BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

2017, No Indonesia Nomor 75 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ap

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-07/M.

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114); 3. Per

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

2016, No bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; c. bahwa dalam rangka memenuhi formasi Jabatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

3. Peraturan Pemerintah...

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 04/PRT/M/2006 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Mengingat : 1. Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik. dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. ASN. Revolusi Mental. Kode Etik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENT ANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA. KODE ETlK PEGAWAI NEGERI SlPlL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Company LOGO PENYUSUNAN KODE ETIK APARATUR. M. ARIF ALDIAN, S.IP, M.Si

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

2016, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Neg

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

2016, No NonDepartemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Nom

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DEMAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL. B A B I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tenta

Transkripsi:

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PEDOMAN PENYUSUNAN KODE ETIK ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 1TAHUN2017 TANGGAL : 6 FEBRUARI 2OL7

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2OL7 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KODE ETIK ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, Menimbang :4. b. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 4I Tahun 2OI2 tentang Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur dan Angka Kreditnya, Badan Kepegawaian Negara sebagai Instansi Pembina Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur mempunyai tugas pembinaan antara lain memfasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesi dan kode etik Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Kepergawaian Negara tentang Pedoman Penyusunan Kode Etik Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2OI4 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5a9al;

-2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2OO4 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor I42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 3. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 20 13 tentang Badan Kepegawaian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1 281; 4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 4I Tahun 2OI2 tentang Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 8761; 5. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 16 Tahun 2Ol2 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 4T Tahun 2OI2 tentang Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OI2 Nomor 1287); 6. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor L9 Tahun 2OL4 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 998) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 I Tahun 20 15 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2OI4 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OI5 Nomor 1282); MEMUTUSI(AN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KODE ETIK ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR.

-3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur yang selanjutnya disingkat Assessor SDM 2. 3. 4. Aparatur adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas dan wewenang untuk melakukan kegiatan penilaian kompetensi manajerial. Assessor SDM Aparatur adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penilaian kompetensi manajerial. Assess ee adalah orang yang akan dinilai kompetensinya. Kode Etik Assessor SDM Aparatur adalah pedoman sikap dan perilaku Assessor dalam melaksanakan tugas dan pergaulan hidupnya sehari-hari. BAB II TUJUAN PEDOMAN PENYUSUNAN KODE ETIK Pasal 2 Tujuan ditetapkannya peraturan tentang Pedoman Penyusunan Kode Etik Assessor SDM Aparatur yaitu sebagai pedoman bagi organisasi profesi Assessor SDM Aparatur dalam menyusun kode etiknya. BAB III KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 3 (1) Assessor SDM Aparatur berkedudukan sebagai pejabat fungsional tertentu yaitu Jabatan Fungsional Assessor SDM Aparatur di lingkungan instansi pemerintah.

-4- (21 Assessor SDM Aparatur bekerja di dalam unit Penilaian Kompetensi atau di lingkungan kepegawaian yang mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan penilaian kompetensi. Pasal 4 Assessor SDM Aparatur harus mengutamakan kompetensi, obyektivitas, kejujuran, dan menjunjung tinggi integritas, norma-norma keahlian serta menyadari konsekuensi dari tindakannya dalam melaksanakan tugasnya. BAB IV NILAI-NILAI DASAR Pasal 5 Nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh setiap Assessor SDM Aparatur meliputi: a. ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. jujur; c. integritas; d. tanggung jawab; e. disiplin; f. profesional; g. bersemangat; h. kerjasama; dan i. pelayanan prima. BAB V KODE ETIK PROFESI ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR Pasal 6 Setiap Assessor SDM Aparatur dalam melaksanakan tugas dan kehidupan sehari-hari selain tunduk pada Kode Etik PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2OO4 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, juga tunduk kepada Kode Etik Assessor SDM Aparatur yang diatur oleh organisasi profesi Assessor SDM Aparatur.

-5- Pasal 7 Setiap individu Assessor SDM Aparatur memiliki kode etik yang meliputi: a. percaya diri; b. mampu menjaga kestabilan emosi; c. dapat menerima kritik dan saran; d. menjaga rahasia; e. bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan; f. selalu berusaha meningkatkan kompetensi pribadi; g. memiliki etos kerja yang tinggi; h. kemauan untuk mengembangkan orang lain; i. berpikir terbuka dan pandangan yang obyektif; dan j. menjaga kebersihan dan keteraturan lingkungan kerja. Pasal 8 Setiap Assessor SDM Aparatur dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk pada etika profesionalisme yang meliputi: a. menjunjung tinggi harkat dan martabat Assessor SDM Aparatur; b. taat dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kebijakan pemerintah; c. menjunjung tinggi obyektifitas dan independensi; dan d. menghargai karyalhak kekayaan intelektual (HAKI) pihak lain. Pasal 9 Setiap Assessor SDM Aparatur dalam hubungannya dengan rekan kerja seprofesi harus menjunjung tinggi kode etik antar rekan seprofesi, yaitu: a. saling menghargai, menghormati dan menjaga hak-hak serta nama baik rekan profesinya. b. saling memberikan umpan balik untuk peningkatan keahlian profesinya. c. saling mengingatkan rekan profesinya dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran kode etik.

-6- Pasal 10 Dalam hubungannya dengan profesi lain, setiap Assessor SDM Aparatur harus menjunjung tinggi etika profesi, yaitu: a. menghargai, menghormati kompetensi dan kewenangan rekan dari profesi lain. b. mencegah dilakukannya pemberian jasa assessment oleh orang atau pihak lain yang tidak memiliki kompetensi. BAB VI PEMBERIAN JASA ASSESSMENT DAN HASIL ASSESSME/VT Pasal I 1 Dalam memberikan jasa penilaian kompetensi kepada pengguna jasa Assessor SDM Aparatur berkewajiban untuk: a. melindungi pengguna jasa dari akibat yang merugikan sebagai dampak jasa yang diterimanya. b. mengutamakan ketidakberpihakan dalam kepentingan pengguna jasa dan pihak-pihak yang terkait dalam pemberian pelayanan. c. dalam hal pengguna jasa yang menghadapi kemungkinan akan terkena dampak negatif akibat pemberian jasa assessment yang dilakukan oleh Assessor SDM Aparatur maka pengguna jasa harus diberitahu. Pasal 12 Dalam memberikan hasil rekomendasi, Assessor SDM Aparatur harus menggunakan dan memperhatikan data-data yang didapatkan melalui proses asses sment. Pasal 13 Penyampaian dan pemanfaatan hasil assess sment harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a, penyampaian dan penjelasan hasil assessment diberikan dalam bentuk dan bahasa yang mudah dipahami pemakai jasa; dan

-7 - b. pemberian saran pemanfaatan hasil assessment dilakukan dengan memperhatikan tujuan dilakukannya Assessment. Pasal 14 Assessor SDM Aparatur wajib memegang teguh rahasia yang menyangkut pemakai jasa assessment dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatannya dan wajib mematuhi hal-hal sebagai berikut: a. memberikan hasil dssessment hanya kepada yang berwenang mengetahuinya dan hanya memuat hal-hal yang langsung dan berkaitan dengan tujuan pemberian jasa assessment; b. mendiskusikan data dan hasil assessment hanya dengan orang-orang atau pihak yang secara langsung berwenang atas pemakai jasa assessment; c. mengkomunikasikan hasil assessment dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada pemakai jasa @ssessment; dan d. mengkomunikasikan hasil karya Assessor SDM Aparatur dengan sesama Assessor dan pihak lainnya yang berwenang hanya untuk kepentingan profesi dan organisasi. BAB VII PENEGAKAN KODB ETIK Pasal 15 (1) Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Assessor SDM Aparatur akan dikenakan sanksi moral. (21 Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. pernyataan secara tertutup dalam bentuk teguran lisan; b. pernyataan secara terbuka dalam bentuk teguran tertulis; atau

-8- c. larangan melaksanakan selama I (satu) tahun. kegiatan assessment Pasal 16 Apabila terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik Assessor SDM Aparatur, wajib dilaporkan kepada pimpinan Unit Penilaian Kompetensi atau kepala unit kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan penilaian kompetensi untuk diselesaikan dalam Majelis Kode Etik yang dibentuk. Pasal 17 (1) Setiap terjadi dugaan pelanggaran Kode Etik Assessor SDM Aparatur akan dibentuk Majelis Kode Etik Assessor SDM Aparatur. (21 Majelis Kode Etik Assessor SDM Aparatur diketuai oleh: a. Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah, bagi pelanggaran yang dilakukan oleh Assessor SDM Aparatur yang menduduki jabatan Assessor Utama dan Assessor Madya; dan b. Kepala Biro Kepegaw aian lkepala Badan Kepegawaian Daerah, bagi pelanggaran yang dilakukan oleh Assessor SDM Aparatur yang menduduki jabatan Assessor Muda dan Assessor Pertama. (3) Pembentukan Majelis Kode Etik Assessor SDM Aparatur sebagaimana dimaksud dalam ayat (21 ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi yang bersangkutan. (41 Keanggotaan Majelis Kode Etik Assessor SDM Aparatur, terdiri atas: a. 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota; b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota; dan c. Paling kurang 3 (tiga) orang Anggota. (s) Dalam hal Anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 (lima) orang, maka jumlahnya harus ganjil.

-9 - (6) Anggota Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit terdiri dari I (satu) orang Pejabat Fungsional Assessor SDM Aparatur. Pasal 18 (1) Assessor SDM Aparatur yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik dipanggil untuk diperiksa oleh Majelis Kode Etik. (2) (3) Majelis Kode Etik dapat memanggil orang lain untuk diminta keterangan guna kepentingan pemeriksaan apabila diperlukan. Pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh Ketua atau Sekretaris Majelis Kode Etik. Pasal 19 (1) (2) (3) Pemeriksaan dilakukan secara tertutrp, hanya diketahui dan dihadiri oleh Assessor SDM Aparatur yang diperiksa dan Majelis Kode Etik. Assessor SDM Aparatur yang diperiksa karena diduga melakukan pelanggaran kode etik, wajib menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Kode Etik. Apabila Assessor SDM Aparatur yang diperiksa tidak mau menjawab pertanyaan maka yang bersangkutan dianggap mengakui dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukannya. (4) Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. (5) Berita Acara Pemeriksaan ditandatangani oleh anggota Majelis Kode Etik yang memeriksa dan Assessor SDM Aparatur yang diperiksa.

_ 10 _ (6) Apabila Assessor SDM Aparatur yang diperiksa tidak bersedia menandatangani Berita Acara Pemeriksaan tersebut cukup ditandatangani oleh Majelis Kode Etik yang memeriksa, dengan memberikan catatan dalam Berita Acara Pemeriksaan, bahwa Assessor SDM Aparatur yang diperiksa tidak bersedia menandatangani Berita Acara Pemeriksaan. Pasal 2O (1) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa Assessor SDM Aparatur yang diduga melanggar kode etik. (2) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah Assessor SDM Aparatur yang bersangkutan diberi kesempatan membuktikan bahwa yang bersangkutan tidak melanggar kode etik. (3) Pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan pada saat pemeriksaan oleh Majelis Kode Etik. (4) Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat dalam Sidang Majelis Kode Etik tanpa dihadiri Assessor SDM Aparatur yang diperiksa. (5) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak. (6) Sidang Majelis Kode Etik dianggap sah apabila dihadiri oleh Ketua, Sekretaris, dan paling sedikit 1 (satu) orang anggota. (71 Keputusan Sidang Majelis Kode Etik bersifat final dan berupa rekomendasi kepada pejabat yang berwenang untuk penjatuhan sanksi moral. (8) Rekomendasi Keputusan Sidang Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (71 ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.

- 11- Pasal 2 1 Majelis Kode Etik wajib menyampaikan Berita Acara Pemeriksaan dan keputusan hasil Sidang Majelis berupa rekomendasi kepada Pejabat yang berwenang sebagai bahan dalam menetapkan keputusan penjatuhan sanksi moral. Pasal 22 (1) (21 (3) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 1, yaitu: a. Menteri/ Kepala Badan I Gubernur/ Walikota/ Bupati, untuk dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Assessor SDM Aparatur yang menduduki pejabat fungsional Assessor Utama dan pejabat fungsional Assess or Madya. b. Sekteraris Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah, untuk dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh pejabat fungsional Assessor Muda dan pejabat fungsional Assessor Pertama. Penjatuhan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan. Dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (21 harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik yang dilakukan. Pasal 23 Assessor SDM Aparatur yang melakukan pelanggaran kode etik, selain dikenakan sanksi moral dapat dikenakan tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundangundangan atas rekomendasi Majelis Kode Etik. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-12- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Februari 2OI7 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, ttd. BIMA HARIA WIBISANA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 9 Februari 2OI7 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI7 NOMOR 256 Sali BAD Direktu r {i \!a/rr t' *+;N "\? sffi engan aslinya N NEGARA ang-undangan, Harvomo Dwi Putranto