BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Minat Belajar. a. Pengertian Minat Belajar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa yang ditentukan oleh maju mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari sesuatu, kita akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 11 JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Mempraktikkan Materi yang Diajarkan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw. tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, masyarakat Indonesia mengalami. perkembangan yang sangat cepat. Era ini memiliki potensi untuk ikut

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya Offset, 2008), hlm Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB II KAJIAN TEORI. oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 2 Defenisi ini

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. tersebut, semakin besar minat yang tumbuh.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Teknik Pembelajaran Pusat Rotasi. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B Uno bahwa

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

Oleh Erniza Gazali Guru SD Negeri 018 Rambah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB II PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB II KAJIAN TEORI. ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa: dengan menggunakan kartu yang dipasangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar Menurut bahasa minat diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu keinginan. 1 Sedangkan menurut istilah minat merupakan aspek kepribadian yang menyangkut rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek dalam mencapai tujuan. Minat yang kuat akan mendorong seseorang dalam memilih tindakan secara tepat untuk mencapai tujuan. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. 2 Menurut Dalyono, minat belajar dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk memperoleh benda atau tujuan yang diminati. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin senang dan bahagia. Minat 1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indinesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 325 2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm. 180 9

belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. 3 Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. 4 Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Menurut Halpern (dalam Muhammad) secara keseluruhan, perempuan dan lakilaki memiliki lebih banyak kesamaan dari segi kemampuan kognitif dan prestasi akademik atau tidak terdapat perbedaan gender dalam inteligensi dan prestasi pada pelajaran sekolah. Namun, terdapat beberapa bidang dimana perempuan lebih ungggul daripada laki-laki, ataupun sebaliknya, laki-laki lebih unggul dibandingkan perempuan. Rata-rata, anak perempuan memiliki performa lebih baik daripada laki-laki dibidang kemampuan bahasa, memori verbal, kecepatan persepsi, dan keterampilan motorik halus. Sedangkan anak laki-laki memiliki performa lebih baik daripada perempuan dibidang matematika, sains, dan ilmu sosial. 5 Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran Pendidikan Agama Islam termasuk pada ingatan verbal dan spasial. Jadi, dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada siswa laki-laki. Kebanyakan perbedaan gendernya cukup kecil, namun rata-rata perempuan cenderung 3 Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, hlm. 56 4 Sardiman, Interaksi dan Aktivitas Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hlm. 76 5 Muhammad Angry Fajar Purba, Gender dalam Psikologi,.blogspot.com/2013/06/ 3835.html, diakses tanggal 1 Januari 2013

mendapatkan skor lebih tinggi pada tes spasial dan ingatan, membaca dan menghafal materi pelajaran. b. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Faktor-faktor yang dapat menimbulkan minat adalah sebagai berikut: 1) Faktor kebutuhan dari dalam Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. 2) Faktor motif sosial Timbulnya minat pada diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada. 3) Faktor emosional Faktor itu merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu keinginan atau objek tertentu. 6 Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa secara umum dibedakan menjadi tiga yaitu : 1) Faktor internal (Faktor dari dalam diri siswa) Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu : a) aspek fisiologis, dan b) aspek psikologis 2) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa) Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu: a) aspek lingkungan sosial dan b) aspek lingkungan non sosial. 3) Faktor Pendekatan Belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran. 7 6 Soedarsono, Beberapa Prinsip dalam Penelitian, Yogyakarta: Bimbingan Penelitian Karya Ilmiah FIP IKIP, 1988, hlm. 29 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hlm.132

Dari beberapa tinjauan di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa adalah kecenderungan dalam diri individu berupa keingintahuan, perhatian dan menyenangi mata pelajaran sebagai ilmu pengetahuan tanpa merasa terpaksa untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati. c. Macam-macam Minat Belajar Dalam dunia psikologi pendidikan dikenal ada tiga macam minat dalam diri anak yaitu minat volunter, involunter, dan non-volunter. Minat volunter adalah minat yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak, minat involunter adalah minat yang ditimbulkan oleh guru melalui berbagai upaya penciptaan situasi yang kondusif, dan minat non-involunter adalah minat yang timbul dengan dipaksakan. Dengan demikian minat yang kuat, anak akan melakukan suatu tindakan dengan motivasi yang lebih tinggi disertai kepuasaan tertentu 8. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk/keterangan. 9 Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi. Hal ini dapat dikenali melalui proses di kelas maupun di rumah. Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu diekpresikan melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya, sehingga untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang 8 Surya, Kapita Selekta Kependidikan SD, Jakarta: UT, 2001, hlm. 7.31 9 Depdikbud, Op. Cit, hlm. 329

mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Dengan demikian untuk menganalisis minat belajar dapat digunakan beberapa indikator minat sebagai berikut: a. Perasaan Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran PAI, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan PAI. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. b. Perhatian dalam belajar Adanya perhatian juga salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran PAI, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya. c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil meski ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut: Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu

bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali dan selalu terkontrol oleh lingkungannya. 10 Menurut Slameto 11 minat seseorang dalam belajar dapat dilihat dari indikatorindikator yaitu: 1) Adanya rasa ketertarikan terhadap pelajaran dimana seseorang siswa dapat dikatakan memiliki minat belajar yang tinggi jika ia merasa tertarik pada suatu objek, dalam hal ini pelajaran PAI. Ketertarikan siswa tersebut akan berimplikasi pada indikator-indikator minat belajar yang lainnya. Maka kunci pertama dalam belajar adalah siswa terlebih dahulu mesti mempunyai rasa ketertarikan pada pelajaran. 2) Adanya pemusatan perhatian. Ketertarikan siswa dalam belajar akan memunculkan rasa perhatian yang terpusat (fokus). Ia akan memperhatikan setiap gerak-gerik guru dalam menyajikan pelajaran. Jika ada penugasan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, siswa akan tetap terfokus perhatiannya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. 3) Adanya keingintahuan yang besar yaitu rasa ingin tahu yang besar akan muncul jika siswa sudah tertarik dan terpusat perhatiannya. Mereka akan mendalami suatu pelajaran secara mendetail Siswa yang demikian pada tataran berikutnya akan dengan mudah menguasai dan memahami pelajaran. 4) Adanya kebutuhan terhadap pelajaran yaitu ketertarikan, perhatian yang terpusat, dan keingintahuan yang besar terhadap pelajaran, terjadi karena siswa merasa 10 Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1996, hlm. 88 11 Slameto, Op. Cit, hlm. 57

butuh akan ilmu pengetahuan. Kebutuhan yang dirasakan siswa ini akan berkorelasi positif dengan aktivitas belajar mereka ketika mengikuti pelajaran. 5) Adanya perasaan senang dalam belajar. Dengan adanya keempat indikator di atas, maka sudah dapat dipastikan bahwa siswa akan merasa senang dalam mengkaji suatu pelajaran. Kesenangan yang timbul ini terkait erat dengan keempat indikator tadi. Siswa bersuka ria dan bergembira, serta bahagia jika mengikuti pelajaran. d. Aspek-aspek Minat Belajar Hurlock mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar. 12 Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu: 1) Aspek kognitif Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan. 2) Aspek afektif Aspek afektif adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang. 2. Mata Pelajaran Akidah Akhlak Menurut etimologi aqidah berasal dari Bahasa Arab yang artinya membuhul atau mengikat. Jadi, berdasarkan isim masdar, maksudnya ikatan, buhulan yaitu seseorang 12 Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1990, hlm. 422

dengan rela mengikatkan dirinya. 13 Pengertian aqidah secara terminologi (istilah) dikemukakan oleh para ahli di antaranya: Menurut Abdullah Azzam, aqidah adalah iman dengan semua rukun-rukunnya yang enam. 14 Berarti menurut pengertian ini iman yaitu keyakinan atau kepercayaan akan adanya Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, Hari Kebangkitan dan Qadha dan Qadar-Nya. Akhlak adalah istilah yang berasal dari kata bahasa Arab yang diartikan sama dengan budi pekerti. Pada dasarnya akhlak mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan Tuhan Penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan sesama manusia. Istilah sesama manusia dalam konsep akhlak adalah bersifat universal, bebas dari batas-batas kebangsaan maupun perbedaan-perbedaan lainnya. 15 Pengertian akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk dalam Kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. 16 Akhlak menurut aspek terminologi adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat). 17 Jadi kedua pengertian di atas yaitu aqidah dan akhlak dapat diketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena aqidah atau iman dan akhlak berada dalam hati. Dengan demikian tidak salah kalau pada sekolah tingkat 13 Asmal May, Pengembangan Pemikiran Pendidikan Aqidah Jilid I, Pekanbaru: UIN, 2010, hlm. 47 14 Abdullah Azzam, Akidah Landasan Pokok Membina Umat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), hlm. 17 15 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hlm. 32 16 Asmaran AS, Op. Cit, hlm. 1 17 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Op. Cit, hlm. 7

Tsanawiyah kedua bidang bahasan ini dijadikan satu mata pelajaran yaitu Aqidah Akhlaq. Jadi mata pelajaran aqidah akhlak mengandung arti pengajaran yang membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai suatu perbuatan baik atau buruk, yang dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampuri keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama. Aqidah akhlak merupakan kepercayaan yang diyakini kebenarannya di dalam hati, yang diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan yang terpuji sesuai dengan ajaran Al Quran dan Hadist. 18 Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa mata pelajaran aqidah akhlak dengan mata pelajaran lainnya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan bahkan saling membantu dan menunjang, karena mata pelajaran lainnya secara keseluruhan berfungsi menyempurnakan tujuan pendidkan. Namun demikian bahwa tuntutan mata pelajaran aqidah akhlak agak berbeda dengan yang lain, sebab materinya bukan saja untuk diketahui, dihayati dan dihafal, melainkan juga harus diamalkan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ruang Lingkup Materi Pelajaran Aqidah Akhlak Materi pokok atau ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak satu persatu sebagai berikut : 19 1) Akhlak terhadap Allah 18 http//: AnneAhira, Sekilas Tentang Aqidah dan Akhlak, diakses tanggal 28 September 2011 19 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 149-152

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai Khalik. Ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah yaitu: 1) Karena Allah-lah yang menciptakan manusia. 2) Karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. 3) Karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. 4) Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. 2) Akhlak terhadap sesama manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-qur an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar. 3) Akhlak terhadap lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. 4. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Berdasarkan Permanag No 2 tahun 2008 Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat : a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. 20 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Saripah tentang Penerapan Metode Inquiry untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Tentang Materi Kisah Rasul-rasul Allah di SD Negeri 002 Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar pada tahun 2010. Dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa Minat belajar siswa sebelum tindakan diperoleh rata-rata persentase 34,4%,dari siklus I diperoleh rata-rata persentase 60, 4%, Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dengan rata-rata persentase 78,0 hal ini menunjukan bahwa melalui Metode Inquiry Di kelas V SDN 002 Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar dapat diterapkan. Adapun unsur relevansinya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama meneliti tentang minat belajar siswa. 21 C. Konsep Operasional Konsep operasional adalah konsep yang digunkan untuk memberikan batasan terhadap konsep teoritis, hal ini supaya tidak terjadi salah pengertian di dalam penelitian ini. Tinggi rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak dapat dilihat dari indikator-indikator berikut: Indikator dari minat belajar adalah sebagai berikut: 20 Kementerian Agama RI, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: SKKemang, 2008 21 Saripah, Penerapan Metode Inquiry untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Tentang Materi Kisah Rasul-rasul Allah di SD N 002 Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Pekanbaru: UIN, 2010

a. Adanya rasa ketertarikan terhadap pelajaran yang dijelaskan oleh guru dimana seseorang siswa dapat dikatakan memiliki minat belajar yang tinggi jika ia merasa tertarik pada suatu objek. b. Adanya pemusatan perhatian siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru. c. Adanya keingintahuan terhadap pelajaran yaitu rasa ingin tahu yang besar akan muncul jika siswa sudah termotivasi. d. Adanya kebutuhan terhadap pelajaran yaitu perasaan suka, perhatian yang terpusat, dan motivasi yang besar terhadap pelajaran.serta beraktivitas dalam belajar. e. Adanya perasaan senang dalam belajar