BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

Judul BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh maju mundurnya Bangsa itu

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan dan menurunkan pengetahuan dari generasi yang lalu ke generasi

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 tentang System Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. moral, ketrampilan dan akhlak antara pendidik dan murid. Pendidikan berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu menjadi sorotan dan topik yang menarik sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal terseb ut diperlukan sebagai bekal dalam rangka menyongsong datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan, maka keterpaduan antara kegiatan guru dengan siswa sangat diperlukan. Oleh karena itu guru diharapkan mampu mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana yang mampu mendorong motivasi siswa untuk belajar. Karena guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidika n (Syah, 2003) Masalah pendidikan perlu mendapat perhatian khusus oleh Negara Indonesia yaitu dengan dirumuskannya Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan (2003) yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa 1

2 kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seberapa besar kontribusi pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia dapat diketahui dari keberhasilan pendidikan yang telah dilakukan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang mempunyai proses belajar terencana, teratur, terawasi dan dipimpin oleh orang yang bertanggung jawab serta memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai. Keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan formal dapat dilihat dari pencapaian prestasi yang diperoleh. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan adalah prestasi belajar siswa, untuk mencapai hal tersebut, proses belajar mengajar yang diselenggarakan harus ditingkatkan dan disempurnakan. Slameto (2003) mengungkapkan bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar bagi siswa sangat penting karena merupakan gambaran tingkat keberhasilan dari kegiatan selama mengikuti suatu pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Nawawi (dalam Safrudin 1998), yang mengatakan prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendidikan merupakan sarana penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu negara dan bangsa akan menjadi negara dan bangsa yang maju

3 apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas, sebaliknya suatu negara akan tertinggal dari negara dan bangsa lain apabila pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain dalam percaturan dan persaingan kehidupan global yang semakin kompetitif. Perkembangan pendidikan di Indonesia tertinggal dari negara-negara lain di Asia, bahkan dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Sebagai contoh, berdasar skor yang dikeluarkan Word Competitiveness Yearbook pelajar Singapura mencatat skor tertinggi untuk pelajaran matematika, yakni 604, disusul Korea Selatan (587), Taiwan (585), Hongkong (582), dan Jepang (579). Kemudian menyusul jauh di bawah adalah pelajar Malaysia dengan skor 519, Amerika Serikat (502), Thailand (467), Indonesia (403), dan Filipina (345). (Kompascyber Media, 2005), Mendukung ulasan di atas fenomena tentang hasil kelulusan di Indonesia dalam empat tahun terakhir memunculkan adanya suatu keprihatinan tersendiri. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah melaporkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 423.480.000 orang; 16% tidak tamat SD, 25 % lulus SD, 25% lulus SMP, 22% lulus SMA atau sederajat, dan 11% lulus pendidikan tinggi. Jadi, 88% atau 372.662.400 orang Indonesia berpendidikan SMP ke bawah. Sementara Pusat Data dan Informasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa murid yang putus sekolah tahun ajaran 2004-2005 di tingkat SD,

4 SMP/MTs, SMA/MA mencapai 1.122.742 anak. Angka terbesar justru putus sekolah tingkat SD, yakni mencapai 685.967 (Kompas Cyber Media, 2005). Pada hasil ujian akhir nasional SMA yang penulis gunakan dalam penelitian (SMA Panca Bakti Magetan) juga belum menunjukkan tingkat kelulusan optimal, karena belum mencapai 100%. Informasi yang penulis peroleh dari pihak sekolah mengenai rekapitulasi nilai siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Frekuensi dan Persentase Siswa Hasil UN Tahun Frekuensi dan Persentase Lulus tidak lulus Jumlah 2005 /2006 37 (75,51%) 12 (24,48%) 49 2007/2008 59 (93,65%) 4 (6,34%) 63 2008/2009 46 (90,19%) 5 (9,80%) 51 Sumber:Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Sujana (2000) mengemukakan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datangnya dari luar siswa, bahwa hasil belajarnya siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri, dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Tetapi perlu diingat bahwa faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi dan politik, kondisi psikis dan fisik mampu memberikan pengaruh. Menambahkan uraian sebelumnya, Suryabrata (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1) faktor-faktor yang berasal dari luar diri, meliputi faktor sosial dan non sosial; 2) faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

5 (diantaranya inteligensi, motivasi dan emosi) dan faktor fisiologis (keadaan pancainderanya). Pada penelitian ini variabel determinan atau yang menjadi prediktor variabel prestasi belajar yaitu faktor dari dalam diri individu yang terkait dengan prestasi belajar diantaranya yaitu manajemen diri. Juana (2000) mengemukakan manajemen diri adalah bagaimana individu mengatur dan mengelola diri sendiri dalam hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, waktu dan pencapaian tujuan diri. Menurut Prijosaksono (2001), manajemen diri atau self management merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan sepenuhnya keberadaan diri secara keseluruhan (fisik, emosi, mental atau pikiran, jiwa maupun rohnya) dan realita kehidupannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Mendukung pendapat di atas O Keefe dan Berger (Prijosaksono, 2001) mendefiniskan manajemen diri sebagai salah satu cara menyelesaikan tujuan. Manajemen diri atau self management tidak sama dengan self control karena self control berkonotasi mengendalikan atau menahan rintangan sedangkan manajemen diri adalah melakukan hal-hal seperti biasanya menyangkut diri sendiri dengan kebebasan dan spontan. Manajemen diri berkaitan dengan beberapa aspek, menurut Maxwell (Prijosaksono, 2001) aspek-aspek terdapat dalam manajemen diri antara lain pengelolaan waktu, hubungan antar manusia dan perspektif diri. Mendukung ulasan tersebut, Hasmyani (2004) pada penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan ada hubungan positif yang signifikan antara pengisian waktu luang (menjadi bagian dari aspek manajemen diri) dengan prestasi belajar pada siswa sekolah dasar (dengan

6 mengontrol inteligensi), semakin efektif pengisia n waktu luang, semakin tinggi prestasi belajar. Supriyono (2003) mengadakan penelitian tentang pemanfaatan waktu luang dan prestasi belajar matematika murid sekolah dasar kotamadya Palangkaraya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan belajar memberi sumbangan kepada prestasi belajar matematika murid sekolah dasar. Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu aspek manajemen diri adalah hubungan antar manusia. Pada konteks pendidikan, hubungan antar manusia dapat terjadi antara siswa itu sendiri, siswa dengan guru ataupun dengan lingkungan belajar. Berkaitan dengan ulasan tersebut Cameron, dkk. (2005) pada penelitian yang berkaitan dengan variasi guru dalam mengelola fungsi kelas, menyatakan bahwa semakin fokus guru dalam pengelolaan kelas dan interaksi dengan anak didik maka akan semakin meningkatkan intensitas siswa di dalam kelas. Didukung oleh penelitian Patterson dan Purkey (1993) pada penelitiannya juga menyatakan bahwa guru yang sifat humanis dibutuhkan pada ma sa-masa mendatang. Keterkaitan dengan penelitian ini maka guru harus memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan anak didiknya. Beberapa penelitian pendahuluan tersebut merujuk bahwa manajemen diri diharapkan dapat membentuk individu kearah lebih baik sesuai dengan perilaku mana yang akan diubah, ditingkatkan atau dikurangi sehingga mampu membantu individu untuk memotivasi kerja individu. Siswa yang memiliki manajemen diri tinggi akan mampu mengatur diri sendiri dan menentukan prioritas tujuan dengan menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas

7 sekolah. Sebaliknya banyak siswa merasa kesulitan mengelola dirinya sendiri sehingga tidak mampu memanfaatkan waktu belajar secara efektif, mudah terpengaruh hal-hal negatif, yang dapat menyebabkan siswa kehilangan tanggung jawab sebagai pelajar. Hal tersebut dapat menyebabkan prestasi belajar menurun. Memperhatikan kondisi tersebut, menjadi ketertarikan tersendiri untuk melakukan kajian empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini karena selama ini banyak anggapan bahwa prestasi belajar lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lebih bersifat akademis, misalnya sistem pembelajaran di sekolah, inteligensi, motivasi belajar, lingkungan belajar dan lain sebagainya. Sementara faktor psikologis misalnya manajemen diri siswa seringkali kurang diperhatikan oleh para pendidik atau pemerhati masalah pendidikan Keterkaitan antara manajemen diri dengan prestasi belajar juga menjadi suatu hal yang penting untuk diteliti. Pertimbangan ini dilakukan mengingat standar kelulusan siswa yang salah satunya diukur melalui prestasi belajar akan mempengaruhi kualitas komponen yang ada di sekolah secara keseluruhan, baik citra sekolah secara umum, kualitas siswa, kepala sekolah, guru, lingkungan sekolah fasilitas dan manajemen atau sistem pembelajaran serta kondisi psikologis dari siswa itu sendiri. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara manajemen diri dengan prestasi belajar?

8 Mengacu dari rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Hubungan antara manajemen diri dengan prestasi belajar. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk mengetahui: 1. Hubungan antara manajemen diri dengan prestasi belajar. 2. Tingkat manajemen diri dan prestasi belajar. 3. Sumbangan efektif manajemen diri terhadap prestasi belajar. 4. Perbedaan prestasi belajar antara laki-laki dan perempuan. C. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Secara teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi ilmuwan psikologi sehingga dapat mengembangkan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan yang berkaitan dengan manajemen diri dan prestasi belajar pada siswa SMA. 2. Secara Praktis Apabila hipotesis penelitian ini terbukti maka diharapkan memberikan manfaat: a. Bagi subyek penelitian Hasil penelitian dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai manajemen diri dan prestasi belajar pada siswa SMA, sehingga siswa dapat menyadari pentingnya manajemen diri untuk meningkatkan prestasi belajar

9 b. Bagi kepala sekolah Hasil penelitian memberikan gambaran dan informasi mengenai manajemen diri, prestasi belajar pada siswa SMA sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan manajemen diri siswa dan prestasi belajar pada siswa SMA. c. Bagi Ilmuwan psikologi. Hasil penelitian ini memberikan informasi empiris dan dapat dijadikan sebagai acuan atau pengembangan penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan manajemen diri dan prestasi belajar pada siswa SMA.