BAB II UTANG-PIUTANG DALAM HUKUM ISLAM. menurut istilah fiqh, terdapat beberapa definisi yang dikedepankan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB II TRANSAKSI PINJAM MEMINJAM DALAM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

SET KEDUA. Jawab semua soalan. Baca dialog, kemudian jawab soalan-soalan

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB II TABUNGAN ZAKAT AL-WADI< AH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL WADI< AH PADA TABUNGAN ZAKAT DI PT. BPRS BAKTI MAKMUR INDAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah perubahan. Sekedar contoh, dalam sejarah manusia telah terjadi

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG YANG DIALIHKAN SYARIAH KCP DIPONEGORO SURABAYA

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi menjadi kepulauan-kepulauan. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB II LANDASAN TEORI A. HUTANG PIUTANG MENURUT HUKUM ISLAM. Secara bahasa qard{ berarti al-qat{ yang artinya potongan

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB I PENDAHULUAN. dan konsep muamalah yang diajarkan oleh syar at Islam. Islam sebagai

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAHARUAN AKAD NIKAH SEBAGAI SYARAT RUJUK

JABATAN PELAJARAN TERENGGANU SUMATIF 2 SIJIL PELAJARAN MALAYSIA 2013 PENDIDIKAN ISLAM

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ISTISHNA. atas dasar saling merelakan, atau jual beli merupakan pemilikan harta benda

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

Bacaan Tahlil Lengkap

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG UTANG PIUTANG. Utang piutang dalam istilah Arab sering disebut dengan ad-dain (jamaknya

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB II GADAI DALAM HUKUM ISLAM. etimologi mengandung pengertian menggadaikan, merungguhkan. 1

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

Bab 1 PENDAHULUAN. QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

BAB IV SUMBER DANA DAN SYARAT PADA AKAD QARDHUL HASAN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG GUBENG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

Transkripsi:

18 BAB II UTANG-PIUTANG DALAM HUKUM ISLAM A. Al-Qard 1. Pengertian Al-Qard Secara etimologi al-qard berarti al-qat u yang artinya memotong, 1 dikatakan demikian karna harta yang dimiliki oleh orang yang memberi pinjaman terpotong karena diberi kepada orang yang meminjam. Sedangkan menurut istilah fiqh, terdapat beberapa definisi yang dikedepankan oleh fuqaha mengenai al-qard sebagaimana berikut: 2 a. Menurut kalangan Malikiyah: الق ر ض ه و أ ن ي د ف ع شخ ص لا خ ر ذ ل ك ال ع و ض م خا ل فا ل ما د ف ع ه لا ي ك و ن ن أ ط ر ش ب ما ل ي ة م ة ق ي ش ي ي ا ل ه Artinya: Al-qard ialah pembayaran seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu yang memiliki nilai materi dengan tanpa kelebihan syarat pengemabalian hendaknya tidak berbeda dengan pembayaran. b. Menurut kalangan Hanafiyah: الق ر م ث ل يا م ث لي ل ت ت قا ضي م ث ل ه ف ي ما ل ن م ط ي ه ما ت ع ه و ض ن و ي ك ن أ ض ر ال ق ي ف ط ر ش ت 1 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hal. 337. 2 Abd Al-Rahman Al-Jazairi, Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al- Arba ah, (Beirut: Dar Al-Kutub Al- Ilmiyah, 2003), hal. 303-304. 18

19 Artinya: Al-qard ialah pemberian harta tertentu untuk dikembalikan sesuai padanannya, dan disyaratkan agar pinjaman berupa sesuatu yang serupa. c. Menurut kalangan Syafi iyah: م ث ل ه ر د ي ن ع لى أ ي ء ال ش ك ت م ل ي ض و ه و ر ال م ق ي ء عا ب م ع نى ال ش ر ش ق ط ل ي ض ر الق Artinya: Al-qard menurut syara berarti sesuatu yang dihutangkan, yaitu pemberian kepemilikian sesuatu dengan pengembalian yang serupa. d. Menurut kalangan Hanbilah: ب د ل ه ر د و ي ب ه ي ن ت ف ع ن ل م ما ل د ف ع ض ر الق Artinya: Al-qard ialah pembayaran harta kepada orang yang ingin memanfaatkannya dan dikembalikan sesuai padanannya. Di samping beberapa definisi tersebut di atas, terdapat definisi lain yang mengatakan bahwa al-qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan dengan tanpa mengharapkan imbalan. 3 Dari beberapa definisi al-qard tersebut di atas baik secara etimologi maupun terminologi, dapat dipahami bahwa al-qard adalah suatu transaksi antara seseorang dengan orang lain dengan memberikan pinjaman berupa harta yang memiliki kesepadanan untuk dikembalikan sesuai dengan jumlah yang diberikan tanpa adanya tambahan. 3 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syari ah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001) hal. 131.

20 Adapun mengenai barang-barang yang dapat dijadikan al-qard terdapat beberapa pendapat para ulama, sebagai berikut: 4 a. Ulama Hanafiyah berpendapat qard dipandang sah pada harta mitsil, yaitu sesuatu yang tidak terjadi perbedaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai. Di antara yang dibolehkan adalah benda-benda yang ditimbang, ditakar atau dihitung. Qard selain perkara di atas dipandang tidak sah, seperti hewan, benda-benda yang menetap di tanah dan lainlain. b. Ulama Malikiyah, Syafi iyah, dan Hanabilah membolehkan qard pada setiap benda yang tidak dapat diserahkan, baik yang ditakar maupun yang ditimbang, seperti emas dan perak atau yang bersifat nilai, seperti barang dagangan, hewan, atau benda yang dihitung. c. Jumhur ulama membolehkan qard pada setiap benda yang dapat diperjualbelikan kecuali manusia. Mereka juga melarang qard manfaat, seperti seseorang pada hari mendiami rumah temannya dan besoknya teman tersebut mendiami rumahnya, tetapi Ibn Taimiyah membolehkannya. 2. Dasar Hukum Al-Qard Sebagaimana diketahui, bahwa al-qard merupakan salah satu bentuk transaksi yang dilakukan dengan cara pinjam meminjam atau utang piutang dalam bermuamalah. Dalam al-qard terdapat unsur saling tolong menolong 4 Rahmat Syafi i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 154-155.

21 antar sesama, yang kaya menolong yang miskin, yang mempunyai kelebihan memberi pertolongan kepada yang kekurangan, yang tidak membutuhkan memberi bantuan kepada yang membutuhkan, dan lain sebagainya. Dalam hukum Islam, al-qard merupakan salah satu bentuk muamalah yang dianjurkan dan diperbolehkan. Hal tersebut dapat dipahami melalui beberapa nas baik al-qur an maupun hadits, sebagai berikut: 1. Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 245: 5 م ن ذا ا ل ذ ي ي ق ر ض ا الله ق ر ضا ح س نا ف ي ضا ع ف ه ل ه أ ض عا فا آ ث ي ر ة وا الله ي ق ب ض و ي ب ص ط و إ ل ي ه ت ر ج ع و ن Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepanya-nya lah kamu dikembalikan. 2. Firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 2: 6 و ت ع او ن و ا ع ل ى الب ر و ال تق و ى و لا ت ع او ن و ا ع ل ى الا ث م و ال ع د و ان و ا تق و ا االله إ ن االله ش د ي د الع ق اب Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. 3. Firman Allah dalam Surat Al-Hadid ayat 11: 7 م ن ذ ا ا لذ ي ي ق ر ض االله ق ر ض ا ح س ن ا ف ي ض اع ف ه ل ه و ل ه أ ج ر آ ر ي م 5 Majma Al-Malk Fahd, Al-Qur an dan Terjahmanya dengan Bahasa Indonesia, (Al-Madinah Al- Munawwarah: Majma Malk Fahd, 1418 H), hal. 61. 6 Ibid., hal. 156-157. 7 Ibid., hal. 902.

22 Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. Dari beberapa firman Allah tersebut di atas dapat diketahui bahwa alqard merupakan bentuk transaksi yang diperbolehkan dan dianjurkan dalam syari at Islam bahkan seseorang yang memberi pinjaman kepada orang lain dengan pinjaman yang baik akan memperoleh bayaran yang dilipat gandakan oleh Allah. Dengan demikian seseorang yang diberi pinjaman akan tertolong dan terkurangi bebannya dan orang yang memberi pinjaman hendaknya tidak menyusahkan orang yang diberi pinjaman dengan berbagai transaksi yang merugikan seperti melebihi jumlah nilai pinjaman. Di samping beberapa firman Allah tersebut di atas, terdapat beberapa riwayat hadits Nabi yang mengindikasikan diperbolehkannya utang-piutang atau al-qard, sebagai berikut: 1. Hadits riwayat Muslim: 8 م ن ن ف س ع ن أ خ ي ه آ ر ب ة م ن آ ر ب ال د ن يا ن ف س ا الله ع ن ه آ ر ب ة م ن آ ر ب ي و م ع و ن ال ع ب د ي الق يا م ة وا الله ف ع و ن أ خ ي ه ي ما دا م ال ع ب د ف Artinya: Barang siapa membantu melonggarkan satu di antara beberapa kesulitan duniawi temannya, maka Allah akan melonggarkan satu dari beberapa kesulitannya di hari Qiamat, dan Allah adalah menolong hamba-nya selagi hamba itu mau menolong temannya. م ن أ ق ر ض الله م رت ي ن آ ان ل ه م ث ل أ ج ر أ ح د ه م ا ل و ت ص دق ب ه 9 Shahih:.2 Hadits 8 Aliy As ad, Terjemah Fathul Mu in, (Kudus: Menara Kudus, 1979), hal. 206. 9 Ibid

23 Artinya: Barang siapa memberi hutang dua kali karena Allah, maka mendapatkan pahala sebesar mensedakahkan salah satunya. Berdasarkan kedua hadits tersebut di atas dapat penulis pahami bahwa memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan merupakan bentuk muamalah yang tidak dilarang dalam syari at Islam. Pemberian pinjaman yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang yang membutuhkan merupakan bentuk saling tolong menolong yang sangat dianjurkan dan akan memperoleh balasan yang dilipat gandakan oleh Allah. Kesunnahan memberikan hutang adalah jika penghutang tidak dalam keadaan mudharat, kalau dalam keadaan mudharat maka memberikan pinjaman hukumnya wajib. Haram berhutang bagi orang yang belum mudlarat serta dari segi lahir tidak bisa diharapkan akan melunasi dengan seketika untuk yang dijanjikan pelunasannya secara kontan, dan melunasi setelah batas waktu pembayarannya untuk hutang yang ditangguhkan masa pembayarannya tersebut, sebagaimana haram pula hutang bagi orang yang diketahui secara yakin atau perkiraan bahwa akan menggunakan hasil pinjamannya untuk ma siat. 10 3. Rukun dan Syarat Al-Qard a. Rukun al-qard 10 Ibid., hal. 206-207.

24 Qard dianggap sah apabila telah memenuhi rukun qard, sebagai berikut: 11 1) Pihak yang berakad: Orang yang meminjam (Muqtaridh) & Orang yang memberikan pinjaman (muqridh) 2) Barang atau objek pinjaman (qardh) 3) Ijab qabul (sighat) b. Syarat al-qard Agar akad qard sempurna, terdapat beberapa syarat yang merupakan sahnya akad qard, sebagai berikut: 12 1) Syarat Pihak yang berakad : a) Cakap hukum ( Baligh dan Berakal ), tidak dalam keadaan gila, payah (sakit) dan perwalian, kecuali dalam kondisi darurat b) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa atau terpaksa atau dibawah tekanan. 2) Syarat Obyek (qard): a) Barang itu dapat diukur, ditimbang dan atau ditakar. Barang tersebut termasukdalam mâl mitsly. (Ulama Hanâfiyah). Sedang menurut Ulama Malikiyah, Syafi iyah dan Hanâbilah, barang yang tergolong mâl qimy, juga sah menjadi objek akad. Menurut 11 Achmad Kamal Badri, 2011, Hutang-Piutang, Ar-Rahn, Hiwalah, dan Kafalah, Makalah disajikan dalam presentasi mata kuliah fiqh muamalah, UIN, hal. 8. 12 Ibid

25 mereka mâl qimy meliputi : emas, perak, makanan, barang perniagaan, danlain sebagainya. b) Barang itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan dalam Islam (mâl mutaqawwim) 3) Syarat Akad atau sighat: a) Lafadz yang digunakan harus jelas yaitu qardh dan atau salaf. b) Bagi muqrid, akad ditujukan dalam rangka menolong muqtarid Di samping syarat-syarat di atas, qard dianggap sempurna apabila harta sudah ada di tangan atau diserah-terimakan kepada penerima hutang. Syarat ini disebut sebagai qard. B. Tatakrama Utang-Piutang Sebagaimana diketahui, bahwa manusia diciptakan di muka bumi ini agar dapat saling mengisi dan tidak saling merugikan satu sama lain. Dalam ajaran Islam, utang-piutang merupakan bentuk muamalah yang dibolehkan, tapi hendaknya harus dilakukan dengan ekstra hati-hati dalam menerapkannya. Hal tersebut dikarenakan, piutang dapat mengantarkan seseorang ke surga atau bahkan sebaliknya utang-piutang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam neraka. Oleh karena itu, dalam melakukan utang-piutang hendaknya dilakukan dengan tatakrama yang baik sehingga tidak akan terjadi unsur saling merugikan. Adapun tatakrama utang-piutang tersebut, dapat penulis uraikan sebagaimana berikut:

26 1. Utang-piutang untuk kebaikan Islam memperbolehkan utang-piutang dalam bermuamalah yaitu untuk tujuan kebaikan. Oleh karena itu tidak diperbolehkan utang-piutang baik yang memberi pinjaman maupun yang meminjam apabila digunakan untuk tujuan maksiat. Sebagaimana dikatakan dalam kitab fath al-mu in, bahwa tidak sah meminjamkan meminjamkan barang-barang yang haram pemanfa atannya, seperti misalnya alat kemaksiatan, meminjamkan kuda atau pedang kepada musuh, atau meminjamkan budak wanita yang wajahnya menarik untuk meladeni laki-laki yang bukan muhrim. 13 2. Bukti tertulis dalam utang-piutang Dalam utang-piutang hendaknya dilakukan dengan bukti tertulis agar tidak terjadi hal-hal yang saling merugikan satu sama lain di kemudian hari. Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 282: 14 ي ا يه ا ا لذ ي ا م ن و ا إ ذ ا ت د اي ن ت م ب د ي ن إ ل ى أ ج ل م س م ى ف اآ ت ب و ه و ل ي ك ت ب ب ي ن ك م آ ات ب ب الع د ل و لا ي ا ب آ ات ب أ ن ي ك ت ب آ م ا ع لم ه االله ف ل ي ك ت ب و ل ي م ل ل ا لذ ي ع ل ي ه الح ق و ل ي تق االله ر ب ه و لا ي ب خ س م ن ه ش ي ي ا ف ا ن آ ان ا لذ ي ع ل ي ه الح ق س ف ي ه ا أ و ض ع ي ف ا أ و لا ي س ت ط ي ع أ ن ي م ل ه و ف ل ي م ل ل و ل يه... Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka 13 As ad, Terjemah Fathul Mu in., hal. 310. 14 Majma Al-Malk Fahd, Al-Qur an dan Terjahmanya., hal. 70.

27 hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang yang berhutang mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah keadaanya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkannya, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Berdasarkan firman Allah tersebut di atas, dapat dipahami bahwa dalam melakukan hutang piutang hendaknya dilakukan dengan jujur dan dibuktikan dengan bukti tertulis yang dilakukan oleh orang yang memberi pinjaman atau oleh pihak ketiga. Bukti tertulis tersebut dilakukan untuk menghindari adanya perselisihan antara orang yang memberi pinjaman dan orang yang meminjam, dan agar jumlah pinjamannya tidak berkurang dan waktu pengembaliannya dilakukan tepat pada waktu yang dijanjikan. 3. Menghadirkan saksi Menghadirkan saksi merupakan suatu hal yang penting dalam utang-piutang karena dengan adanya saksi dapat mengurangi keraguan di antara orang yang memberi pinjaman dan orang yang meminjam. Allah berfirman dalam lanjutan Surat al-baqarah ayat 282: 15 و ا س ت ش ه د وا ش ه د ي ن م ن ر جا ل ك م ف ا ن ل م ي ك و نا ر ج ل ي ن ف ر ج ل وا م ر أ تا ن م م ن ت ر ض و ن م ن ال ش ه دا ء أ ن ت ض ل إ ح دا ه ما ف ت ذ آ ر إ ح دا ه ما ا لا خ رى و لا ي ا ب الش ه دا ء إ ذا ما د ع وا و لا ت س ي م وا أ ن ت ك ت ب و ه ص غ ي را أ و آ ب ي را إ لى أ ج ل ه ذ ل ك م أ ق س ط ع ن د ا الله و أ ق و م لل ش ها د ة و أ د نى أ لا ت ر تا ب وا إلا أ ن ت ك و ن ت جا ر ة حا ض ر ة ت د ي ر و ن ها ب ي ن ك م ف ل ي س ع ل ي ك م ج نا ح أ لا ت ك ت ب و ها... Artinya: Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka boleh 15 Ibid., hal. 70-71.

28 seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridloi, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan memberikan keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar samapai pada waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu, tulislah mu amalah itu kecuali jika mu amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menuliskannya. Melalui ayat tersebut di atas dapat diketahui bahwa menghadirkan saksi dalam utang-piutang merupakan suatu hal yang sangat penting karna dengan adanya dua saksi mengingatkan satu sama lain apabila pembayaran pinjaman telah tiba pada waktunya. 4. Tidak ada unsur riba Sebagaimana diketahui, bahwa dalam bermuamalah tidak diperbolehkan ada unsur riba baik dalam jual beli maupun dalam utangpiutang. Hal tersbut dapat dipahami melalui firman Allah, sebagai berikut: a. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 225: 16 و أ ح ل االله الب ي ع و ح رم الر ب ا... Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. b. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 278: 17 ي ا يه ا ا لذ ي ا م ن و ا ا تق و ا االله و ذ ر و ا م ا ب ق ي م ن ال رب ا إ ن آ ن ت م م و م ن ي ن 16 Ibid., hal. 69. 17 Ibid

29 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Berdasarkan firman Allah tersebut di atas dapat penulis pahami bahwa dalam bermuamalah tidak diperbolehkan ada unsur riba. Oleh karena itu, dalam utang-piutang hendaknya pembayaran hutang tidak boleh melebihi jumlah pinjaman karna selisih jumlah dari pinjaman dan pengembalian hutang adalah riba. Di samping itu, pelebihan pembayaran hutang yang dilakukan oleh peminjam dapat dibenarkan apabila tidak terdapat perjanjian atau paksaan sebelumnya karena pelebihan jumlah pembayaran pinjaman dapat dikategorikan sebagai hadiah asalkan tidak terdapat akad sebelumnya.