1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran IPA di SD merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang ada disekelilingnya. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kesimpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan demikian, bahwa pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Tujuan pendidikan IPA dalam kurikulum pendidikan dasar menurut Mulyana (2011:13) adalah mendidik anak agar memahami konsep IPA, memiliki keterampilan ilmiah, bersikap ilmiah dan religius. Tujuan tersebut sejalan dengan karakteristik atau hakikat IPA di SD yaitu meliputi ruang lingkup produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Dengan kata lain tujuan pembelajaran IPA di SD bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan keterampilan proses siswa, karena menurut Trianto (2012:148) mengungkapkan bahwa dengan menggunakan keterampilan proses akhirnya akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri. Dengan demikian, guru harus mampu mengembangkan keterampilan proses yang dimiliki siswa melalui suatu pembelajaran IPA yang bermakna. Salah satu tugas guru dalam mengajarkan IPA adalah menyajikan materi IPA sesuai dengan karakteristik IPA itu sendiri, agar mampu mencapai tujuan kurikulum. Akan tetapi, setelah peneliti melaksanakan studi pendahuluan pada salah satu SD Negeri, guru dalam membelajarkan siswanya kurang
2 mengembangkan keterampilan proses, siswa tidak diarahkan untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya karena pembelajarannya lebih menekankan pada penguasaan konsep secara langsung melalui mendengarkan penjelasan, membaca buku teks dan mencatat. Jadi, dalam hal ini siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan ilmiah, padahal produk IPA yang berupa konsep, prinsip, hukum dan teori menurut Mulyana (2011:9) mengungkapakan bahwa produk IPA tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan. Hasil studi pendahuluan juga menemukan informasi mengenai penguasaan materi pelajaran khususnya tentang gaya gravitasi oleh siswa yang masih belum sesuai dengan konsep IPA. Contohnya pada konsepsi yang masih keliru mengenai faktor yang mempengaruhi kecepatan jatuhnya benda ke lantai, ketika diberikan pertanyaan mengenai hal itu, siswa menjawab bahwa faktor yang mempengaruhinya adalah berat benda, ini dikarenakan intuisi pengalaman siswa mengenai benda yang lebih berat atau lebih besar akan jatuh sampai dasar terlebih dahulu. Padahal apabila siswa dibelajarkan sesuai dengan karakteristik IPA, maka konsepsi siswa yang masih keliru itu akan teratasi, karena siswa di arahkan untuk melakukan kegiatan ilmiah seperti mengobservasi, melakukan percobaan, mencatat data, menyimpulkan dan kemudian mengkomunikasikan kepada teman temannya. Tahap-tahap kegiatan ilmiah tersebut lebih dikenal dengan keterampilan proses. Kejelasan wawasan guru tentang ruang lingkup IPA sangat menentukan kualitas pembelajaran IPA di SD. Kemampuan guru dalam mengajarkan suatu materi subjek atau konsep pelajaran IPA bisa dikaitkan dengan kompetensi pedagogiknya. Kompetensi pedagogik menurut PP No.74 tahun 2008, bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
3 evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru identik dengan Pedagogical Content Knowledge atau biasa disebut PCK. Salah satu tugas guru adalah untuk membantu siswa dalam memahami konten pengetahuan sains atau IPA secara utuh menyeluruh. Menururt Herlanti (2010) mengungkapkan bahwa pembelajaran sains atau IPA tidak pernah lepas dari pengetahuan tentang konten (content knowledge) dan pengetahuan tentang pedagogi (pedagogical knowledge). Selanjutnya Shulman (Mulhall et.al., 2003) mengemukakan bahwa guru memanfaatkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) sebagai sebuah pengetahuan khusus yang dimiliki guru tentang cara mengajar konten tertentu kepada siswa dengan cara mempromosikan pemahaman. Dengan demikian, Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah pengetahuan dalam mengorganisasi konten yang cocok untuk mengajar, yang bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa. Format PCK menurut Lougran et.al. (2006) terdiri dari dua elemen yaitu elemen pertama disebut Content Representation (CoRe) dan elemen kedua disebut Pedagogical and Profesional experience Repertoires (PaP-eRs). Content Representation (CoRe) berisi uraian konsep-konsep atau materi yang dipentingkan dalam mengajarkan suatu topik tertentu. CoRe bisa dibuat sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Guru harus bisa mengoptimalkan kemampuannya merancang dan mengoperasionalkan strategi pembelajaran IPA yang konsisten dengan hakikat atau karakteristik pendidikan IPA. Oleh karena itu, skenario pembelajaran diperlukan sebagai panduan secara teknis operasional bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran. Merencanakan dan mengambil keputusan tentang pengajaran adalah aspek-aspek terpenting pengajaran, karena merupakan determinan utama dari apa yang akan diajarkan di sekolah dan bagaimana mengajarkannya, sehingga Arends (2008:103) mengungkapkan bahwa pembuatan perencanaan yang seksama oleh guru dapat menghasilkan kelas yang berjalan dengan lancar.
4 Dalam pembuatan skenario pembelajaran IPA, guru bisa mengacu pada format PCK yang berupa elemen CoRe, karena aspek aspek CoRe akan sangat membantu guru dalam merancang pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri. Aplikasi dari CoRe pada penelitian ini, yaitu berupa analisis PCK tentang konsep gaya gravitasi. Analisis tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana guru mengembangkan pengetahuan tentang konsep IPA dan bagaimana mengajarkan konten atau konsep IPA tersebut, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan proses perserta didiknya, dan pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru menjadi sebuah pembelajaran yang efektif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Harlen (Rostina, 2000:19) bahwa keterampilan proses sains (proses skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Konsep gaya gravitasi merupakan salah satu pokok bahasan yang harus di ajarkan pada siswa SD di kelas V semester dua. Konsep gaya gravitasi termasuk konsep yang abstrak, gaya gravitasi merupakan gaya tak langsung karena bekerja tanpa bersentuhan dengan benda. Berdasarkan kenyataan ini, maka pembelajaran mengenai konsep tersebut dengan mengimplementasikan skenario pembelajaran berbasis PCK merupakan suatu solusi yang baik, karena perencanaan yang baik pasti akan lebih memperhatikan kebutuhan siswa sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses yang telah dimiliki oleh setiap siswa tersebut. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keterampilan proses yang dimiliki siswa melalui penerapan skenario pembelajaran berbasis PCK tentang gaya gravitasi bumi di SD kelas V. B. Identifikasi Masalah Dari hasil studi pendahuluan, pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Pasirtamiang belum sesuai dengan hakikat/karakteristik pembelajaran IPA terutama pada pembelajaran materi gaya gravitasi bumi. Hal ini ditunjukkan dengan tidak dikembangkannya keterampilan proses siswa. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah merancang pembelajaran dan mampu mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang
5 dimilikinya, potensi yang dimiliki siswa ini misalnya adalah keterampilan proses. Pembelajaran mengenai konsep gaya gravitasi bumi dengan mengimplementasikan skenario pembelajaran berbasis PCK merupakan suatu solusi yang baik, karena perencanaan yang baik pasti akan lebih memperhatikan kebutuhan siswa sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses yang telah dimiliki oleh setiap siswa tersebut. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana keterampilan proses yang dimiilki siswa SD melalui penerapan skenario pembelajaran berbasis PCK tentang gaya gravitasi. Rumusan masalah tersebut diperinci melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana keterampilan proses siswa yang di ukur melalui observasi pada pembelajaran gaya gravitasi? 2. Bagaimana keterampilan proses siswa yang di ukur melalui tes pada pembelajaran gaya gravitasi? 3. Bagaimana keterlaksanaan skenario pembelajaran berbasis PCK (Pedagogical Content Knowledge) pada pembelajaran gaya gravitasi? D. Batasan Masalah Keterampilan proses yang diteliti pada penelitian ini meliputi tujuh aspek keterampilan, yaitu keterampilan mengamati (observasi), mengelompokan (klasifikasi), menafsirkan (interpretasi data), meramalkan (prediksi), merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan keterampilan mengkomunikasikan. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang diajukan maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Menganalisis mengenai keterampilan proses yang dimiliki siswa kelas V di SD Negeri 1 Pasirtamiang yang diukur melalui observasi.
6 2. Menganalisis mengenai keterampilan proses yang dimiliki siswa kelas V di SD Negeri 1 Pasirtamiang yang diukur melalui tes. 3. Memperoleh gambaran keterlaksanaan dari skenario pembelajaran berbasis PCK yang diimplementasikan dan dampaknya terhadap siswa. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. Oleh karena itu, hasil peneltian ini bermanfaat sebagai berikut. 1. Memberi informasi mengenai keterampilan proses yang dimiliki siswa melalui penerapan skenario pembelajaran berbasis PCK pada proses pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Pasirtamiang 2. Menambah wawasan teori mengenai Pedagogical Content Knowledge (PCK). 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi calon guru dan guru dalam mengembangkan skenario pembelajaran IPA berbasis PCK. G. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan indonesia tahun 2012. Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, berikut adalah rincian penulisannya. 1. Bab I Pendahuluan Pada bab I berisi uraian dari pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat dan struktur organisasi skripsi 2. Bab II Kajian Pustaka Pada kajian pustaka menguraikan tentang landasan teoritik yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini. Teori yang dibahas diantaranya mengenai keterampilan proses, Pedagogical Content Knowledge (PCK), skenario pembelajaran berbasis PCK, dan mengenai tinjauan materi gaya gravitasi bumi.
7 3. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini mengupas tentang metodologi penelitian, yang terdiri atas lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab IV berisi tentang pemaparan hasil penelitian, analisis data penelitian dan pembahasannya, relevansi keterampilan proses siswa dari hasil tes dan observasi, hasil wawancara serta hasil observasi keterlaksanaan skenario pembelajaran berbasis PCK. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab V berisikan jawaban terhadap rumusan masalah yang dikemukakan pada bab I, yang terdiri atas kesimpulan dan saran.