BAB II URAIAN TEORITI TENTANG PARIWISATA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG DESA WISATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA Jaka Waluya *)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

I. UMUM. Sejalan...

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN WISATA AGRARIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

DEFINISI- DEFINISI A-1

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN AGROWISATA. Jika kita tinjau lebih dalam arti dari Pariwisata itu menurut asal katanya, pari

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITI TENTANG PARIWISATA 2.1 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata Dalam dunia kepariwisataan objek dan daya tari wisata memiliki peranan penting yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi seseorang atau wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebut dalam Pasal 1 (5) industri pariwisata adalah: suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalampengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. Sedangkan batasan pengertian (terminologi) objek dan daya tarik wisata menurut undang-undang No. 9 tahun 1990 adalah : objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi wisata. Menurut pasal 4 Bab III undang-undang No.9 tahun 1990 bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri atas : a. Objek dan Daya Tarik Wisata Ciptaaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. Objek dan daya tarik wisata yang berwujud keadaan alam serata flora dan fauna adalah merupakan suatu lahan atau kawasan. Pengelolaanobjek dan daya tarik wisata ini harus dilakukan secara bijaksana,karena sumber daya wisata ini maupun ekosisitemnya sangat peka terhadap perubahanperubahan.untuk mengembangkan jenis-jenis objek dan daya tarik wisata

ini diperlukan keterlibatan berbagai unsur. Unsur-unsur ini perlu digali dan dipahami, sehingga pendekatan langkah untuk pengembangannya dapat dilakukan secara tepat. Di dalam pemanfaatan sumber daya alam dapat dibedakan pada berbagai bentuk dan karakteristik, antara lain : padat, cair, gas, maupun sinar. Sifat-sifat dari sumber daya alam memiliki aneka ragam bentuk sehingga sangat sulit untuk mengelola. Di sinilah kadanag-kadang pengelola melakukan manipulasi habitat (tempat hidup). Karena tidak ada makhluk yang hidup sendiri tanpa bantuan makhluk hidup lainnya. Objek dan daya tarik wisata Tuhan ciptaan yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna memiliki daya tarik yang relatif tinggi bagi wisatawan. Apa yang menarik pada saat sekarang mungkin di masa silam dan masa yang akan datang kurang menarik bahkan mungkin sama sekali tidak menarik atau sebaliknya. Hal ini bisa saja terjadi pada waktu kunjungan wisatawan, pada kunjungan pertama objek dan daya tarik tersebut sangat menarik, namun pada kunjungan berikutnya menjadi tidak menarik lagi. Daya tarik yang terdapat pada objek dan daya tarik wisata berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, menurut kodrat dan kejadian sumber daya alam dan ekosistemnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, (Direktorat Jenderal Pariwisata, 1984) antara lain : 1. Objek dan daya tarik wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan, dan peternakan. 2. Objek dan daya tarik wisata laut,pantai, sungai, dan danau. 3. Objek dan daya tarik wisata goa, gunung, lembah, dan lain sebagainya

Daya tarik suatu objek merupakan suatu modal utama yang dapat digunakan untuk pengembangannya. Hal ini disebkan bahwa dauya tarik tersebut sebagai potensi utama yang menyebabkan pengunjung datang. b. Objek dan Daya Tarik Wisatawan Berupa Hasil Karya Manusia Objek dan daya tarik hasil karya manusia adalah berupa pemanfaatan berbagai jenis kegiatan manusia dan hasil kreasinya yang diciptakan daripemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang dijadikan sasaran wisata. Pemanfaatan interaksi manusia dengan budayanya memiliki keanekaragaman antar lain: a. Peninggalan sejarah purbakala b. Aneka ragam budaya a. Seni tari dan musik b. Seni Drama c. Upacara agama dan kepercayaan d. Upacara perkawinan e. Acara acara yang menyangkut adapt- istiadat dan kebiasaan tradisional f. Upacara pemakaman g. Tata cara dan tata krama kehidupan tardisional (way of life) c. Hasil kerajinan tangan dan karya arsitektur.

2.2 Proses Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Pengembangan objek dan daya tarik wisata adalah merupakan rangkaian kegiatan yang kompleks ( tidak sederhana ), karena menyangkut ruang lingkup keadaan alam, flora dan fauna dan segala sesuatu yang terlindung pada kehidupan manusia. Dalam rangka pengembangan objek dan daya tarik wisata diperlukan kebijaksanaan dan strategi yang benar- benar dapat dijadikan acuan atau panduan bagi pengembangan sektor lainnya dengan tidak mengabaikan keselamatan lingkungan dan tidak memilki dampak negatif terhadap kehidupan budaya yang ada. Objek dan daya tarik wisata didefinisikan sebagai perwujudan dari ciptaaan Tuhan yang Maha Esa dan buatan manusia yang memilki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok dasar, ( Dephub, Dirjen pariwisata, petunjuk pengembangan, 1981-1982, hal 4 ) yaitu: a. Sumber yang bersifat alamiah (Natural Resources) b. Sumber buatan Manusia ( Man made Resouuces) c. Sumber-sumber yang bersifat manusiawi (Human Resouces) Dalam hubungannya dengan ketiga kelompok objek dan daya tarik wisata di atas, disadari bahwa fungsi dan wewenang untuk pengelolaan sangat tergantung pada hubungan kerjasama antara dunia usaha (swasta), pemerintah dan masyarakat.

Objek dan daya tarik wisata adalah merupakan suatu potensi yang kuat untuk mendorong wisatawan kesuatu Negara maupun suatu daerah tujuan wisata. Melihat tersebut pengembangan dan pemeliharaan objek dan tujuan wisata sangat diperlukan dengan tidak melupakan upaya pelestarian lingkungan, alam dan kebudayaan, dan suku-suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Keanekaragaman objek dan daya tarik wisata yang dimiliki adalah merupakan alam dan kekayaan kehidupan manusia yang dimiliki sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai daya tarik bagi wisatawan dan dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan serta memperluas produk pariwisata dengan tanpa meningggalkan azas-azas pelestariannya. Untuk menjaga kelestarian suatu objek dan daya tarik wisata pengembangan suatu objek wisata meliputi 5 maksud dasar (Hadinoto kusudianto,perencanaan pengembangan destinasi pariwisata,1996,hal 100) yaitu: 1. Identifikasi pendekatan alternative dari: pemasaran, pengembangan, organisasi industry wisata, pelayanan pendukung dan aktivitas. 2. Penyesuaian terhadap yang tak tersangka, yaitu mengenai kondisi ekonomi umum, situasi enerji, nilai-nilai dan pola hidup, keuntungan besar industri tertentu. 3. Mempertahankan keunikan, yaitu : ciri khas alam dan sumber daya, kebudayaan lokal, dan kehidupan tradisional, arsitektur lokal, monument sejarah.

4. Mengkreasikan keinginan, seperti meningkatkan kesadaran akan keuntungan wisata, menciptakan citra yang jelas dan positif dari kawasan destinasi. 5. Mencegah yang tidak diinginkan, seperti pertentangan dan persainngan dari para operator, sikap bermusuhan dan tidak ramah dari penduduk setempat. Manfaaat Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Makin meningkatnya pendapatan sebagian besar masyarakat sebagai hasil dari pembangunan, semakin banyak orang yang dapat memenuhi kebutuhankebutuhan hidup primer, sekunder, tersier. Selain itu perkembangan teknologi yang sangat pesat memudahkan manusia untuk mengadakan hubungan komunikasi antara satu dengan yang lainnya tanpa terikat oleh jarak lagi. Hal ini juga mengakibatkan munculnya berbagai jenis pekerjaan baru yang dilakukan manusia. Kini manusia semakin sibuk dan mengakibatkan ketegangan urat syaraf, banyaknya pikiran dan gangguan psikis lainnya. Untuk itu manusia memerlukan adanya rekreasi atau wisata. Untuk melayani hal tersebut maka suatu perencanaan, pengelolaan dan tentu saja objek dan daya tarik wisata yang sehat sangat diperlukan. Perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan serta pengelolaan objek daya tarik wisata di suatu tempat atau daerah tujuan wisata dituntut dengan berbagai syarat tertentu, ( Tourism Development plan, Direktorat jenderal pariwisata 1986) antara lain:

a. Harus dijaga agar tidak merusak lingkungan hidup, tata krama kehidupan serta adat istiadat masyarakat sekitarnya. b. Harus mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya serta pemerataan pendapatan dan pengembangan. c. Harus memperhatikan prinsip-prisip pelestarian, nilai-nilai hidup masyrakat sekitarnya d. Harus bermanfaat bagi yang mengunjunginya sehingga tetap menarik 2.2 Pengelolaan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata Tanpa adanya pengelolaan yang baik, objek dan daya tarik wisata tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan seperti yang di kehendaki oleh kebijaksanaan atau persyaratan-persyaratan di atas. Di dalam pelaksanaan studi rencana pengembangan suatu objek dan daya tarik wisata, tidak cukup hanya disiapkan rencana fisik saja, akan tetapi harus disertai dengan rencana pengelolaan serta persiapan sumber daya manusia yang akan menjadi pengelola dan pelaksana serta hal-hal pendukung lainnya. Pada tahun-tahun pertama, objek dan daya tarik wisata yang masih baru belum banyak dikenal, sehingga para pengunjung dapat di pastikan belum cukup banyak.oleh karena hal tersebut penyediaan biaya operasi sangat diperlukan. Pada umumnya biaya pengelolaan suatu objek dan daya tarik wisata tidak cukup apabila hanya didasarkan pada hasil penerimaan dari tiket tau karcis masuk ( entrance fee) dari pengunjung saja. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya diusahakan sumber dana yang lain seperti penyediaan akomodasi, restoran, souvenir shop,

panggung atraksi pergelaran budaya atau atraksi lainnya dan jenis-jenis usaha pariwisata lainnya. Dengan adanya sumber pembiayaan yang pasti dan kontiniu, maka fungsi dan daya tarik wisata akan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Cara lain yang dapat ditempuh antara lain adalah dengan bekerja sama antara satu dengan unsure pemerintah dan swasta. Hal ini perlu karena adanya pembagian yang jelas tentang seluruh wewenang dan tanggungjawab pengelolaan diserahkan kepada swasta sebab pada umumnya hal-hal lain yang dapat menunjang dan menjamin kelancaran kegiatan untuk pemanfaatan objek dan daya tarik wisata kurang mendapat perhatian, sehingga objek dan daya tarik wisata serta lingkungannya dan aksebilitas ke objek dan daya tarik wisata tersebut kurang diperhatikan dan cenderung kurang dipelihara. Objek dan daya tarik wisata disamping sebagai aset juga merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Objek dan daya tarik wisata juga dapat digunakan sebagai wahana informasi, pusat dokumentasi dan pusat penelitian bagi manusia agar mengenal, mengagumi dan mencintai segala potensi yang ada. Dari penjelasan penjelasan tersebut bahwa objek dan daya tarik wisata yang memilki ciri khas perlu mendapat perhatian secara khusus untuk peningkatan serta pengembangannya dan perlu memperhatikan kelestariannya. Pada pengelolaan objek dan daya tarik wisata kadang-kadang memang dihadapkan pada adanya perubahan selera pengunjung atau tingkat elastisitasnya cukup tinggi, meningkatkan persaingan dengan objek dan daya tarik wisata lainnya, sehingga jumlah pengunjung mengalami penurunan.

Dalam menghadapi situasi yang demikian, pengelola harus cepat tanggap dan kreatif untuk dapat menyesuaikan produk-produk dengan selera pengunjung, misalnya, mengadakan perubahan penyajian dalam pelaksanaan promosi sehingga objek dan daya tarik wisata tersebut dapat dihidupkan kembali dengan produk baru yang disesuaikan dengan kecenderungan minat calon pengunjung yang dominan pada saat itu. Hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan mengadakan proses pelaksanaan pemasaran dan pengembangan produk yang dapat menyentuh selera dan keinginan pengunjung tanpa mengorbankan prinsipprinsip dasar yang telah ditetapkan. Pengusahaan Objek Dan Daya Tarik Wisata Menurut undang-undang No. 9 tahun 1990, pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata dapat dilakukan oleh pemerintah dan swasta yang memiliki badan usaha atau perseorangan. Dalam melakukan kegiatan usaha tersebut harus berdasarkan izin serta syarat-syarat pengusahaan dan ketentuan lain mengenai pelaksanaan kegiatan pengusahaannya diatur oleh pemerintah. Usaha Objek dan Daya Tarik Wisata dalam melaksanakan kegiatan perusahaannya memiliki kewajiban-kewajiban sebagai berikut : a. Memberikan perlindungan kepada setiap pengunjung Objek dan Daya Tarik Wisata. b. Memenuhi segala peraturan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata No. Kep. 18/U/II/88 tentang pelaksanaan ketentuan Objek dan Daya Tarik Wisata. c. Mentaati segala ketentuan perundang-undangan yang menyangkut tenaga kerja dan kegiatan usaha.

d. Menjalankan usahanya harus sesuai dengan norma-norma dan tata cara pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata. e. Menjaga martabat Objek dan Wisata antara lain mencegah dan melarang kegiatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penggunaan narkoba serta menerapkan unsure-unsur Sapta Pesona secara mutlak. Kegiatan pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata menurut undangundang No. 9 tahun 1990 adalah : kegiatan usaha yang meliputi membangun dan mengelola Objek dan Daya Tarik Wisata beserta prasaran dan saran yang diperlukan dan atau kegiatan yang mengelola Objek dan Daya Tarik Wisata yang telah ada. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu : a. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam, usaha ini adalah usaha yang memiliki kegiatan pada pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Tata Lingkungan untuk dijadikan sebagai sarana wisata. b. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya, usaha ini adalah usaha-usaha yang memiliki kegiatan pada pemanfaatan seni budaya bangsa untuk dijadikan sebagai sarana wisata. c. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Khusus, usaha ini adalah usaha yang memiliki kegiatan pada pemanfaatan Sumber Daya Alam dan potensi seni budaya untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata.

Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata yang berintikan kegiatan diperlukan pengamanan keselamatan Wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, ketertiban dan ketentraman masyarakat. 2.3 Dampak Pembangunan Pariwisata Terhadap Masyarakat Pembangunan pariwisata bukan hanya membawa dampak positif, tetapi juga berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat (Sapta Pesona /Sadar Wisata, Direktorat Jenderal Pariwisata, 1980). Dampak Positif dari pengembangan pariwisata meliputi berbagai aspek, yakni : a. Aspek Ekonomi - Peningkatan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. - Peningkatan pendapatan atau multiplier effect. - Mendorong kegiatan wiraswasta. - Distribusi pendapatan dari daerah yang tingkat pendapatannya tinggi, ke daerah yang tingkat pendapatannya rendah. - Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana. Menurut Karyono (1997) keuntungan-keuntungan dalam negeri dari kepariwisataan adalah: 1. Dorongan untuk memperluas lapangan kerja, 2. Pasaran baru untuk hasil-hasil tertentu, 3. Efek penggandaan, 4. Mendorong penanaman modal asing, 5. Memajukan pengembangan daerah, dan

6. Mendistribusikan kembali pendapatan nasional. b. Aspek Lingkungan Alam - Timbulnya upaya untuk merawat kebersihan lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. - Kesadaran dan cinta akan lingkungan alam. - Pemanfaatan lingkungan yang berpotensi untuk diangkat menjadi daerah wisata. c. Aspek Sosial Budaya - Perluasan pengetahuan tentang kebudayaan - Timbulnya upaya merawat dan melestrikan adat istiadat / kebudayaan asli daerah. - Meningkatkan rasa cinta terhadap kebudayaan daerah dan rasa cinta akan tanah air. - Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Dampak negatif dari pembangunan wisata juga meliputi berbagai aspek, yaitu : a. Aspek Ekonomi - Adanya ancaman ketergantungan terhadap sector periwisata. - Harga barang barang di daerah wisata lebih tinggi. - Munculnya pedagang asongan b. Aspek Lingkungan Alam. - Terjadinya pencemaran lingkungan alam seperti polusi air, udara, dan tanah.

- Perusakan lingkungan alam yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab seperti tulisan graffiti yang terdapat pada bebatuan dan dinding gua. - Pembuangan limbah yang tidak terkontrol - Pengusikan habitat alam. c. Aspek Sosial Budaya. - Komersialisasi budaya dalam segala bentuk, harga, produk, dan benda benda seni. - Rusaknya Arsitektural suatu bangunan dan mengubah wajah kota. - Timbulnya sikap iktu ikutan pada masyarakat setempat menyebabkan kehilangan identitas budaya sendiri (westernisasi). - Meningkatkan kriminalitas dan penyebaran penyakit.