PENERIMAAN PERPAJAKAN SEKTOR EKONOMI TRADABLE DAN NON TRADABLE

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010

Kajian Potensi Penerimaan Perpajakan Berdasarkan Pendekatan Makro. Ringkasan eksekutif

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2011

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengamatan perpajakan Center Taxation analysis (CITA)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Belanja Negara (APBN), sumber pembiayaannya berasal dari sektor

BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

Transkripsi:

PENERIMAAN PERPAJAKAN SEKTOR EKONOMI TRADABLE DAN NON TRADABLE Abstrak Laju pertumbuhan sektor non-tradable lebih tinggi dari pada sektor tradable dan kontribusi penerimaan pajak terbesar pada sektor non-tradable, tapi sektor yang dapat menyerap tenaga kerja terbesar pada sektor tradable. Kedua sektor ekonomi ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor ekonomi non-tradable sedangkan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi penerimaan pajak. Selain itu, kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak masih rendah. wajib badan tercatat ada 12 juta, baru 5 juta yang mempunyai NPWP, dan baru 540 ribu yang sudah membayar pajak. Sedangkan wajib pajak orang pribadi yang membayar pajak baru 25 juta dari 40 juta OP terdaftar. A. Pendahuluan Pendapatan negara dari penerimaan perpajakan dipengaruhi oleh sektor ekonomi tradable (seperti pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, dan industri pengolahan) dan sektor ekonomi non-tradable (seperti listrik, gas, air bersih, konstruksi, perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, keuangan, real estate, jasa perusahaan, dan jasa-jasa) karena dari kedua sektor ekonomi tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penerimaan perpajakan. Perkembangan kenaikan dari penerimaan perpajakan dapat dilihat dari tax rasionya, perkembangan tax ratio disajikan dalam grafik berikut : Tax Ratio (%) 14 12 10 8 6 4 2 0 12.5 12.16 12.43 13.31 11.06 11.26 11.76 12.3 12.9 12.38 Sumber:NotaKeuanganAPBNTA 2014 Dari grafik di atas tax ratio mengalami fluktuasi dan pergerakan perubahannya tidak terlalu signifikan, berarti kenaikan penerimaan pajak cenderung stagnan. Kemudian terkait mengenai pemerintah akan memberikan kebijakan teknis bidang Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI 81

pajak pada tahun 2015 yang salah satunya adalah mengintensifikasikan penggalian dari sektor ekonomi non-tradable. Perlu diketahui bahwa sektor non-tradable ini bukan sektor ekonomi yang padat karya dibanding dengan sektor tradable. Seperti konstruksi pada awalnya akan menyerap tenaga kerja tapi setelah selesai pembangunan maka pengangguran akan terjadi, jika pengangguran terjadi maka PDB menurun karena produktivitas rendah. B. Perkembangan dan Penerimaan Pajak Per Sektor Usaha Perkembangan penerimaan perpajakan dilihat dari tax rasionya belum mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, dalam hal ini sektor usaha tradable maupun non-tradable. Perkembangan penerimaan pajak per sektor usaha disajikan sebagai berikut : No 1 Tabel 1. Perkembangan Penerimaan PPh Non Migas Sektoral (Triliun Rupiah) Sektor Pertanian, peternakan,kehutanan dan perikanan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Perk. Real Real Real Real Real Real 4.7 9.9 10.5 9.5 11.4 15.1 2 Pertambangan migas 14.0 17.9 8.5 8.2 9.3 13.6 3 Pertambangan bukan migas 10.5 11.7 17.8 14.0 17.0 23.9 4 Penggalian 0.2 0.5 0.3 0.4 0.5 0.6 5 Industri pengolahan 41.9 56.6 62.7 77.8 93.1 110.9 6 Listrik, gas dan air bersih 4.7 5.3 5.4 7.9 9.5 11.0 7 Konstruksi 4.8 5.4 6.7 7.3 8.0 10.6 8 Perdagangan, hotel dan restauran 16.9 24.3 27.1 32.2 39.2 47.2 9 Pengangkutan dan komunikasi 16.3 20.1 16.8 17.9 18.9 26.3 10 Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 54.8 60.5 67.6 69.1 82.6 107.8 11 Jasa lainnya 10.7 12.3 17.8 18.3 20.5 25.3 12 Kegiatan yang belum jelas batasannya 0.2 4.5 2.4 2.7 5.3 5.6 Total 179.7 229.0 243.6 265.3 315.4 397.9 Belum Memperhitungkan PPh Valas dan restitusi Sumber : Kementerian Keuangan Dari tabel di atas dapat lihit bahwa industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar dari tahun ke tahun trand penerimaan cenderung naik. Kedua sektor usaha ekonomi ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi penerimaan pajak. Pada realnya sektor yang mengalami kenaikan signifikan pada sektor non-tradable. Selain penerimaan pajak dari PPh Non Migas, penerimaan pajak juga disumbang oleh kontribusi Pajak PPN yang disajikan sebagai berikut : Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI 82

Tabel 2. Perkembangan Penerimaan PPN Dalam Negeri Sektoral (Triliun Rupiah) No Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Real Real Real Real Real Perk. Real 1 Pertanian, peternakan,kehutanan dan perikanan 2.0 3.1 3.5 3.3 5.2 6.1 2 Pertambangan migas 3 Pertambangan bukan migas 4 Penggalian 5 Industri pengolahan 6 Listrik, gas dan air bersih 7 Konstruksi 8 Perdagangan, hotel dan restauran 14.6 17.0 3.9 2.8 4.3 5.1 1.8 1.4 1.9 2.1 2.0 2.3 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.2 28.6 32.2 50.2 67.3 65.6 86.1 0.5 0.6 0.7 0.9 1.0 1.4 12.0 11.3 12.4 12.1 15.1 18.5 17.9 20.3 23.5 28.0 32.9 39.9 9 Pengangkutan dan komunikasi 8.1 8.8 9.7 12.4 14.2 17.5 Keuangan, real estate dan jasa 10 perusahaan 10.8 9.4 10.4 12.1 15.3 18.7 11 Jasa lainnya 2.3 2.6 3.0 3.8 3.9 4.9 Kegiatan yang belum jelas 12 batasannya 1.9 5.9 6.5 7.3 9.3 10.9 Total 100.6 112.7 125.8 152.3 168.8 211.5 Belum memasukkan PPN belanja kementerian negara/ lembaga dan instansi yang offline. Sumber : Kementerian Keuangan Penerimaan pajak PPN Non Migas juga didominasi sektor industri pengolahan dan terendah pada sektor penggalian. Secara nominal penerimaan pajak total baik PPh maupun PPN mengalami kenikan secara signifikan. Kemudian perlu dilihat perkembangan dari perumbuhan masing-masing sektor yaitu sebagai berikut : Tabel 3. Laju Pertumbuhan (%) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3.96 3.01 3.37 4.20 3.54 2. Pertambangan dan Penggalian 4.47 3.86 1.60 1.56 1.34 3. Industri Pengolahan 2.21 4.74 6.14 5.74 5.56 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 14.29 5.33 4.71 6.25 5.58 5. Konstruksi 7.07 6.95 6.07 7.39 6.57 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.28 8.69 9.24 8.15 5.93 7. Pengangkutan dan Komunikasi 15.85 13.41 10.70 9.98 10.19 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5.21 5.67 6.84 7.15 7.56 9. Jasa-jasa 6.42 6.04 6.80 5.25 5.46 Sumber : BPS Tahun 2014 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI 83

Dari tabel di atas jelas bahwa pada tahun 2013 laju pertumbuhan sektor tradable masih ada di bawah 5% sedangkan laju pertumbuhan sektor non-tradable lebih dari 5%. Jika dilihat dari peneyerapan tenaga kerja sektor tradable yang lebih banyak menyerap tenaga kerja di bandingkan dengan sektor non-tradable. Data penyerapan tenaga kerja disajikan dalam table berikut : No. Table 4. Persentase Tenaga Kerja Menurut Pekerjaan Utama 2013 Tenaga Kerja Lapangan Pekerjaan Utama (%) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 34.36 2 Pertambangan dan Penggalian 1.28 3 Industri Pengolahan 13.43 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.23 5 Konstruksi 5.66 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 21.42 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.55 8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 2.63 9 Jasa-jasa lainnya 16.44 Sumber : BPS Tahun 2014, diolah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tenaga kerja di sektor tradable di bidang pertanian, perternakan, kehutanan, dan perikanan lebih besar menyerap tenaga kerja di banding sektor lainnya. Namun hal ini tidak signfikan dalam kontribusi PDB, sektor ini hanya memberikan kontribusi terhadap pdb hanya sebesar 14.43%, data kontribusi sektor lainnya disajikan dalam table berikut : Tabel 5. Persentase Kontribusi Terhadap PDB Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 (%) (%) (%) (%) (%) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 15.29 15.29 14.71 14.50 14.43 2. Pertambangan & Penggalian 10.56 11.16 11.82 11.80 11.24 3. Industri Pengolahan 26.36 24.80 24.34 23.97 23.70 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0.83 0.76 0.75 0.76 0.77 5. Konstruksi 9.90 10.25 10.16 10.26 9.99 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13.28 13.69 13.80 13.96 14.33 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6.31 6.56 6.62 6.67 7.01 8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 7.23 7.24 7.21 7.27 7.52 9. Jasa-jasa 10.24 10.24 10.58 10.81 11.02 Sumber : BPS Tahun 2014 Dari tabel 5 diperoleh informasi bahwa sektor tradable yang memberikan kontribusi terbesar terhadp PDB, hal berarti sektor tradable juga memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut bahwa jika pertumbuhan ekonomi naik maka penerimaan pajak juga akan naik. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI 84

Kemudian kondisi penerimaan pajak per sektor usaha tahun 2014 disajikan sebagai berikut : Tabel 6. Penerimaan Pajak Per Sektor Usaha Periode 1 januari s.d 8 Agustus 2014 No Jenis Sektor Usaha Realisasi (Rp. Triliun) 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9,7 2 Jasa Profesional, ilmiah, dan Teknis 11,8 3 Administrasi Pemerintah dan Jaminan Sosial 12,4 4 Real Estate 12,6 5 Transportasi dan Pergudangan 17,9 6 Informasi dan Komunikasi 19,9 7 Konstruksi 26 8 Pertambangan dan Penggalian 36,4 9 Jasa Keungan dan Asuransi 72,2 10 Perdagangan Besar dan Eceran 81,3 11 Industri Pengolahan 201,3 12 Sektor Lainnya/Jasa-jasa Lainnya 38,4 Belum termasuk penerimaan PBB dan PPh Migas Sumber : Dashboard Penerimaan DJP Analisa hubungan dari permasalahan di atas terhadap penerimaan pajak adalah sebagai berikut : Sektor tradable dan non tradable memberikan kontribusi terdap PDB, dengan kata lain kedua sektor tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi penerimaan pajak, terutama PPh dan PPN, lebih lanjut jika semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semkin tinggi penghasilan dan transaksi bisnis yang dilakukan oleh masyarakat sehingga pajak yang dapat dihimpun semakin tinggi, dan berlaku sebaliknya. Namun perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi didominasi oleh sektor non tradable, tapi serapan tenaga kerja semakin menurun. Akibatnya terjadi pengangguran dan penghasilan dari masyarakat akan berkurang sehingga akan menambah kemiskinan. Hal ini berdampak pada kegiatan ekonomi dari masyarakat akan berkurang yang berarti penerimaan pajak juga akan berkurang. Selain itu juga kucuran dana pada sektor non-tradable lebih mudah dari pada tradable, seperti developer begitu mudah mendapat suntikan dana dari perbankan sedangkan petani begitu sulit untuk meminta suntikan dana. Properti akan menyerap banyak tenaga kerja pada di awal pembangunan, tapi akan banyak pengangguran setelah selesai pembangunan. Sebagai langkah optimal penerimaan perpajakan, pemerintah harus bisa menyeimbangkan kedua sektor tersbut. Sektor yang perlu mendapat perhatian khusus berdasarkan data yang ada adalah bidang pertanian, karena lebih banyak Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI 85

menyerap tenaga kerja di bandingkan sektor lainnya dan laju pertumbuhan dan penerimaan pajaknya lebih kecil dibanding sektor lainnya. Pertanian perlu diinsetifikasikan dan ekstensifiksikan karena lahannya pertanian sudah banyak dijadikan lahan lainnya seperti perumahan. Perubahan lahan ini juga bisa mengakibatkan pengangguran sehingga penghasilan mayarakat berkurang akibatnya kegiatan ekonomi berkurang sehingga penerimaan pajak berkurang. Selain itu juga, menurut Ridho dan Tri tingkat kepatuhan perusahaan dalam membayar pajak masih rendah, hingga kini baru sekitar 540.000 badan usaha yang membayar pajak yakni memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun 2013. Jumlah itu setara dengan 10,5% dari 5 juta perusahaan yang sudah memiliki nomor wajib pajak (NPWP). Kemudian Direktur DJP Wahyu menambahkan jumlah WP badan hanya 4,5% yang patuh membayar pajak dari jumlah WP badan yang tercatat sebanyak 12 juta. Dari 12 juta WP badan itu, baru sekitar 5 juta yang mempunyai NPWP. Selanjutnya, wajib pajak orang pribadi (OP) yang membayar pajak adalah 25 juta dari 40 juta OP yang terdaftar. Hal ini berarti kepatuhan dari objek pajak masih jauh dari kesadaran untuk membayar pajak, hal ini terjadi karena kurangnya penagakan sanksi terhadap wajib pajak yang belum atau tidak membayar pajak. C. Kesimpulan penerimaan perpajakan dipengaruhi pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan sekonomi dipengaruhi oleh sektor ekonomi tradable dan nontradable. Laju pertumbuhan sektor ekonomi non tradable lebih dari 5% sedangkan tradable masih ada di bawah 5%. Sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar dari sektor ekonomi tradable, tapi kontribusi terhadap PDB masih didominasi sektor non-trdable. Walaupun PDB didominasi non-trdable, serapan tenaga kerja menurun. Oleh karena itu, sektor ekonomi tradable perlu mendapat dukungan atau perhatian khusus di bandingkan sektor ekonomi non-tradable. Karena sektor laju pertumbuhan sektor tradable lebih rendah dari sektor non-tradable, kontribusi sektor tradable lebih padat karya (lebih bayak menyerap tenaga kerja), dan kontribusi sektor tradable terhadap PDB masih rendah, akibatnya penerimaan perpajakan akan berkurang. Oleh karena itu, dapat diambil beberapa langkah untuk mengoptimalkan penerimaan pajak yaitu : 1. Menyempurnakan sistem administrasi perpajakan berbasis teknologi informasi yang terintegrasi dengan instansi yang melibatkan transaksi WP badan atau OP untuk meningkatkan kepatuhan wajib. 2. Penegakan hukum bagi penghindar pajak. 3. Perluasan basis pajak terutama sektor-sektor yang tidak terlalu banyak digali potensinya serta sektor yang kontribusinya masih rendah. 4. Memberikan anggaran khusus untuk membuat atau memperbaiki infrastruktur pertanian. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI 86