaruhi stabilitas struktur apabila melebihi lendutan yang diijinkan pada tanah dasarnya. Metode Elemen Hingga bisa menjadi alternatif dalam analisis dan desain perkerasan kaku (Islam, 2014). Metode Elemen Hingga disarankan sebagai metode alternatif untuk menghitung tekanan perkerasan kaku (Maske., dkk, 2013). 150

ANALISIS LENDUTAN ERKERASAN KAKU ADA EMBEBANAN SUDUT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Farid Yasir et al. 2. METODE ENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memakai metode deskriptif kuantitatif dan metode eksperimental untuk membuat pemodelan struktur perkerasan kaku yang dianalisis lendutannya dengan metode elemen hingga program SA-2000 v.14. Model perkerasan kaku berupa pelat berukuran 6x3 m dengan variasi tebal 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm dan 35 cm, dengan nilai CBR 10%, mutu beton yang digunakan adalah K350, beban 8 ton pada posisi pembebanan sudut (corner loading), tanpa koperan dan dengan menggunakan koperan. Koperan yang digunakan lebar 25cm dengan tinggi 50cm. Tahapan penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis dengan membuat model pada program SA-2000 v.14. dengan dilakukan variasi tebal pelat pada kondisi tanpa koperan dan dengan koperan. Output yang dihasilkan dari analisis dengan MEH berupa besaran lendutan pada setiap varisasi penelitian. 3. ANALISIS DAN EMBAHASAN Modulus reaksi tanah dasar (k) sebagai tumpuan pegas Tanah dasar yang dipakai sebagai tumpuan lapisan perkerasan kaku diasumsikan sebagai tumpuan pegas dengan nilai kekakuan pegas dengan pemodelan sebagai berikut: Gambar 1. Model tumpuan pegas pada perkerasan kaku Modulus reaksi tanah dasar dapat diperoleh dari nilai CBR dengan menggunakan hubungan nilai CBR dengan modulus reaksi tanah dasar (k) seperti gambar 2. (Oglesby dan Hicks, 1996 dalam Suryawan, 2009) Gambar 2. Hubungan antara k dan CBR ada penelitian ini CBR tanah dasar yang digunakan adalah CBR 10%. Berdasarkan nilai CBR tersebut dapat diperoleh besarnya modulus reaksi tanah dasar (k) sebesar 200 psi/in atau setara dengan 5,538 kg/cm 3. Berdasarkan data di atas, dengan jarak antar tumpuan arah memanjang sebesar 10 cm dan jarak antar tumpuan pegas arah melebar sebesar 10 cm, nilai-nilai kekakuan pegas k1, k2 dan k3 dihitung sebagai berikut: 151

- k1 = 5,00 x 5,00 x 5,538 = 138,457 kg/cm - k2 = 5,00 x 10,00 x 5,538 = 276,915 kg/cm - k3 = 10,00 x 10,00 x 5,538 = 553,830 kg/cm embebanan beban gandar rencana Muatan Sumbu Terberat (MST) berdasarkan kelas jalan adalah sebesar 8 ton, 10 ton dan >10 ton (Anonim, 1997), yang dalam analisis struktur perkerasan ditentukan sebagai beban statis. Desain beban gandar dan ekivalensi luas bidang kontak untuk MST = 8 ton seperti pada gambar 3 dan 4. Gambar 3. Design Axle Load Standard Axle Load Gambar 4. Ekivalensi luas bidang kontak lingkaran Area kontak roda disederhanakan berbentuk lingkaran dengan jari-jari r adalah: 0,5227. 2000 25,36 0,5227.5,95 2x0,5227xL Sd 0,6 xl 0,4454x25,36 35 0,6 x25,36 1158,83 1158,83 19,21 20 Sehingga area kontak beban roda seperti gambar 5. Gambar 5. Area kontak beban roda 152

ANALISIS LENDUTAN ERKERASAN KAKU ADA EMBEBANAN SUDUT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Farid Yasir et al. osisi embebanan embebanan yang terjadi pada pelat beton akibat pembebanan roda (lalu lintas) adalah pembebanan ujung, pembebanan tengah dan pembebanan pinggir (Suryawan, 2009). ada penelitian ini digunakan pembebanan ujung/sudut (corner loading). Koperan Koperan sebagai struktur perkuatan pada tepi pelat pada penelitian ini menggunakan dimensi lebar (d) = 25 cm dan tinggi (h) = 50 cm. emodelan Struktur emodelan struktur yang dianalisis seperti gambar 6. = letak beban roda elat beton K-350 300 cm =2,5 ton =2,5 ton 20 cm =4 ton 1 20 cm 3 600 cm a. Denah pelat dan pembebanan =4 ton Model tumpuan pegas Koperan 25x50 cm 1 300 cm b. enampang melintang pelat tanpa koperan Gambar 6. emodelan struktur perkerasan kaku 1 300 cm c. enampang melintang pelat dengan koperan Lendutan pelat pada pembebanan sudut Hasil analisis ditampilkan dalam grafik hasil lendutan pelat pada potongan melintang akibat pembebanan sudut beban 8 ton dengan variasi tebal pelat 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm dan 35 cm pada nilai CBR 10% dan mutu beton K350 dengan kondisi tanpa koperan dan menggunakan koperan. Nilai lendutan dari hasil analisis disajikan pada gambar 7. 153

a. Lendutan pada pelat tanpa koperan b. Lendutan pada pelat dengan koperan Gambar 7. Lendutan pelat pada pembebanan sudut Dari hasil lendutan maksimum, pada kondisi pelat tanpa koperan lendutan maksimum terbesar pada tebal 15 cm, kemudian diikuti pada tebal 20 cm, 25 cm, 30 cm dan 35 cm. ada kondisi pelat dengan koperan lendutan maksimum terbesar pada tebal 15 cm, kemudian diikuti pada tebal 20 cm, 25 cm, 30 cm dan 35 cm. Hasil lendutan antara pelat tanpa koperan dan pelat dengan koperan pada variasi tebal pelat seperti gambar berikut: a. Lendutan pada pelat tebal 15 cm b. Lendutan pada pelat tebal 20 cm c. Lendutan pada pelat tebal 25 cm d. Lendutan pada pelat tebal 30 cm 154

ANALISIS LENDUTAN ERKERASAN KAKU ADA EMBEBANAN SUDUT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Farid Yasir et al. e. Lendutan pada pelat tebal 35 cm Gambar 8. Lendutan pelat dengan variasi tebal pada kondisi tanpa koperan dan menggunakan koperan Tabel 1. erbandingan lendutan posisi pembebanan sudut (CBR 10%, K350, beban 8 ton) Tebal (cm) Lendutan maksimum (mm) elat Tanpa Koperan elat Dengan Koperan Selisih % 15-20.876-12.032 42.36 20-16.491-11.110 32.63 25-13.782-10.413 24.45 30-11.928-9.780 18.01 35-10.569-9.182 13.13 Berdasarkan tabel 1 dapat diuraikan sebagai berikut: a. osisi pembebanan sudut dengan kondisi pelat tanpa koperan menghasilkan lendutan maksimum terbesar pada pelat dengan tebal 15 cm sebesar 20,876 mm dan lendutan maksimum terkecil pada pelat dengan tebal 35 cm sebesar 10,659 mm. b. osisi pembebanan sudut dengan kondisi pelat menggunakan koperan menghasilkan lendutan maksimum terbesar pada pelat dengan tebal 15 cm sebesar 12,032 mm dan lendutan maksimum terkecil pada pelat dengan tebal 35 cm sebesar 9,182 mm. c. Lendutan maksimum pada pelat tebal 15 cm tanpa koperan sebesar 20,876 mm dan pelat dengan koperan sebesar 12,032 mm atau mengalami penurunan sebesar 42,36% d. Lendutan maksimum pada pelat tebal 20 cm tanpa koperan sebesar 16,491mm dan pelat dengan koperan sebesar 11,110mm atau mengalami penurunan sebesar 32,63% e. Lendutan maksimum pada pelat tebal 25 cm tanpa koperan sebesar 13.782 mm dan pelat dengan koperan sebesar 10,413mm atau mengalami penurunan sebesar 24,45 % f. Lendutan maksimum pada pelat tebal 30 cm tanpa koperan sebesar 11,928 mm dan pelat dengan koperan sebesar 9,780 mm atau mengalami penurunan sebesar 18,01% g. Lendutan maksimum pada pelat tebal 35 cm tanpa koperan sebesar 10,569 mm dan pelat dengan koperan sebesar 9,182 mm atau mengalami penurunan sebesar 13,13% h. rosentase penurunan antara pelat tanpa koperan dan pelat dengan koperan terbesar terjadi pada pelat tebal 15 cm yaitu sebesar 42,36% dan semakin turun dengan bertambahnya tebal pelat sampai penurunan terkecil terjadi pada pelat tebal 35 cm yaitu sebesar 13,13%. 155

4. SIMULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Tebal pelat berpengaruh pada lendutan untuk pembebanan sudut, semakin tebal pelat, lendutan yang terjadi semakin kecil. Hal ini karena semakin tebal pelat, kekakuan pelat semakin tinggi sehingga lendutan menjadi berkurang. b. ada pembebanan sudut, pengaruh koperan dalam mereduksi lendutan semakin turun dengan bertambahnya tebal pelat. c. enggunaan koperan dapat mereduksi lendutan pada pembebanan sudut sehingga dapat diperoleh tebal perkerasan yang lebih kecil, sebagaimana dalam hasil analisis dengan pelat tanpa koperan tebal 35 cm diperoleh lendutan maksimum sebesar 10,659 mm dan pelat tebal 25 cm dengan koperan diperoleh lendutan maksimum sebesar 10,413 mm. REFERENSI Anonim, (1997). Jalan No. 038/TBM/1997, Tata Cara erencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Departemen ekerjaan Umum Firdaus. W, 2010, rediksi erilaku elat Beton Di Atas Tanah Lunak Menggunakan Metode Boef (Beams On Elastic Foundation) Ditinjau ada Variasi Tebal elat Beton Dan Nilai embebanan. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Hardiatmo, H.C. (2007). Kajian Sebab-sebab Kerusakan erkerasan Jalan di Ruas Jalan Demak-Kudus Terkait dengan Karakteristik Tanah Dasar (Subgrade), Konferensi Nasional /Transportasi & Geoteknik, Surakarta, Februari 2007, 116-120. Hardiatmo, H.C. (2010). Metode Hitungan Lendutan, Momen dan Gaya Lintang Sistem Cakar Ayam Untuk erancangan erkerasan Jalan Beton, Dinamika Teknik Sipil, 10 (1), 27-33. Hilyanto, R.R. (2013). Simulasi erilaku elat Beton Sebagai erkerasan Kaku Di Atas Tanah Subgrade dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga. e-jurnal Matriks Teknik Sipil, 1 (4), 424-431. Islam, M. (2014). Using Of Finite Element In Developing A New Method For Rigid avement Analysis, International Journal of Civil Engineering And Technology (IJCIET), 5 (5), 69-75. Janco, R. (2010). Solution Methods for Beam and Frames on Elastic Foundation Using the Finite Element Method, International Scientific Conference MSFE, Ostrava, Czech Republik, 13 September 2010. Maske, N. A, Anandkumar, A & Majumder, A. (2013). Analysis of rigid pavement stresses by Finite Element Method & Westergaard s Method by varying sub-grade soil properties. International Journal of Engineering Science Invention, 2 (3). Meshram, K. Goliya, H.S. & oddar, A. (2013). Stress Analysis and Determination of Effective k-value for Rigid avement. International Journal of Engineering Science and Technology, 5 (03), 468-474. uri, A. dkk, (2013). enerapan Metode Analisis Lendutan elat Terpaku ada Model Skala enuh dan Komparasi Dengan Uji embebanan. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7), Surakarta, 24-26 Oktober 2013, G-201-G-211. Suryawan, Ary, (2009). erkerasan jalan Beton Semen ortland. Beta Offside. Yogjakarta 156