BAB I PENDAHULUAN. Federal merupakan sebuah kata yang sering diungkapkan orang dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peneliti menggunakan metode sejarah dalam penelitian skripsi yang berjudul

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis mencoba untuk memaparkan berbagai langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

M PERANAN HASAN SADIKIN DALAM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini mengkaji tentang upaya penerimaan konsep equality oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB III METODE PENELITIAN. berjudul Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan Louis XV

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Federal merupakan sebuah kata yang sering diungkapkan orang dalam melihat sebuah bentuk negara. Setiap negara dari suatu bangsa pada umumnya didirikan melalui proses penyatuan. Dalam konteks ini, proses penyatuan merupakan suatu alasan sekaligus pendekatan atau cara membentuk negara termasuk di dalamnya membentuk negara federal. Dalam pembentukan dan pertumbuhan negara federal, prosesnya bisa berjalan lambat atau cepat tergantung pada faktor eksternal dan internal yang dihadapi oleh bangsa tersebut. Menurut Riker (Prasojo, 2005: 134-136) faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan negara federal adalah tekanan militer dan diplomasi. Sebaliknya, faktor internal yang melatarbelakangi pembentukan negara federal adalah motif ekonomi. Adapun, proses pembentukan negara federal melalui perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara federal seringkali disebabkan oleh kekuatan-kekuatan internal. Keinginan membentuk negara federal paling tidak diawali dengan dua kejadian sebelumnya. Pertama, tingkat sentralisasi kekuasaan yang sangat tinggi. Kedua, kekuatan sentrifugal yang disebabkan perbedaan-perbedaan tajam antar kelompok yang dapat mengarah kepada gerakan yang bersifat kedaerahan dan pemisahan. Beberapa kekuatan internal yang mendorong perubahan bentuk negara 1

dari kesatuan menjadi negara federal diantaranya adalah perbedaan budaya, bahasa, sejarah, dan pertumbuhan ekonomi antar kelompok masyarakat. Konsepsi federalisme lahir pada zaman Yunani kuno, kemudian muncul kembali pada abad pertengahan dibeberapa kota Italia, dan terus berkembang dalam konfederasi Swiss (Switzerland) abad ke-13. Perkembangan mengenai konsepsi federalisme secara rincinya dipaparkan oleh C. F Strong (Riyanto, 2006: 32) sebagai berikut; Federalism, in some form or other, has its roots in the remote past, for it was not unknown among the City-State of Ancient Greece. We find it again in the middle age among some of the cities of Italy, and indeed, since the thirteents century its history has been continous in the development of the Swiss Confederation, wich was born when the three Forest Cantons banded themselves together for protection in 1291. It is the basis of the political organization of several states today-states as divergent in situation and tradition as Yugoslavia and the United States, Mexico and Australia. ( Federalisme, dalam satu bentuk atau bentuk lainnya, telah ada di masa lalu, yaitu sejak zaman negara kota Yunani kuno. Federalisme juga muncul kembali pada abad pertengahan di beberapa kota Italia, dan terus berkembang dalam Konfederasi Swiss abad ke-13, yang lahir ketika Kanton Hutan bergabung untuk menciptakan perlindungan tahun1291. Organisasi politik ini merupakan cikal bakal bagi beberapa negara, seperti Yugoslavia, Amerika Serikat, Meksiko, dan Australia). Negara federal atau dikenal dengan bentuk negara serikat, memiliki daya tarik tersendiri yang membuat berbagai kalangan mengkaji, bahkan berusaha menerapkannya. Daya tarik tersebut lahir karena dalam konsep federalisme, setiap negara-negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, selama tidak bertentangan dengan UUD negara federal. 2

Selain itu setiap keanekaragaman yang terdapat di negara bagian akan tetap terpelihara. Sebab, negara bagian diberikan kedaulatan tersendiri dalam bentuk residual power (kekuasaan sisa). negara federal menurut Dicy (Soehino, 2005: 227) pada hakikatnya adalah suatu ikatan kerjasama yang bertujuan agar kepentingan bersama dapat tercapai, disamping itu negara-negara bagian masih tetap memiliki hak-hak serta wewenangnya. Daya tarik dan tujuan di atas, tidak serta-merta membuat konsep federal ini diterima dengan mudah dibeberapa negara. Dalam konteks Indonesia, perdebatan seputar negara federal versus negara kesatuan sangat memanas, terutama pada masa revolusi Indonesia yaitu pada tahun 1945-1949. Adanya proses perdebatan mengenai wacana tersebut membuat konstelasi politik waktu itu terbagi menjadi dua pihak yaitu yang pro dan kontra. Dalam pandangan beberapa tokoh yang pro terhadap bentuk negara federal, memandang bahwa dengan diterapkannya bentuk negara federal, bisa menjamin perkembangan kehidupan sosial, budaya dan politik di daerahnya masing-masing. Salah satu tokoh pendukung terbentuknya negara federal Indonesia adalah Ide Anak Agung Gde Agung. Dalam pandangannya, dia mengatakan bahwa: NIT menganggap sistem federal dalam pembentukan susunan ketatanegaraan dan tertib hukum baru di Indonesia sebagai satu-satunya asas pemerintahan yang paling cocok untuk menjamin perkembangan tata kehidupan politik, kebudayaan dan sosial di masing-masing daerah sesuai dengan kepribadian penduduk masing-masing (Leirissa, 2006: 92). 3

Pandangan tersebut sangat wajar, sebab Ide Anak Agung Gde Agung pernah merasakan pengalaman pahit dengan penerapan sistem sentralisme pemerintahan Hindia Belanda. Sementara kalangan yang menentang Federalisme ini menganggap bahwa federalisme sebagai sebuah strategi penjajah untuk melanggengkan pemerintahannya. Untuk itu, kalangan yang kontra ini memunculkan opsi merdeka seratus persen dari pada menyetujui penerapan bentuk negara federal. Penyebabnya adalah phobia tidak terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa dan justru akan memecah persatuan bangsa ketika sistem federalisme diterapkan di Indonesia. Adanya kalangan yang pro dan kontra terhadap sistem federal ini senantiasa mengiringi perkembangan dinamika politik pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Fenomena tersebut patut dikaji lebih dalam untuk mendapatkan determinan-determinan apa yang paling dominan mempengaruhi perbedaan cara pandang diantara mereka. Termasuk menyelami pemikiran salah satu tokoh yang pro terhadap sistem federal yaitu Ide Anak Agung Gde Agung. Intisari dari pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung berupa konsep sintesa nasional yang merupakan sebuah perpaduan dari beberapa hal yang baik yang terdapat dalam dua kutub yang bertentangan. Pemikiran ini unik karena dinilai oleh beberapa kalangan sebagai bentuk terobosan pemikiran yang besar dari anak bangsa yang dapat disejajarkan dengan para diplomat dan negarawan Eropa pada waktu itu. Namun, hal tersebut tentunya harus dikaji lebih mendalam terutama berkaitan dengan landasan filosofi yang digunakan dalam pemikirannya. 4

Pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung telah melewati batas pemikiran orang pada zamannya, sehingga pada tahun 2007 dia diberi gelar pahlawan nasional. sekaligus juga dihujani kritik karena dirasa kurang pantas untuk menyandang gelar kehormatan tersebut. Walaupun demikian, dia adalah seorang pemikir hebat, yang mampu membaca situasi masa itu dengan sangat cermat. Sebagai salah seorang tokoh besar dalam sejarah Indonesia, ia merupakan tokoh yang jarang dikaji secara mendalam. Ketertarikan terhadap tokoh ini justru lahir dari seorang jurnalis (Aco Manafe), R. Z Leirissa dan Sejarawan Amerika Serikat yaitu Prof. Geoffrey Robinson. Kurangnya perhatian dari civitas akademika terhadap tokoh ini dikarenakan citra negatif yang senantiasa melekat terhadap sistem Negara federal khususnya dalam konteks Indonesia. Dalam literatur sejarah Indonesia sangat sedikit yang memuat kajian tentang Ide Anak Agung Gde Agung sehingga penilaian terhadap sosok Ide Anak Agung Gde Agung secara objektif belum dapat tergambarkan. Aco Manafe dan R. Z. Leirissa menganggap Ide Anak Agung Gde Agung sebagai seorang pejuang diplomasi ulung yang senantiasa membela Republik. Sementara beberapa tulisan lain, seperti dari Geoffrey Robinson yang berjudul The Dark Side of Paradise: Political Violence in Bali, lebih banyak menampilkan pertentangan. Robinson memandang negatif terhadap sosok Ide Anak Agung Gde Agung dan dia dicitrakan sebagai orang yang pro-belanda. Kajian yang timpang semacam itu menyebabkan adanya dua pihak yang saling berbeda pandangan terhadap sosok Ide Anak Agung Gde Agung. Padahal, penilaian terhadap sosok Ide Anak Agung hanya dapat dilakukan jika kita 5

mendalami secara jernih pemikirannya tanpa melepaskan konteks masa itu. Sehubungan dengan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung pada tahun 1946 sampai 1949. Adapun alasan untuk menulis tentang pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung didasarkan pada empat alasan. Pertama, selama ini penelitian mengenai federalisme di Indonesia masih jarang yang membahasnya, apalagi dikaitkan dengan pemikiran tokoh lokal yang menggagas ide federalisme tersebut. Kedua, karena ketertarikan peneliti terhadap kajian bentuk-bentuk Negara yang ada di dunia. Ketiga, karena kekaguman peneliti terhadap sosok Ide Anak Agung Gde Agung, baik sebagai raja Gianyar, Negarawan, ataupun diplomat. Terakhir, yaitu kempat, karena kurun waktu antara 1946-1949 dikenal sebagai masa revolusi kemerdekaan yang menggunakan dua strategi yaitu dengan diplomasi dan perang untuk mendapatkan kedaulatan negara. Adapun pemilihan tahun 1946 sebagai periode awal kajian, sebab pada tahun tersebut Ide Anak Agung Gde Agung memulai karier awal politik nasionalnya melalui konferensi Malino. Sementara itu, pemilihan tahun 1949 sebagai periode akhir kajian, sebab pada tahun tersebut telah terbentuk Republik Indonesia Serikat yang bersandar pada sistem federal. Berdasarkan empat alasan yang telah dijelaskan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji secara mendalam pemikiran dari Ide Anak Agung Gde Agung ke dalam skripsi yang berjudul Pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung Mengenai Negara Indonesia Serikat Tahun 1946-1949. Apalagi 6

selama ini belum ada literatur khusus yang membahas mengenai pemikirannya. Mayoritas literatur tentang Anak Agung Gde Agung mengkaji mengenai kiprah beliau baik itu dalam Negara Indonesia Timur (NIT) ataupun Bijeenkomst Federale Overlage (BFO). Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami maksud yang terkandung dalam judul skripsi ini, maka peneliti memberikan penjelasan tentang beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi yang dikaji. 1) Pemikiran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hasan Alwi dkk. (2002: 873) mendefinisikan pemikiran sebagai proses, cara, dan perbuatan memikir. Sementara, menurut Lorens Bagus (1996: 793) dalam Kamus Filsafat, bahwa pemikiran didefinisikan sebagai proses kegiatan mental dan hasilnya. Interpretasinya tergantung pada pandangan seseorang berkenaan dengan metafisika, universalia (hal-hal universal), dan epistemologi. Pemikiran yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah proses, cara, dan perbuatan memikir dari Ide Anak Agung Gde Agung, negarawan sekaligus diplomat ulung abad ke-20. 2) Ide Anak Agung Gde Agung Ide Anak Agung Gde Agung yang dimaksud dalam judul ini yaitu salah seorang negarawan, raja Gianyar sekaligus juga diplomat Indonesia yang berasal dari Bali pada abad ke-20. Nama Ide mempunyai arti yang mulia, ini merupakan gelar yang diberikan kepada mereka yang memerintah. Anak Agung merupakan gelar kebangsawanan yang menunjukan bahwa beliau dari kasta Ksatria. 7

Sementara itu, Gde berarti laki-laki dan Agung menunjukan bahwa beliau adalah putra sulung. Pokok pikirannya yang terkenal adalah konsep sintesa nasional. 3) Negara Indonesia Serikat a. Negara Serikat Negara federal atau Negara serikat menurut Ismatullah dan Gatara (2007: 113) adalah suatu Negara yang terdiri atas beberapa Negara bagian, tetapi setiap Negara bagian itu tidak berdaulat. Yang berdaulat adalah gabungan dari Negara-negara bagian itu. Adapun, menurut Busroh (Riyanto, 2006: 23-24) mendefinisikan Negara Serikat sebagai negara yang tersusun daripada beberapa Negara yang semula berdiri sendiri-sendiri dan kemudian Negara-negara mengadakan ikatan kerjasama yang efektif, tetapi di samping itu Negara-negara tersebut masih ingin mempunyai wewenang-wewenang yang dapat diurus sendiri. b. Indonesia Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, DEPDIKBUD (1999: 685) mendefinisikan Indonesia sebagai nama Negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak diantara benua Asia dan benua Australia. Negara Indonesia Serikat yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah Negara Indonesia yang menerapkan bentuk Negara Serikat, sehingga terdiri dari negara-negara bagian yang tidak berdaulat dan yang berdaulat hanyalah pemerintahan pusat, yaitu Republik Indonesia Serikat. 8

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan yang peneliti jadikan sebagai masalah utama dalam penelitian skripsi ini, yaitu Bagaimana Pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung Mengenai Negara Indonesia Serikat Tahun 1946-1949? Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka peneliti menentukan pula pembatasan-pembatasan masalah dengan tujuan agar lebih mengarahkan penelitian dan menghindari meluasnya pembahasan. Adapun pembatasanpembatasan tersebut dituangkan ke dalam beberapa pertanyaan, diantaranya: 1. Bagaimana latar belakang kehidupan Ide Anak Agung Gde Agung? 2. Bagaimana pokok-pokok pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung mengenai Negara Indonesia Serikat? 3. Bagaimana dampak dari pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung mengenai Negara Indonesia Serikat terhadap lahirnya Negara Republik Indonesia Serikat? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk Pencapaian sasaran yang jelas dan terarah dalam penelitian skripsi, maka peneliti merumuskannya dalam bentuk tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan mengenai Latar belakang kehidupan dari Ide Anak Agung Gde Agung. 9

2. Untuk mengetahui landasan pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung mengenai Negara Indonesia Serikat. 3. Untuk memahami dampak dari pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung mengenai Negara Indonesia Serikat terhadap lahirnya Republik Indonesia Serikat. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Titik fokus dalam penelitian ini adalah pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung mengenai Negara Indonesia Serikat, oleh karena itu secara teoritik hasil atau manfaat yang didapat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi khasanah keilmuan sejarah terutama dalam ranah kajian sejarah intelektual, federalisme dan Negara federal. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran mengenai konsepsi federalisme agar tidak dipahami semata-mata sebagai kontra Negara kesatuan. Sebab, dalam konteks Indonesia konsep ini terlanjur termarjinalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Dapat dijadikan acuan untuk penelitian dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam. 10

1.5 Metode dan Teknik Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian Dalam pengkajian skripsi yang berjudul Pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung Mengenai Negara Indonesia Serikat Tahun 1946-1949, peneliti menggunakan metode historis. Menurut Helius Sjamsudin (2007: 13) bahwa Metode adalah suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti. Sementara metode historis adalah proses pengujian dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan pada masa lampau (Gottschalk, 1986: 32). Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode historis karena permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah permasalahan sejarah terutama berkaitan dengan pemikiran tentang negara federal. Dalam Sjamsuddin (2007: 89) diuraikan enam langkah yang harus ditempuh dalam melakukan penelitian sejarah yaitu. 1. Memilih suatu topik yang sesuai. 2. Mengusut semua eviden (bukti) yang relevan dengan topik. 3. Membuat catatan yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung. 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah berhasil dikumpulkan (kritik sumber). 5. Menyusun hasil penelitian ke dalam pola yang benar atau sistematika tertentu. 6. Menyajikan dan mengkomunikasikannya kepada pembaca dalam suatu cara yang menarik perhatian, sehingga dapat dimengerti. 11

Dari seluruh langkah tersebut, tahapan memilih topik, menyusun semua bukti-bukti sejarah dan membuat catatan dimasukan kedalam tahap heuristik. Sementra itu, mengevaluasi semua bukti-bukti sejarah termasuk tahap kritik dan terakhir menyusun hasil penelitian serta mengkajinya termasuk tahap historiografi (Sjamsuddin, 2007: 155). Adapun, Ketiga tahapan ini diuraikan sebagai berikut: 1. Heuristik (Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah) Ini merupakan tahap awal dengan mencari dan mengumpulkan sumbersumber sejarah yang relevan dengan masalah atau judul yang akan dikaji. Peneliti berusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber primer maupun sumber sekunder yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini. 2. Kritik Ekternal dan Internal (menilai sumber sejarah) Pada tahap ini peneliti mulai melakukan seleksi dan penilaian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Kritik yang dilakukan ini meliputi dua aspek yaitu aspek eksternal yang digunakan untuk menilai otentitas dan integritas dari sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Aspek internal digunakan untuk melihat dan menguji dari dalam mengenai reliabilitas dan kredibilitas isi dan sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Dari proses kritik ini sumber-sumber sejarah selanjutnya di sebut fakta-fakta sejarah. 3. Interpretasi (menafsirkan sumber sejarah) dan Historiografi Pada tahap ini, peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari hasil kritik eksternal maupun internal. Fakta-fakta dihubungkan, disusun dan dianalisis sehingga diperoleh penjelasan yang sesuai dengan pokok permasalahan. Selanjutnya peneliti menyajikannya dalam bentuk 12

tulisan yang disebut historiografi. Historiografi merupakan proses penyusunan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan. 1.5.2 Teknik Penelitian Dalam pengkajian skripsi yang berjudul Pemikiran Ide Anak Agung Gde Agung Mengenai Negara Indonesia Serikat Tahun 1946-1949, peneliti menggunakan teknik studi literatur. Teknik studi literatur merupakan cara mempelajari sumber-sumber yang terkumpul dalam bentuk tulisan atau sumber tertulis lainnya yang relevan dan dapat mendukung peneliti dalam memecahkan permasalahan yang dikaji. Setelah literatur terkumpul, serta fakta-fakta yang telah ditemukan dianggap memadai untuk penelitian ini, maka hal tersebut akan mempermudah proses penelitiannya. Sementara itu, dalam menulis kutipan, peneliti menggunakan sistem Harvard. Hal ini dikarenakan, sistem Harvard merupakan sistem yang lazim digunakan oleh mahasiswa UPI dalam proses pengkutipan sumber serta mudah dipraktekannya. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penulisan skripsi ini, berikut peneliti cantumkan sistematika penulisannya, yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan kerangka pemikiran yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah, merupakan konsepsi-konsepsi awal yang mengantarkan 13

peneliti pada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan dalam upaya penulisan skripsi ini, termasuk berbagai alasan yang membuat peneliti memilih tema skripsi ini. Rumusan masalah, merupakan rumusan-rumusan pertanyaan yang disusun peneliti untuk membatasi, memudahkan, sekaligus memfokuskan penelitian. Tujuan penelitian, yang mencakup maksud atau sasaran yang hendak dicapai peneliti dalam upaya penelitian skripsi ini. Manfaat penelitian, merupakan garis besar kegunaan-kegunaan penelitian atau manfaat yang ingin diharapkan dari penelitian ini. Metodologi penelitian, merupakan garis besar cara kerja yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Sistematika penelitian, merupakan susunan dari kegiatan-kegiatan penelitian dan penjelasan secara umum dari masing-masing kegiatan. Bab II merupakan tinjauan kepustakaan dan landasan teoritis. Bab ini menguraikan telaahan terhadap berbagai literatur yang akan digunakan dalam penelitian skripsi ini. Termasuk di dalamnya juga dapat berupa kajian terhadap teori-teori yang dianggap relevan dalam memberikan penjelasan, pemaknaan dan analisis terhadap masalah yang ada. Pada tahap ini peneliti memberikan pemaparan dan rujukan dari berbagai referensi dan teori yang dianggap relevan untuk digunakan dalam penelitian skripsi ini. Buku yang dijadikan rujukan oleh peneliti dalam bab ini, antara lain adalah buku-buku yang berhubungan dengan negara federal seperti buku karya 14

Prasojo dan karya Hendratno, serta karya-karya dari Ide Anak Agung Gde Agung sendiri agar mampu menyelami pemikirannya secara komprehensif. Bab III merupakan metodologi penelitian. Pada bab ini akan diuraikan cara kerja yang berisi tahapan-tahapan yang digunakan peneliti dalam menyusun skripsi ini. Tahapan-tahapan itu mencakup: Heuristik, yaitu proses mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan bahan kajian. Kritik, yaitu proses menilai dan mengolah sumber-sumber sejarah yang telah ditemukan agar dapat menjadi fakta sejarah yang dapat digunakan dalam proses penyusunan karya tulis. Kemudian, penelitian dan interpretasi (historiografi), yaitu proses menafsirkan fakta-fakta sejarah untuk ditulis menjadi karya tulis ilmiah. Bagian ini merupakan pemaparan terperinci dari garis besar metodologi penelitian yang digunakan. Sedangkan teknik penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu studi literatur, berupa telaahan terhadap buku-buku atau tulisantulisan yang relevan dengan kajian permasalahan dalam skripsi ini. Sementara itu sistem penelitian yang dipakai menggunakan sistem Harvard. Bab IV merupakan pembahasan atau isi. Bab ini merupakan penjelasan terhadap aspek-aspek yang dipertanyakan dalam rumusan masalah. Penjelasan pertama mengenai latar belakang kehidupan dari Ide Anak Agung Gde Agung. Penjelasan kedua mengenai bagaimana pokok-pokok pikiran dari Ide Anak Agung Gde Agung mengenai Negara Indonesia Serikat. Penjelasan ketiga mengenai dampak pemikiran dari Ide Anak Agung Gde Agung mengenai Negara Indonesia Serikat terhadap lahirnya Republik Indonesia Serikat. 15

Bab V merupakan kesimpulan. Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi interpretasi peneliti terhadap temuan-temuan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian skripsi ini. 16