BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Ajeng Perdani, Epon Ningrum, Ahmad Yani Departemen Pendidikan Geografi, FPIPS UPI

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Menurut pasal I

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menangkap sari dan makna dalam hal-hal yang dipelajari Menurut (Bloom

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar dalam melakukan penelitian ini. Penulis menjelaskan kajian sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

I. PENDAHULUAN. konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pendidikan. Terlebih lagi masalah pendidikan geografi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Menurut Sriwenda (2013) Guru harus berperan sebagai seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

mempengaruhi minat adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini sangat diperlukan, guna untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, SMK menjadi alternatif untuk melanjutkan pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan penelitian dan observasi yang dilakukan pada SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu meletakkan posisi guru dengan tepat sehingga guru mampu memainkan perannya dengan tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Salah satu peran guru adalah sebagai motivator, dimana guru akan mendorong peserta didik untuk belajar. Peran guru sebagai motivator sangat penting dalam proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan motivasi dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik. Disini guru harus dapat menstimulus dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya dan daya cipta sehingga akan terjadi dinamika didalam proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2005:30) beberapa komponen utama dalam pembelajaran, diantaranya yaitu tujuan, bahan, metode dan alat penilaian. Komponenkomponen tersebut sangat terkait satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Komponen ini lah yang membangun suasana pada proses pembelajaran menjadi lenih aktif dan terarah. Motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Sardiman (2008:75) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Menurunnya gairah belajar peserta didik pada umumnya disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis yang digunakan guru dalam mengajar, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pembelajaran klasikal atau ceramah, tanpa pernah diselingi oleh metode yang menantang untuk berusaha. Menurut hasil observasi yang telah dilakukan oleh 1

2 peneliti, peristiwa seperti ini masih dirasakan di SMAN 1 Sumber Kabupaten Cirebon, dilihat peserta didik kelas X masih kurang berpartisipasi, kurang terlibat, dan kurang inisiatif serta kontribusi yang baik secara intelektual maupun emosional pada mata pelajaran geografi. Kurangnya partisipasi dalam mata pelajaran geografi ditunjukan antara lain peserta didik kurang bersemangat saat mengkuti proses pembelajaran, terlihat dengan peserta didik yang mengantuk dan mengobrol sehingga peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran, penggunaan metode yang konvensional mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan kurang bergairah. Selain itu, masih rendahnya prestasi yang dicapai peserta didik, hanya beberapa persen peserta didik yang mencapai KKM, KKM yang ditetapkan adalah sebesar 80. Langkah pembelajaran yang biasanya dilakukan guru pada pembelajaran adalah penyampaian materi pelajaran melalui metode ceramah, peserta didik mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap perlu. Dalam hal mencatat, kreativitas peserta didik juga kurang berkembang karena biasanya peserta didik cenderung hanya mencatat apa yang dituliskan guru di papan tulis. Catatan tersebut persis sama dengan catatan guru di papan tulis. Padahal jika peserta didik kreatif, mereka dapat mencatat sesuai dengan yang dibutuhkan dan seringkali penjelasan guru merupakan informasi penting dan informasi ini tidak dituliskan di papan tulis. Hal tersebut akan membuat peserta didik tidak menganggapnya sebagai informasi penting. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi belajar berperan penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Seperti yang diungkapkan Uno (2011:3), motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baikdalam memenuhi kebutuhannya. Sesuai dengan fungsi daripada motivasi belajar itu sendiri, Sukmadinata (2009:62) mengemukakan bahwa motivasi memiliki dua fungsi, yang pertama mengarahkan dan yang kedua adalah mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan. Sedangkan menurut Sadirman (2008:85) terdapat tiga fungsi motivasi, yaitu 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

3 melepaskan energi, 2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang dicapai, 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Itulah yang menyebakan motivasi memiliki peran penting dalam sebuah proses pembelajaran. Menurut Barnawi (2012:77) terdapat strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar, diantaranya adalah 1) Jalin hubungan dekat denga peserta didik 2) Tumbuhkan rasa ingin tahu 3) Memilih gaya mengajar, media dan interaksi pembelajaran yang tepat 4) Menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 5) Menghubungkan minat belajar dengan peserta didik 6) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan 7) Membimbng peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajar Djamarah (2006:3) mengemukakan bahwa kemampuan yang dapat dimiliki peserta didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan dalam pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri dalam satu tujuan. Dengan materi yang banyak tentunya peserta didik akan lebih mudah menghafal jika diperoleh dari pengalaman sendiri. Hal ini lah yang menuntut guru agar lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang lebih variatif tersebutlah yang akan mengaktifkan peserta didik, memotivasi peserta didik untuk belajar sehingga kegiatan belajar mengajarpun akan lebih efektif. Pembelajaran konvensional tidaklah buruk, namun jika selalu digunakan dampaknya juga akan tidak baik bagi peserta didik. Peserta didik pastinya ingin ada sesuatu yang baru dalam setiap kegiatan menerima ilmunya. Pembelajaran konvensional menjadikan pembelajaran di kelas berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini bertolak belakang dengan keinginan pemerintah yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (dalam KTSP, 2007:30) yang berbunyi:...prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Paradigma pengajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentransformasikan pengetahuan kepada peserta didiknya bergeser pada

4 paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya... Melihat pemaparan diatas, salah satu metode pembelajaran yang dianggap mampu menciptakan situasi pembelajaran yang aktif, produktif, kreatif dan menyenangkan adalah menggunakan metode Snowball Throwing.Kisworo, (dalam Mukhtari, 2010:6) mengemukakan bahwa metode pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing peserta didik membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke peserta didik lain yang masingmasing peserta didik menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Sedangkan Sanjaya (2008:120) mengungkapkan: dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan berguna untuk menggali informasi peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran, membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar, merangsang keingintahuan peserta didik terhadap sesuatu, memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang diinginkan, dan memimbing peserta didik untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Suprijono (2009:XI) yang mengemukakan bahwa: pembelajaran harus menyenangkan, dalam artian peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang didalamnya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan bagi jiwanya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Dengan pembelajaran yang menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya. Adapun Tunggal (2011:17) mengemukakan tentang kelebihan dari metode Snowball Trhowing adalah sebagai berikut: 1) Melatih kesiapan peserta didik dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. 2) Peserta didik lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena peserta didik mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

5 3) Dapat membangkitkan keberanian peserta didik dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. 4) Melatih peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. 5) Merangsang peserta didik mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. 6) Dapat mengurangi rasa takut peserta didik dalam bertanya kepada teman maupun guru. 7) Peserta didik akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah. 8) Peserta didik akan memahami makna tanggung jawab. 9) Peserta didik akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia. 10) Peserta didik akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya Selain metode Snowball Throwing, metode pemberian tugas pula memiliki kelebihan-kelebihan, seperti yang diungkapkan Sagala (2003:219), adapun kelebihan-kelebihannya adalah sebagai berikut: 1) Membuat peserta didik aktif dalam belajar 2) Merangsang peserta didik dalam belajar di dalam sekplah maupun diluar sekolah 3) Mengembangkan kemandirian peserta didik 4) Lebih menyakinkan tentang apa yang dipelajari lebih memperdalam dan memperluas materi yang ditugaskan 5) Motivasi belajar peserta didik meningkat karena adanya variasi dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru 6) Membina tanggungjawab dan disiplin peserta didik 7) Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan berfikir peserta didik Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Metode Snowball Throwingdan Metode Pemberian Tugas Terhadap Motivasi Belajar yang dilakukan dengan Metode Eksperimen dikelas X pada Mata Pelajaran Geografi Sub. Materi Atmosfer dan Hidrosfer di SMA N 1 Sumber Kabupaten Cirebon. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 1. Bagaimanakah pengaruh metode Snowball Throwing terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi SMA N 1 Sumber Kabupaten Cirebon? 2. Bagaimanakah pengaruh metode pemberian tugas terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi SMA N 1 Sumber Kabupaten Cirebon? 3. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik antara metode Snowball Throwing dengan metode pemberian tugas kelas X pada mata pelajaran geografi SMA N 1 Sumber Kabupaten Cirebon? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengidentifikasi pengaruh metode Snowball Throwing Terhadap motivasi belajar peserta didik Kelas X pada mata pelajaran Geografi SMA N 1 Sumber Kabupaten Cirebon. 2. Untuk mengidentifikasi pengaruh metode pemberian tugas terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X pada mata pelajaran geografi SMA N 1 Sumber Kabupaten Cirebon. 3. Untuk mengidentifikasi perbedaan motivasi belajar peserta didik antara metode pembelajaran Snowball Throwing dengan metode pemberian tugas kelas X pada mata pelajaran geografi SMA N 1 Sumber Kabupaten Cirebon. D. Manfaat Penelitian Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu referensi bagi guru pendidikan geografi dalam melaksanakan proses pembelajaran serta dapat memberikan informasi secara ilmiah dan dapat memberikan masukan kepada semua pihak pengajar khususnya bagi pengajar pendidikan geografi dalam usaha

7 menanamkan arti pentingnya mengunakan sebuah variasi metode dalam pembelajaran. 2. Secara praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan mengenai pembelajaran menggunakan metode Snowball Throwing dengan metode tugas terhadap motivasi belajar. Hal ini dapat diharapkan bisa membantu guru pendidikan geografi dalam mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran. E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN ini membahas tentang pemaparan dan uraian mengenai pendahuluan yang merupakan bagian awal dari skripsi yang menjelaskan pentingnya masalah yang akan diteliti, menganalisis masalah tersebut sehingga mencapai tujuan sehingga dapat bermanfaat. Pada penadhuluan ini berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitisn, manfaat penelitian dan sistematika penyusunan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA membahas tentang teori-teori yang relevan yang akan mendukung dan memperkuat dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN menjabarkan lokasi dan subjek eksperimen, variabel penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN menguraikan dan memaparkan hasil penelitian mengenai pengaruh metode Snowbaal Throwing dan pengaruh metode pemberian tugas terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran geografi kelas X. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN akan memaparkan kesimpulan dari hasil yang telah didapat secara singkat dan memberikan saran materi keilmuan untuk penelitian berikutnya.