ANALISIS KEKERASAN BAJA ASSAB 705 YANG DIBERI PERLAKUAN PANAS HARDENING DAN MEDIA PENDINGIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA SIFAT MEKANIS BAJA ASSAB 760 YANG MENGALAMI PROSES TEMPERING DENGAN VARIASI SUHU PEMANASAN

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

PENGARUH KEKUATAN PENGELASAN PADA BAJA KARBON AKIBAT QUENCHING

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bab II menjelaskan tentang beberapa konsep dasar teori yang mendukung topik

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH MEDIA KAPUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK POROS S45C

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISA UJI KEKERASAN BAJA VCN 150 PADA POROS BALING-BALING PISAU MESIN CRUSHER ABSTRAK

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KONSTRUKSI JIS G4051 S17C SETELAH DILAKUKAN HARDENING DAN TEMPERING

ANALISIS PENGARUH WAKTU PERLAKUKAN PANAS TERHADAP NILAI KEKERASAN KARBURASI BAJA KARBON RENDAH

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

PENGARUH TINGKAT KEKERASAN DAN KEDALAMAN DIFUSI KARBON PADA BAJA ST 42 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1 Maret 2012

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN MINYAK PELUMAS SAE 40 PADA PROSES QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP KETANGGUHAN BAJA KARBON RENDAH

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Pengaruh Lama Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 o C terhadap Sifat Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No.

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

PERBEDAAN STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, DAN KETANGGUHAN BAJA HQ 705 BILA DIQUENCH DAN DITEMPER PADA MEDIA ES, AIR DAN OLI

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Logam Ferro

Transkripsi:

Vol. 17, No. 1, April 2017 p-issn: 1411 3411 e-issn: 2549 9815 ANALISIS KEKERASAN BAJA ASSAB 705 YANG DIBERI PERLAKUAN PANAS HARDENING DAN MEDIA PENDINGIN HARDNESS ANALYSIS OF STEEL ASSAB 705 GIVEN THAT HARDENING HEAT TREATMENT AND COOLING MEDIUM Budi Syahri 1*, Zonny Amanda Putra 1, dan Nofri Helmi 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang * e-mail: budisyahri.90@gmail.com Abstrak Baja assab 705 merupakan baja karbon sedang yang unsur karbon sebesar 0,38%-0,43%C. Dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja ini dikeraskan dengan proses perlakuan panas hardening dan media pendingin. Metode eksperimen digunakan dalam penelitian ini, dengan spesimen uji sebanyak 12 buah dan didinginkan dengan media pendingin yang berbeda yaitu oli, air dan larutan garam. Hasil pengujian kekerasan dengan metode brinell menunjukan bahwa terjadinya peningkatan kekerasan pada spesimen yang di quenching dengan media pendingin oli sekitar 15,62%, pada spesimen yang di quenching dengan media air meningkat sekitar 17,28%, pada spesimen yang di quenching dengan media pendingin larutan garam meningkat sekitar 20,30%. Media pendingin yang memberikan peningkatan kekerasan yang paling tinggi yaitu quenching dengan media pendingin larutan garam, yang nilai BHN analisa mencapai 597,13 dibandingkan dengan spesimen tanpa perlakuan yang memiliki kekerasan 327,21 dengan BHN analisa 341,21. Kata Kunci : Media Pendingin, Hardening, Kekerasan, Baja Assab 705 Abstract Steel assab 705 is a medium carbon steel carbon content of 0.38% -0.43% C. The carbon content allows this steel hardened by hardening heat treatment process and the cooling medium. experimental method used in this research, with a total of 12 specimens and cooled at different cooling medium is oil, water and salt solution. Brinell hardness testing method results showed that the increase in violence in the specimen in quenching the intermediate cooling oil around 15.62%, on a specimen in a water cooling medium with an increase of about 17.28%, on a specimen in quenching with a salt solution increases the cooling medium of about 20, 30%. The cooling medium that provides the highest increase in violence of cooling the cooling medium with a salt solution, which analyzes the value of BHN reached 597.13 compared to the untreated specimen has a hardness of 327.21 to 341.21 BHN analysis. Keywords : Cooling Medium, Hardening, Hardness, Steel Assab 705 Copyright 2017 INVOTEK. All rights reserved 1. PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman dan teknologi, banyak kalangan dunia industri yang menggunakan logam sebagai bahan utama operasional atau sebagai bahan baku produksinya. Baja karbon banyak digunakan terutama untuk membuat alat-alat perkakas, alatalat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan rumah tangga. Aplikasi pemakaiannya, semua struktur logam akan terkena pengaruh gaya luar berupa tegangantegangan gesek sehingga menimbulkan deformasi atau perubahan bentuk. Usaha agar logam lebih tahan gesekan atau tekanan adalah dengan perlakuan panas pada baja, hal ini memegang peranan penting dalam meningkatkan kekerasan baja sesuai dengan kebutuhan, dengan banyaknya aplikasi pemakaian baja karbon sedang dalam kehidupan 17

sehari-hari menjadikan banyaknya macam tingkatan bahan material yang akan dipasarkan mulai dari material yang berkualitas tinggi hingga material yang berkualitas rendah dengan harga yang berpariasi, tingginya harga material yang berkualitas tunggi untuk memproduksi komponen yang memiliki ketahanan aus yang baik, maka diperlukan perlakuan panas pada material berkualitas sedang untuk mendapatkan kualitas yang baik. Proses ini meliputi pemanasan baja pada suhu tertentu, dipertahankan pada waktu tertentu dan didinginkan pada media tertentu pula. Perlakuan panas mempunyai tujuan untuk meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan internal, menghaluskan butiran kristal, meningkatkan kekerasan, meningkatkan tegangan tarik logam dan sebagainya, tujuan ini akan tercapai seperti apa yang diinginkan jika memperhatikan faktor yang mempengaruhinya, seperti suhu pemanasan dan media pendingin yang digunakan. Baja biasanya mengandung beberapa unsur paduan, unsur yang paling dominan pengaruhnya terhadap sifat-sifat baja adalah unsur karbon, meskipun unsur-unsur lainnya tidak bisa diabaikan begitu saja. Besar kecilnya prosentase unsur karbon akan berdampak pada sifat mekanik dari baja tersebut, misalnya dalam hal kekerasan. Tingkat kekerasan baja karbon tergantung pada kandungan karbon yang terdapat didalamnya. Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik dari baja yang berkaitan dengan ketahanan aus. Selama ini sering di jumpai komponenkomponen yang mengalami gesekan terus menerus dalam fungsi kerjanya, sehingga cepat mengalami keausan. Komponen-komponen itu antara lain sproket, roda gigi, piston dan poros. Komponen-komponen tersebut kerjanya bersinggungan dengan komponen lainnya sehingga akan mengalami keausan dan menyebabkan komponen tersebut akan mudah rusak. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan suatu proses perlakuan panas hardening yang berguna untuk mengeraskan komponen sehingga tahan terhadap gesekan, dan juga sering di jumpai masyarakat yang hanya menggunakan media pendingin air untuk mendinginkan spesimen setelah mengalami proses perlakuan panas. Proses hardening atau pengerasan adalah proses perlakuan panas untuk mengeraskan baja dengan pemanasan sampai perubahan fasa yang homogen kemudian diikuti pendinginan cepat sampai terjadi struktur yang disebut martensit [10]. Perlakuan ini terdiri dari memanaskan baja sampai temperatur pengerasannya (Temperatur austenisasi) dan menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan dengan laju pendinginan yang sangat tinggi atau di quenching agar diperoleh kekerasan yang diinginkan. Alasan memanaskan dan menahannya pada temperatue austenisasi adalah untuk melarutkan sememtit dalam austenit kemudian dilanjutkan dengan proses quenching. Pada tahap ini, karbon yang terperangkap akan menyebabkan tergesernya atom-atom sehingga terbentuknya struktur tetragonal yang terpusat (body center tetragonal). Struktur ini di sebut martensit yang bersifat sangat keras dan getas. Biasanya baja yang dikeraskan diikuti dengan proses penemperan yang menurunkan tegangan yang ditimbulkan akibat quenching karena adanya pembentukan martensit. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Steel is an alloy of iron and carbon, with carbon content up to a maximum of 1.5%. The carbon occurs in the form of iron carbide, because of its ability to increase the hardness and strength of the steel [6]. Baja adalah campuran besi dan karbon, dengan kandungan karbon maksimum 1,5%. Karbon terjadi dalam wujud karbid besi, sehingga meningkatkan kekerasan baja. Baja merupakan paduan besi dan karbon yang dapat berisi konsentrasi dari elemen campuran lainnya. Ada ribuan campuran logam lainnya yang mempunyai komposisi berbeda. Sifat mekanis dari baja sangat sensitif terhadap kandungan karbon, yang mana secara normal kurang dari 1,5%. sebagian dari baja digolongkan menurut konsentrasi karbon, yakni ke dalam baja karbon rendah, medium dan jenis karbon tinggi, sedangkan berdasarkan kandungan karbonnya, baja dibagi menjadi tiga macam, yaitu baja karbon rendah yang mengandung karbon kurang dari 0,3 %, baja karbon sedang yang mengandung karbon 0,3% - 0,6%, dan baja karbon tinggi yang mengandung karbon 0,6% - 1,5%. 2.1.1. Baja Karbon 18 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017

Baja karbon adalah paduan besi karbon dimana unsur karbon sangat menentukan sifatsifatnya, sedangkan unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya [10]. Sifat baja karbon ditentukan oleh persentase karbon dan struktur mikro. Disamping itu baja juga mengandung unsur-unsur lain seperti sulpur (S), fosfor (P), silikon (Si), mangan (Mn), dan sebagainya yang jumlahnya dibatasi. Sifat baja pada umumnya sangat dipengaruhi oleh prosentasi karbon dan struktur mikro. Struktur mikro pada baja karbon dipengaruhi oleh perlakuan panas dan komposisi baja. Karbon dengan unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang dapat menambah kekerasan, tahan gores dan tahan suhu baja. Perbedaan prosentase karbon dalam campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara mengklasifikasikan baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi menjadi tiga macam, yaitu : a. Baja Karbon Rendah Baja karbon rendah ( low carbon steel) mengandung karbon dalam campuran baja karbon kurang dari 0,3%. Baja ini bukan baja yang keras karena kandungan karbonnya yang rendah kurang dari 0,3%C. Baja karbon rendah tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbonnya tidak cukup untuk membentuk martensit. Baja ini dapat dijadikan mur, baut, ulir sekrup, peralatan senjata, alat pengangkat presisi, batang tarik, perkakas silinder, dan penggunaan yang hampir sama [4]. b. Baja Karbon Sedang Baja karbon sedang (medium carbon steel) mengandung karbon 0,3% - 0,6%C dan dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian dengan pengerjaan perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja karbon sedang lebih keras serta lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon rendahbaja karbon sedang digunakan untuk sejumlah peralatan mesin seperti roda gigi otomotif, poros penghubung, poros engkol dan alat angkat presisi [4]. c. Baja Karbon Tinggi Baja karbon tinggi (hight carbon steel) mengandung karbon 0,6% - 1,5%C dan memiliki kekerasan yang tinggi namun keuletannya lebih rendah hampir tidak dapat diketahui jarak tegangan lumernya terhadap tegangan proporsional pada grafik tegangan regangan. Berkebalikan dengan baja karbon rendah, pengerasan dengan perlakuan panas pada baja karbon tinggi tidak memberikan hasil yang optimal dikarnakan terlalu banyaknya martensit sehingga membuat baja menjadi getas. Baja ini dibuat dengan cara digiling panas. Apabila baja ini digunakan untuk bahan produksi maka harus dikerjakan dalam keadaan panas dan digunakan untuk peralatan mesin-mesin berat, batangbatang pengontrol, alat-alat tangan seperti palu, obeng, tang, dan kunci mur, baja pelat, pegas kumparan dan sejumlah peralatan pertanian, seperti cangkul dan bajak. [4]. Klasifikasi baja karbon secara detail [5] seperti yang ada pada Tabel 1. Sifat meknis baja juga di pengaruhi oleh cara mengadakan ikatan karbon dengan besi, terdapat 2 bentuk utama kristal saat karbon mengadakan ikatan besi, yaitu : 1) Ferit, yaitu besi murni (Fe) teletak rapat saling berdekatan tidak teratur, baik bentuk maupun besarnya. Ferit merupakan bagian baja yang paling lunak, ferit murni tidak akan cocok digunakan sebagai bahan untuk dikerjakan yang menahan beban karena kekuatannya kecil. 2) Perlit, merupakan campuran antara ferit dan sementit dengan kandungan karbon sebesar 0,8%. Struktur perlitis mempunyai kristal ferit tersendiri dari serpihan sementit halus yang paling berdampingan dalam lapisan tipis mirip amel. 2.1.2. Baja Paduan Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih dengan kadar yang berlebih dari pada kadar biasanya dalam baja karbon [10]. Unsur-unsur yang biasanya terdapat dalam baja karbon adalah C, Mn, Si, P dan S. untuk memperoleh sifat-sifat yang lebih baik maka kadar Mn atau Si ditambah, atau unsurunsur lain seperti Cr, Ni, Mo, Co, Ti, W dan sebagainya. Dengan demikian selain memperbaiki sifat-sifat mekanisnya juga memperbaiki sifat tahan korosi, tahan suhu tinggi, tahan aus dan sifat-sifat listrik serta magnetiknya. Unsur-unsur paduan yang dipakai dalam pembuatan baja paduan terdiri dari satu macam unsur atau lebih dengan kadarnya yang berbeda-beda, tergantung dari keperluan sehingga baja paduan menjadi banyak macam dan jenisnya[8]. Kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi dalam dua golongan yaitu baja paduan Analisis Kekerasan Baja...(B.Syahri et al.) 19

rendah dan baja paduan tinggi atau baja paduan khusus [10]. Baja paduan rendah adalah baja yang sedikit mengandung unsur paduan dibawah 10%, sedangkan baja paduan tinggi dapat mengandung unsur paduan diatas 10%. Baja paduan rendah dapat dklasifikasikan sebagai berikut: a. Baja paduan rendah kekuatan tinggi Baja paduan rendah berkekuatan tinggi memepunyai sifat mekanis dan tahan korosi yang lebih baik dari pada baja paduan rendah biasa. Baja paduan rendah dibuat melalui proses pengelolan, baik dalam keadaan dilunakkan atau dinormalkan. Karena kadar karbonnya yang rendah baja ini relatif lunak dan liat, sehingga memudahkan dalam pembentukan dan pengelasan. Silisium, mangan, nikel, khrom ditambahkan dalam baja ini sebagai unsur paduan dengan jumlah total tidak melebihi 5%. Unsur-unsur ini membentuk larutan padat dengan ferit sehingga menambah kekuatan baja. b. Baja paduan rendah biasa Baja paduan rendah biasa umumnya mengandung paling sedikit 0,3% karbon yang dengan mudah baja dapat dikeraskan. Karena adanya unsur-unsur nikel, chrom, mangan dan molibdenum maka baja ini mempunyai sifat dapat dikeraskan yang baik. Bila dikeraskan dan ditemper sampai kekerasan tertentu atau bila mana seluruhnya berstruktur martensit, maka baja-baja seperti ini mempunyai gejala yang menunjukkan sifat mekanis yang sama dengan baja karbon biasa yang berkadar karbon sama. 2.1.3. Baja ASSAB 705 Penelitian ini menggunakan bahan baja assab 705 sebagai bahan penelitian, seperti yang telah diuraikan diatas kenapa menggunakan baja assab 705. Karena baja assab 705 merupakan baja karbon sedang yang sangat banyak di gunakan dalam dunia industri yang mengandung karbon sebesar 0,38% - 0,43%C, dan dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja untuk dikeraskan dengan pengerjaan perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai seperti hardening. Selain itu baja asssab 705 juga sangat cocok diberikan perlakuan panas hardening bila dibandingkan dengan baja lainnya seperti baja karbon rendah maupun baja karbon tinggi. Gambar 1. Diagram keseimbangan Besi-Karbon 2.1.4. Struktur Mikro Baja 1. Diagram keseimbangan Besi-Karbon The Iron-carbon (Fe -C) diagram is a map that can be used to chart the proper sequence of operations for a given heat treatment [3]. Diagram kesetimbangan besi-karbon adalah sebuah gambaran yang semestinya digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan perlakuan panas. Penggunaan diagram ini relatif terbatas karena beberapa metode perlakuan panas digunakan untuk menghasilkan struktur yang tidak seimbang (non-equilibrium). Akan tetapi pengetahuan mengenai perubahan fasa pada kondisi seimbang memberikan ilmu pengetahuan dasar untuk melakukan perlakuan panas. Pada diagram Fe-C material yang mengandung karbom dibawah 2% menjadi perhatian utama dalam perlakuan panas baja. Kandungan karbon yang lebih dari 2% tergolong pada baja tuang. Metode perlakuan panas baja didasarkan pada perubahan fasa austenite pada sistem Fe-C. Transformasi austenite selama perlakuan panas ke fasa lain akan menentukan struktur mikro dan sifat yang didapatkan pada baja [3]. 2. Perubahan Fasa Besi Karbon Perubahan pasa Fe-C yang terjadi dapat dilihat dalam diagram fasa Fe-C, beberapa perubahan fasa yaitu perubahan fasa ferrite ( - Fe), austenite ( -Fe), sementit, perlit dan martensit. 20 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017

2.2. Perlakuan Panas (heat treatment) Perlakuan panas pada baja adalah proses pemanasan baja sampai temperatur tertentu dan selama waktu tertentu kemudian diikuti dengan proses pendinginan menurut laju pendinginan tertentu untuk memperoleh sifat-sifat yang dinginkan dalam batas kemampuan baja yang berbeda dari sifat semula[10]. Perlakuan panas merupakan proses pemanasan atau pendinginan sebuah logam atau logam paduan untuk mengubah sifat mekanik yang diinginkan dari baja tersebut. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan potong meningkat atau dapat dilunakkan untuk dapat mempermudah proses pemesinan lanjut. Dari penjelasan di atas maka dapat didefenisikan perlakuan panas adalah proses pemanasan atau pendinginan sebuah logam paduan untuk mengubah sifat mekaniknya dalam keadaan padat. Berikut ini adalah beberapa jenis perlakuan panas ( heat treatment) pada baja, yaitu: 1. Anealing (Pelunakan) 2. Normalizing (Penormalan) 3. Hardening (Pengerasan) 4. Tempering (Penyepuhan) 2.3. Media Pendingin Media pendingin merupakan suatu media yang digunakan untuk mendinginkan spesimen uji setelah mengalami proses perlakuan panas. Untuk mendinginkan bahan dikenal berbagai macam bahan untuk memperoleh pendinginan yang merata maka bahan pendingin tersebut hampir semuanya disirkulasi. Beberapa media pendingin yang digunakan untuk mendinginkan spesimen uji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Air Air adalah media yang sangat banyak digunakan untuk quenching, karena biayanya yang murah, dan mudah digunakan serta pendinginan yang cepat. Air khususnya digunakan pada baja karbon rendah yang memerlukan penurunan temperatur dengan cepat dengan tujuan untuk memperoleh kekerasan dan kekuatan yang baik. 2. Minyak atau Oli Oli sebagai media pendingin yang lebih lunak jika dibandingkan dengan air. Digunakan pada material yang kritis, antara lain material yang mempunyai bagian tipis atau ujung yang tajam. 3. Larutan Garam Air garam adalah media yang sering digunakan pada proses quenching terutama untuk alat-alat yang terbuat dari baja. Beberapa keuntungan menggunakan air garam sebagai media adalah : a. Suhunya merata pada air garam b. Proses pendinginan merata pada semua bagian logam c. Tidak ada bahaya oksidasi, karburasi, atau dekarburisasi selama proses pendinginan 2.4. Sifat Mekanik Logam Sifat mekanik suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan logam untuk menahan beban-beban yang dikenakan kepadanya, baik pembebanan statis atau dinamis pada suhu biasa, suhu tinggi ataupun suhu dibawah 0 [10]. Sifat-sifat mekanik logam diantaranya berupa kekakuan (stiffness), kekuatan (strenght), elastisitas (elasticity), keuletan (ductility), kegetasan (brittleness), kelunakan (malleability), ketangguhan (toughness), dan kelenturan (resilience)[1]. Untuk mengetahui sifat mekanik suatu bahan perlu dilakukan pengujian-pengujian mekanik, adapun pengujian mekanik yang biasa dilakukan diantaranya; Pengujian kekerasan, pengujian tarik, pengujian impack. 2.5. Pengujian Kekerasan Kekerasan merupakan ukuran ketahanan material terhadap deformasi plastis terlokalisasi (misal: Indentasi kecil atau gores) [2]. Pengujian kekerasan yang terdahulu adalah uji kekerasan Mohs, berdasarkan skala kemampuan material untuk menggores material lain (dari 1= talk sampai dengan 10 = intan). a. Pengujian Kekerasan Brinell b. Pengujian Kekerasan Vickers c. Pengujian Kekerasan Rockwell 3. METODOLOGI Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan Analisis Kekerasan Baja...(B.Syahri et al.) 21

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan [7]. Jadi metode penelitian eksperimen merupakan suatu jenis metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruh sebuah perlakuan (treatment) terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Penggunaan metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan (treatment). Treatment yang dimaksud adalah perlakuan panas Hardening. Jadi peneliti ingin mengetahui pengaruh media pendingin oli, air dan larutan garam dengan perlakuan panas hardening terhadap kekerasan baja ASSAB 705. Objek penelitian adalah baja ASSAB 705 dengan ukuran seperti pada gambar 2 350 340 330 320 310 300 290 280 Tanpa Perlakuan Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Titik 1 328 318 338 Titik 2 301 328 328 Titik 3 338 328 338 Gambar 3. Grafik kekerasan spesimen tanpa Perlakuan 400 Media Oli Gambar 2. Spesimen pengujian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yaitu pengujian kekerasan yang telah dilakukan di Labor Pengujian Bahan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT UNP), dengan menggunakan alat Universal Hardnes Tester dengan metode Brinell, dan telah dilakukan analisa, maka diperoleh data yang di ilustrasikan berupa tabel dan grafik. Adapun nilai kekerasan pada baja karbon sedang (ASSAB 705) dapat dilihat pada Table 2. Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 3 menunjukan bahwa nilai kekerasan pada spesimen tanpa perlakuan (kontrol) setelah dilakukan pengujian kekerasannya memiliki nilai kekerasan pada tiap titik uji yang tidak jauh berbeda antara spesimen 1, spesimen 2, dan spesimen 3. Pada tiap-tiap spesimen tanpa perlakuan (kontrol) masing-masing spesimen diuji nilai kekerasannya di tiga titik. 390 380 370 360 350 340 Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Titik 1 370 382 370 Titik 2 382 382 395 Titik 3 359 395 370 Gambar 4. Grafik kekerasan spesimen dengan quenching media oli. Pada Tabel 2 dan Gambar 4 menampilkan bahwa nilai kekerasan pada spesimen yang telah diberikan perlakuan panas hardening dan kemudian di quenching dengan media oli setelah dilakukan pengujian kekerasannya memiliki nilai kekerasan pada tiap titik uji yang tidak jauh berbeda antara spesimen 1, spesimen 2, dan spesimen 3. Pada tiap-tiap spesimen yang telah diberikan perlakuan panas hardening dan di quenching dengan media Oli dilakukan pengujian masing-masing spesimen sebanyak tiga titik uji. Pada Tabel 2 dan Gambar 5 menunjukan bahwa nilai kekerasan pada spesimen yang telah diberikan perlakuan panas hardening 22 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017

dan kemudian di quenching dengan media air setelah dilakukan pengujian kekerasannya memiliki nilai kekerasan pada tiap titik uji yang tidak jauh berbeda antara spesimen 1, spesimen 2, dan spesimen 3. Pada tiap-tiap spesimen yang telah diberikan perlakuan panas hardening dan di quenching dengan media air dilakukan pengujian masing-masing spesimen sebanyak tiga titik uji. 420 410 400 390 380 370 360 350 Media Air Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Titik 1 382 382 395 Titik 2 409 382 382 Titik 3 382 370 370 Gambar 5. Grafik kekerasan spesimen dengan quenching media air Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 6 menunjukan bahwa nilai kekerasan pada spesimen yang telah diberikan perlakuan panas hardening dan kemudian di quenching dengan media larutan garam setelah dilakukan pengujian kekerasannya memiliki nilai kekerasan pada tiap titik uji yang tidak jauh berbeda antara spesimen 1, spesimen 2, dan spesimen 3. Pada tiap-tiap spesimen yang telah diberikan perlakuan panas hardening dan di quenching dengan media larutan garam dilakukan pengujian masingmasing spesimen sebanyak tiga titik uji. Gambar 7 memperlihatkan kekerasan rata-rata setiap kelompok hasil pengujian Brinnel terdapat adanya perubahan nilai kekerasan pada masing-masing kelompok spesimen disebabkan oleh adanya perbedaan media pendingin, grafik tersebut menunjukkan bahwa media pendingin yang memberikan harga kekerasan yang paling tinggi adalah media pendingin larutan garam kemudian diikuti dengan media air dan media pendingin oli. Hal ini di sebabkan oleh temperatur, kekentalan, kadar larutan dan bahan dasar media pendingin. Semakin cepat spesimen didinginkan maka akan semakin keras sifat spesimen yang akan di hasilkan. 415 410 405 400 395 390 385 380 375 370 365 Larutan Garam Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Titik 1 395 395 395 Titik 2 382 409 395 Titik 3 382 395 395 Gambar 6. Grafik kekerasan spesimen dengan quenching media larutan garam 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Tanpa Perlakuan Panas Kekerasan Rata-rata Oli Air Larutan Garam Titik 1 328 374 386,33 395 Titik 2 319 350,33 391 395,33 Titik 3 334,66 374,66 374 390,66 Gambar 7. Grafik kekerasan rata-rata specimen masing-masing pengujian 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan alat uji kekerasan ( universal hardness tester) dengan metode pengujian Brinell. pengukuran pada spesimen tanpa perlakuan atau bahan dasar yang digunakan sebagai pembanding kekerasan baja karbon sedang (ASSAB 705) sebelum di berikan perlakuan panas dan sesudah diberikan perlakuan dan di quencing dengan media Analisis Kekerasan Baja...(B.Syahri et al.) 23

pendingin yang berbeda. Setelah dilakukan pengujian kekerasan dengan alat ukur Universal hardnes tester dengan metode brinell didapat rata-rata sebelum perlakuan (spesimen kontrol) pada titik 1 adalah 322,33 BHN dengan analisa 341,21 BHN, pada titik 2 sebesar 324,66 BHN dengan analisa 341,21 BHN, pada titik 3 sebesar 334,66 BHN dan analisa 341,21 BHN. Pada spesimen yang diberikan perlakuan panas hardening dan diquenching dengan media oli didapat rata-rata pada titik 1 adalah 370,33 BHN dengan analisa 477,71 BHN, pada titik 2 sebesar 386,33 BHN dengan analisa 477,71 BHN, pada titik 3 sebesar 378,33 BHN dengan analisa 477,71 BHN. Rata-rata kekerasan dan BHN analisa 700 600 500 400 300 200 100 0 Tanpa Perlakuan oli air Quenchin larutan garam Kekerasan 327,21 378,33 383,77 393,66 BHN Analisa 341,21 477,71 597,13 597,13 Gambar 8. Grafik rata-rata kekerasan dan BHN Analisa Spesimen yang diberikan perlakuan panas hardening dan diquenching dengan media air didapat kekerasan rata-rata pada titik 1 adalah 391,00 BHN dengan analisa 597,13 BHN, pada titik 2 sebesar 378,00 BHN dengan analisa 597,13 BHN, dan pada titik 3 sebesar 382,33 BHN dengan analisa 597,13 BHN. Spesimen yang diberikan perlakuan panas hardening dan diquenching dengan media larutan garam didapat kekerasan rata-rata pada titik 1 sebesar 386,33 BHN dengan analisa 597,13 BHN, pada titik2 sebesar 399,66 BHN dengan analisa 597,13 BHN, dan pada titik 3 didapat sebesar 395,00 BHN dengan analisa sebesar 579,13 BHN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8. dengan media oli, air, dan larutan garam ternyata dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kekerasan baja assab 705 yang telah diberikan perlakuan panas hardening, bila dibandingkan dengan spesimen yang tidak diberikan perlakuan (kontrol), dengan telah dilakukannya penelitian dan analisis persentase peningkatan kekerasan maka dapat diketahui media pendingin yang memberikan peningkatan kekerasan yang paling tinggi yaitu quenching dengan media larutan garam yang memberikan peningkatan kekerasan sekitar 20,30%, dan diikuti spesimen yang diquenching dengan media air yang memberikan peningkatan kekerasan sekitar 17,28%, kemudian spesimen yang diquenching dengan media pendingin oli memberikan peningkatan kekerasan sekitar 15,62%. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 9. 25% 20% 15% 10% 5% 0% 0% Tanpa Perlakuan Persentase Kenaikan Kekerasan 15.63% 17.28% media oli media air media larutan garam 20.30% Kenaikan Kekerasan (%) Gambar 9. Grafik persentase kenaikan kekerasan Hal ini di karnakan kemampuan media pendingin dalam mendinginkan spesimen berbeda-beda, perbedaan kemampuan media pendingin dalam mendinginkan spesimen di sebabkan oleh temperatur, kekentalan, kadar larutan dan bahan dassar media pendingin. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan kekerasan pada spesimen yang diberi perlakuan panas hardening dan diquench dengan media pendingin oli meningkat sekitar 15,62% dari spesimen awal atau spesimen tanpa perlakuan 24 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017

(kontrol). 2. Peningkatan kekerasan pada spesimen yang diberi perlakuan panas hardening dan diquench dengan media pendingin air meningkat sekitar 17,28% dari spesimen awal atau spesimen tanpa perlakuan (kontrol). 3. Peningkatan kekerasan pada spesimen yang diberi perlakuan panas hardening dan diquench dengan medi pendingin larutan garam meningkat sekitar 20,30% dari spesimen awal atau spesimen tanpa perlakuan (kontrol). 4. Peningkatan kekerasan spesimen yang paling tinggi terdapat pada kelompok spesimen yang diberikan perlakuan panas hardening dan diquenching dengan media pendingin larutan garam yang memberikan peningkatan kekerasan pada baja assab 705 sekitar 20,30%. DAFTAR PUSTAKA [1] Ach. Muhib Zainuri. (2008). Kekuatan Bahan. Yogyakarta: Penerbit Andi [2] Bondan T. Sofyan. (2010). Pengantar Material Teknik. Jakarta: Salemba Teknika [3] George Krauss. (1989). Steels: Heat Treatment and Processing Principles, ASM International. United States Of America. [4] Hari Amanto dan Daryanto. (1999). Ilmu Bahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara [5] Harsono Wiryosumarto. (2008). Teknologi Pengelasan Logam. Jakaarta: Paradnya Paramita [6] Khurmi. R.S. and Gupta.J.K. (2005). A Text Book Machine Design. S.I Unit. New Delhi: Eurashia Publishing House (PVT.) LTD. [7] Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. [8] Tata Surdia dan Shinroku Saito.(1999). Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Prantya Paramita. [9] Tim Jurnal INVOTEK. 2016. Jurnal Inovasi dan Teknologi Terapan. Padang: FT-UNP [10] Wahyudin K dan Wahjoe Hidayat. (1978). Pengetahuan Logam 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Biodata Penulis Budi Syahri S.Pd., M.Pd.T. Lahir di Medan, 7 Februari 1990. Lulusan Universitas Negeri Padang Pada Pogram Pascasarjana FT-UNP Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Dosen Tetap Pada Jurusan Teknik Mesin FT-UNP sejak tahun 2015. Ir. Zonny Amanda Putra, ST, MT Lahir di Padang,, 23 Oktober 1965. Lulusan Institut Teknologi Bandung Pada Pogram Pascasarjana ITB Program Studi Ilmu dan Teknik Bahan. Dosen Tetap Pada Jurusan Teknik Mesin FT-UNP sejak tahun 1996. Drs. Nofri Helmi, M.Kes. Lahir di Batusangkar, 4 november 1963 Lulusan Universitas Airlangga Pada Pogram Pascasarjana Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dosen Tetap Pada Jurusan Teknik Mesin FT-UNP sejak tahun 1990. Analisis Kekerasan Baja...(B.Syahri et al.) 25

Tabel 1. Klasifikasi Baja Karbon [5] Tabel 2 Data Hasil Pengujian Spesimen No Spesimen Beban (Kgf) Angka dial Rerata Kekerasan 1 2 3 1 2 3 Rerata Diamet er jejak tekan 1 72 69 73 71.33 328 301 338 322.33 0.8 2 Tanpa Perlakuan 187.5 71 72 72 71.66 71.88 318 328 328 324.66 327.21 0.8 3 73 72 73 71.88 338 328 338 334.66 0.8 1 76 77 75 76 370 382 359 370.33 0.7 2 Oli 187.5 77 77 78 77.33 76.66 382 382 395 386.33 378.33 0.7 3 76 78 76 76.66 370 395 370 378.33 0.7 1 77 79 77 77.66 382 409 382 391 0.6 2 Air 187.5 77 77 76 76.66 77.1 382 382 370 378 383.77 0.6 3 78 77 76 77 395 382 370 382.33 0.6 1 78 77 77 77.33 395 382 382 386.33 0.6 2 Larutan Garam 187.5 78 79 78 78.33 77.88 395 409 395 399.66 393.66 0.6 3 78 78 78 78 395 395 395 395 0.6 BHN analisa 341.21 477.71 597.13 597.13 26 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017