BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

BAB I P E N D A H U L U A N (AKHIR) Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang menjadi tujuan utama Pendidikan di Sekolah Dasar yaitu membaca,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam memberdayakan suatu bangsa adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kemampuan. hidupnya. Tanpa dunia luar manusia akan mati.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

I PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang terus menemukan momentumnya sejak dua

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah individu. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup Melalui pendidikan, individu memperoleh pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan yang ada (Afrida, Y Fitri (2010). Pendidikan merupakan investasi yang berharga bagi peningkatan kualitas sebuah generasi maju dan bermutu. Pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang mengintegrasikan tiga komponen yaitu administratif, kepemimpinan, bidang intruksional atau kurikuler, serta bidang bimbingan dan konseling (Yusuf. LN, 2009:4). Salah satu usaha pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu untuk mewujudkan cita-cita bangsa dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 50 ayat 3 yang berbunyi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. RSBI bertujuan menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam standar kompetensi lulusan bercirikan internasional (Depdiknas, 2008). Kebijakan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional terkait dengan jenjang pendidikan khususnya pendidikan formal ialah pendidikan menengah. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselanggarakan bagi lulusan pendidikan dasar, dalam arti bahwa pendidikan menengah merupakan jenjang lanjutan bagi pendidikan dasar.

2 Salah satunya ialah Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan institusi pendidikan tingkat menengah yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, karakter, kecakapan, dan keterampilan yang sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan (Depdiknas, 2007). Kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang dikembangkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dirumuskan dalam kurikulum yang disesuaikan dengan kompetensi lulusan yang dihasilkan melalui proses kegiatan belajar. Adapun pencapaian indikator standar kurikulum RSBI sebagai berikut: 1) menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), 2) menerapkan sistem satuan kredit semester, 3) memenuhi standar isi, dan 4) memenuhi standar kompetensi lulusan. Pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran RSBI menggunakan asasasas sebagai berikut : 1) menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi kurikulum sekolah di negara lain, 2) mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa inggris, secara terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya, 3) pengajaran dengan pendekatan dual language menekankan perbedaan adanya bahasa akademis dan bahasa sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan subjek maupun waktu, 4) menekankan keseimbangan aspek perkembangan siswa meliputi aspek kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik, 5) mengintegrasikan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) termasuk emotional intelligence dan spiritual intelligence ke dalam kurikulum, 6) mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan sikap serta prilaku (kepribadian), 7) mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis, memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar (Depdiknas, 2008). Selanjutnya RSBI menerapkan azas-azas pembelajaran aktif yang mengakses 5 pilar pendidikan (religios awareness, learning to know, learning to do, learning to be, and learning how to live together) (Depdiknas, 2008). Dari standar kurikulum RSBI pencapaian indikator yang ditetapkan di atas, tersirat bahwa siswa seyogianya menguasai keterampilan belajar (study skill) secara efektif, yang ditandai siswa dapat: 1) membangun dan menerapkan

3 informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan, 2) menunjukan kemampuan budaya belajar untuk pemberdayaan diri, 3) menunjukan kemampuan menganalisis dan membantu masalah secara kompleks, 4) komunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun, dan 5) menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (Larasati, 2011). Dalam praktiknya terdapat pergeseran paradigma pendidikan dari mengajar ke membelajarkan. Pendidikan sekolah mengutamakan proses belajar mengajar lebih menekankan pada kegiatan guru dalam mentransformasikan ilmu atau materi kepada siswa, dan siswa hanya sebagai pendengar (Depdiknas, 2008). Fenomena yang terjadi di sekolah cenderung siswa lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Siswa jarang dirangsang untuk melihat suatu masalah dari berbagai macam sudut pandang atau untuk memberikan alternatif-alternatif penyelesaian suatu masalah. Sesuai dengan pendapat Hidayat. N.A (2010) bahwa masalah belajar siswa SMP adalah masalah keterampilan belajar selalu menduduki posisi dominan, skor mutu kegiatan belajar mengajar mereka rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Siswa yang memiliki keterampilan belajar rendah akan berdampak pada kehidupanya misalnya akan menghadapi kesulitan dalam membuat catatan waktu guru mengajar, membuat ringkasan dari bahan yang dibaca, membuat laporan observasi, diskusi, mengembangkan cara menjawab/memecahkan soal-soal ulangan/ujian, membaca, berbahasa lisan dan tulisan, serta bertanya. Data dari National Commission on Excellence in Education menunjukan bahwa sebagian besar siswa yang berusia 15 tahun tidak memiliki keterampilan belajar yang lebih tinggi. Hanya 1-5% yang dapat menulis essay persuasive, 1-3% yang dapat memecahkan soal matematika, dan hampir 40% tidak dapat membuat kesimpulan dari baha-bahan tertulis (La Costa, 1985:2). Selanjutnya informasi data mengenai fenomena siswa yang memiliki keterampilan belajar rendah dalam pelaksanaan angka kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa SMP (Republika, 2008) di salah satu Kota Palembang diinformasikan,

4 sebanyak 87 (2, 47%) siswa SMP tidak lulus dalam Ujian Nasional (UN) dari jumlah peserta Ujian Nasional (UN) yang mencapai 3. 2671 siswa. Hal tersebut diakibatkan karena : 1) siswa memerlukan waktu tambahan untuk mengerjakan tugas, memerlukan pengulangan dalam memahami suatu pokok bahasan, serta mudah lupa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan, 2) sulit memahami isi bacaan, sulit dalam mengemukakan definisi istilah dengan kata-kata sendiri, 3) tingkah laku yang sulit diatur, sering bolos, malas mencatat, kesulitan untuk berkonsentrasi, tidak dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok belajar, dan 4) motivasi belajar yang rendah, dan lalai mengerjakan tugas (Larasati, 2011). Kegagalan siswa dalam menghadapi proses belajar dan Ujian Nasional (UN) yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa yaitu belum dikuasainya cara-cara belajar yang baik. Penguasaan siswa terhadap keterampilan belajar dapat meminimalkan hambatan belajar mereka (Maher dan Zins, 1987 dalam Djamal, 2006:18). Cara belajar yang baik sebagai upaya memfasilitasi siswa dalam memecahkan masalah dalam belajarnya yang dapat dimanipulasi, dibuat, dirintis serta diciptakan sesuai dengan apa yang siswa butuhkan, terutama mengembangkan keterampilan belajarnya sebagai aset dalam meningkatkan kualitas belajar yang dimiliki (Larasati, 2011). Penyelesaian fenomena keterampilan belajar pada siswa SMP berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Menandakan bahwa siswa membutuhkan layanan bimbingan dan konseling belajar, sebagai salah satu upaya strategi untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal, dan hendaknya membantu mempermudah siswa dalam mengenal bakat, minat, kemampuan sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya tersebut seoptimal mungkin untuk menyesuaikan dengan baik (Suherman, AS. 2007:7). Selanjutnya American Counseling Association (ACA) (2006) menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling membantu siswa memecahkan masalah emosi dan sosial, memahami hidup yang terarah, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan bagian krusial untuk meningkatkan prestasi siswa (ACA, 2006). Layanan bimbingan dan konseling terkait dengan aspek belajar difokuskan untuk mengetahui gambaran keterampilan belajar siswa berdasarkan pada konsep

5 Dennis H Congos dari Student Academic Resource Centre (SARC) (2002), yaitu manajemen waktu, keterampilan membaca, keterampilan mencatat, keterampilan mengingat (memori), konsentrasi, dan keterampilan mempersiapkan tes atau ujian. Burden & Crety (2003) menyatakan bahwa indivdu perlu sekali menguasai keterampilan belajar dengan baik. Keterampilan belajar yang dimiliki siswa seyogianya penting untuk mengetahui profil Keterampilan Belajar pada siswa SMPN RSBI 9 Palembang Tahun Ajaran 2012/2013, karena keterampilan belajar merupakan teknik untuk memperoleh, mempertahankan, serta mengaplikasikan pengetahuan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka seyogianya merumuskan pemberian layanan bimbingan dan konseling belajar, yang perumusannya didasarkan pada hasil penelitian. maka skripsi ini diberi judul Profil Keterampilan Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling. B. Identifikasi Masalah Keberadaan layanan bimbingan dan konseling (BK) adalah proses pendidikan dengan mengantarkan siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal salah satunya dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa. Dalam praktiknya terdapat pergeseran paradigma pendidikan dari mengajar ke membelajarkan. Pendidikan sekolah mengutamakan proses belajar mengajar lebih menekankan pada kegiatan guru dalam mentransformasikan ilmu atau materi kepada siswa, dan siswa hanya sebagai pendengar (Depdiknas, 2008). Fenomena yang terjadi di sekolah cenderung siswa lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Siswa jarang dirangsang untuk melihat suatu masalah dari berbagai macam sudut pandang atau untuk memberikan alternatif-alternatif penyelesaian suatu masalah. BK peduli terhadap upaya membantu siswa mencapai pribadi yang utuh, mengembangkan potensi siswa secara optimal, serta berfungsi untuk pengembangan dan peningkatan, sala satunya memberikan layanan BK Belajar dalam mengetahui dan merumuskan keterampilan belajar dan pelaksanaan

6 layanan BK tidak dapat dilepaskan dari keseluruahn rangkaian program pendidikan di sekolah untuk meningkatkan keterampilan belajar. Dalam pelaksanaan di SMPN RSBI 9 Palembang untuk mencapai prestasi belajar dilaksanakan aktivitas pembelajaran, tetapi dalam proses pembelajaran tersebut belum semua berjalan dengan optimal, disebabkan terdapat siswa yang lambat belajar, ada siswa yang belum menguasai keterampilan belajar, seperti keterampilan membaca efektif, mencatat dengan mapping, membangkitkan motivasi, mengatasi kejenuhan, dan mempersiapkan ujian yang belum menunjang secara optimal. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi dalam sub-bab sebelumnya, maka pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimana Profil keterampilan belajar siswa Kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013?. Sebagai studi pendahuluan untuk mengetahui profil keterampilan belajar penelitian tersebut diatas dirinci menjadi pertanyaanpertanyaan berikut ini. 1. Seperti apa gambaran keterampilan belajar siswa Kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013? 2. Seperti apa gambaran aspek-aspek keterampilan belajar siswa kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013? 3. Seperti apakah Implikasi layanan bimbingan belajar yang dapat diajukan berdasarkan keterampilan belajar siswa Kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keterampilan belajar siswa dan merumuskan layanan bimbingan belajar dilihat dari hasil gambaran

7 keterampilan belajar siswa kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013. Secara khusus tujuan penelitian ini menemukan hal-hal berikut ini. a. Gambaran keterampilan belajar siswa Kelas VII SMP RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013? b. Gambaran aspek-aspek keterampilan belajar siswa kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013? c. Gambaran Implikasi layanan bimbingan belajar yang dapat diajukan berdasarkan keterampilan belajar siswa Kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013? 2. Manfaat Penelitian berikut: Manfaat penelitian ditinjau dari manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai a. Manfaat Teoritis Secara teoritis, peneliti di harapkan menghasilkan dan memberikan gambaran mengenai keterampilan belajar Sekolah siswa Kelas VII SMP RSBI 9 Palembang tahun ajaran 2012/2013. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Secara praktis di harapkan dapat memberikan informasi empiris mengenai gambaran keterampilan belajar siswa dan memanfaatkan panduan layanan bimbingan belajar dalam meningkatkan keterampilan belajar siswa. 2) Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Secara praktis di harapkan dapat memberikan sumber informasi secara empiris mengenai fenomena keteramilan belajar disekolah dan upaya panduan layanan BK Belajar dalam meningatkan keterampilan belajar siswa SMP RSBI, sebagai bahan referensi pada mata kuliah BK Belajar. 3) Bagi Peneliti Selanjutnya

8 Secara praktis peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait merumuskan program hipotetik keterampilan belajar, membandingkan gambaran umum tingkat keterampilan belajar siswa setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA RSBI dan teknik intervensi yang dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitaif. Data hasil penelitian dijelaskan secara akurat dengan menggunakan perhitunganperhitungan statistik mengenai penguasaan keterampilan belajar siswa secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya (Sukmadinata, 2005b). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan gambaran keadaan pada saat penelitan dilakukan, yaitu mendeskripsikan, menganalisis dan mengambil suatu generalisasi dari pengamatan mengenai penguasaan keterampilan belajar siswa. pengunaan metode deskriptif ini diharapkan memperoleh kesimpulan yang dapat diangkat ke tarap generalisasi berdasarkan hasil-hasil pengolahan dan analisis data (Larasati, 2011). Dengan mengacu kepada konsep tersebut maka penelitian yang dilakukan akan mendeskripsikan tingkat penguasaan keterampilan belajar yang masih kurang dikuasai siswa sebagai analisis kebutuhan, selanjutnya dijadikan bahan dalam merumuskan layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa kelas VII SMPN RSBI 9 Palembang. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Penelitian

9 Populasi penelitian ini adalah siswa SMPN RSBI 9 Palembang. Subjek Penelitiannya adalah siswa kelas VII. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak (random sampling). pertimbangan dalam menentukan populasi penelitian di SMPN RSBI 9 Palembang di kelas VII sebagai berikut: 1. Siswa kelas VII berada pada masa peralihan dari masa sekolah SD ke SMP sehingga memerlukan penyesuaian terhadap lingkungannya, termasuk lingkungan belajar. 2. Sebagai upaya pencegahan dalam mengurangi jumlah siswa tinggal kelas yang disebabkan masalah dalam belajar yang belum optimal. b. Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1997, h. 104). Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang objek penelitian dengan mengambil representatif populasi yang diprediksikan sebagai inferensi terhadap seluruh populasi. Secara spesifik, sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV yang ditentukan dengan teknik penentuan sampel secara acak (random sampling). 3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam memperoleh data mengenai gambaran keterampilan belajar siswa, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik non-tes dengan pengumpul data berupa angket keterampilan belajar. Pengukuran akan dilakukan terhadap aspek keterampilan belajar yang mencakup manajemen waktu, keterampilan membaca, keterampilan mencatat, keterampilan mengingat, konsentrasi, dan keterampilan mempersiapkan tes. F. Sistematika Penulisan

10 Sistematika mengenai profil keterampilan belajar terbagi kedalam lima bab, yang diantaranya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN: Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Menyajikan teori yang relevan sebagai landasan penelitian, pengertian bimbingan belajar, keterampilan belajar, rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). BAB III METODOLOGI PENELITIAN: Berisi subjek yang akan diteliti, definisi operasional variabel, metode penelitian dan desain penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel dan metode analisis data. BAB IV PEMBAHASAN: Menguraikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan analisis deskriptif data responden. BAB V PENUTUP: Terdiri dari kesimpulan atau intisari yang didapat dari hasil penelitian, serta saran baik teoritis maupun praktis.