BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan seni batik Sejarah pembatikan di Indonesia terkait dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-xviii atau awal abad ke-xix. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-xx dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia ke-i (satu) habis atau sekitar tahun 1920. Di wilayah Timur, Batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedangkan di wilayah Barat, batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Pekalongan, sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah, telah lama menobatkan diri sebagai kota batik. Kota ini mejadi salah satu penyumbang kemajuan dan keberlangsungan industri batik di Indonesia. Pekalongan tersohor dengan batik capnya yang indah namun jauh lebih murah daripada batik tulis. Karena metode cap inilah, Pekalongan bisa menghasilkan kain batik dalam jumlah yang banyak. Tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Peperangan ini mendesak keluarga kraton UNIVERSITAS MERCU BUANA 1
serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat, di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik. Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo. Batik pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.. Museum memiliki peran penting dalam pengembangan seni batik Pekalongan, karena dari sebuah museum orang bisa belajar. Selain itu museum juga dapat berfungsi praktis, seperti bagi seorang pengusaha batik seperti Danar Hadi, ia bisa memanfaatkannya untuk dijadikan sebagai referensi dalam membuat kreasi-kreasi baru. Bagi kalangan pecinta batik, atau mereka yang mampu mengapresiasi keindahan di balik batik, koleksi-koleksi di museum tersebut niscaya tak ternilai harganya. Apalagi bila dipahami bahwa dari sebuah artefak, kita bukan hanya menikmati aspek estetika melainkan juga nilai arkeologisnya. Hal inilah yang dibutuhkan agar industri batik tetap berkembang. Dengan didirikannya museum batik Pekalongan yang bertujuan untuk melestarikan kain batik itu sendiri dan sebagai tempat menimba ilmu yang di dalamnya terdapat berbagai informasi yang menarik yang dapat menarik pengunjung, serta dapat mengubah pandangan masyarakat tentang museum dan mereka akan lebih menghargai museum yang merupakan warisan sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Selain itu dengan adanya museum diharapkan agar generasi muda dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang museum dan akan merasa bangga terhadap warisan sejarah budaya ini serta akan mau melestarikannya agar tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman. Selain itu merubah pandangan masyarakat tentang image museum Indonesia yang UNIVERSITAS MERCU BUANA 2
monoton sehingga mengurangi minat masyarakat untuk datang ke museum. Dalam hal ini, perancangan yang aktraktif bisa mempengaruhi suasana ruang museum lebih imajiatif sehingga dapat menarik dan mengundang minat pengunjung yang datang baik dari kalangan wisatawan lokal sampai wisatawan mancangara. 1.2. Rumusan Masalah Dengan adanya keinginan untuk memunculkan dorongan kebutuhan masyarakat akan minat terhadap museum, maka perancangan ruang dalam Museum Batik Pekalongan harus dapat menampung serta memacu minat masyarakat. Museum merupakan salah satu sarana pendidikan yang bersifat non formal dengan sejumlah fasilitas pendukung yang dapat menarik minat masyarakat untuk menikmati sejarah perkembangan batik di Indonesia khususnya batik Pekalongan. Oleh karena itu perencanaan dan parancangan interior dari Museum Batik Pekalongan ini dapat menarik minat masyarakat dengan sesuatu yang berbeda tanpa melupakan standar dari perancangan museum. Sebuah museum yang berbeda dalam sisi ruang dalamnya berikut dengan fasilitas pendukungnya. Dari permasalahan yang telah diuraikan seperti tersebut diatas, maka muncullah beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1). Bagaimana agar museum batik tidak terkesan monoton dan menakutkan.? 2). Bagaimana untuk menciptakan suatu suasana pada bangunan museum yang menyenangkan.? 3). Bagaimana upaya menjadikan museum sebuah rekreasi wisata budaya yang menarik.? UNIVERSITAS MERCU BUANA 3
1.3. Ruang Lingkup I.3.1 Batasan Masalah Dalam perancangan interior pada Museum Batik Pekalongan dengan nuansa Modern ini, penulis membatasi perancangan lokasi ruang yang diperlukan untuk kebutuhan interior dan kebutuhan tata pamer Museum Batik Pekalongan. I.4.1 Ruang Lingkup Pembahasan Pembahasan difokuskan kepada permasalahan penerapan konsep modern pada perancangan interior Museum Batik Pekalongan. Perancangan layout furniture, perencanaan furnitur/mebel, secara estetis dan ergonomik, serta fasilitas-fasilitas dan tata pamer dari segi interior yang tersedia tanpa mengabaikan persyaratan umum atau khusus pada suatu bangunan museum milik pemerintah dan kaidah-kaidah arsitektur yang berlaku, juga tidak mengubah dan menambah fisik bangunan secara struktural. Denah obyek perancangan interior Museum Batik Pekalongan adalah merupakan denah Rill atau nyata dari museum tersebut. 1.4. Maksud Dan Tujuan 1). Menciptakan suatu perancangan interior museum batik pekalongan yang memperhatikan pisikologi pengunjung, sesuai dengan citra ruang serta memenuhi tuntutan kenyamanan bagi pengunjung dan pengelola. 2). Membuat tata letak (layout) yang akomodatif sehingga memungkinkan terciptanya sirkulasi yang nyaman dengan sarana dan fasilitas yang memadai, serta mengeloh estetika yang sesuai. 3). Mengutamakan efesiensi dan efektifitas dalam sistem peragaan, serta memperhatikan segi perawatan (maintenance), keselamatan dan keamanan pengunjung. 4). Secara sosial tujuan perancangan interior ini adalah untuk mengenalkan kepada masyarakat khususnya anak-anak mengenai keunikan dan keberagaman motif batik pekalongan, dan meningkatkan minat masyarakat UNIVERSITAS MERCU BUANA 4
akan penggunaan kain batik, serta membantu pemerintah akan pentingnya melesratikan dan mengembangkan seni batik itu sendiri 5). Secara komersial perencangan interior ini bertujun mengkomunikasikan Museum Batik Pekalongan kepada masyarakat khususnya anak-anak sehingga mereka tertarik untuk datang dan mengunjungi Museum Batik Pekalongan dengan harapan pengunjung yang datang ke Museum Batik Pekalongan bertambah. 6). Sasaran dari perancangan interior Museum Batik Pekalongan ini adalah promosi tempat ini sendiri dengan harapan pada akhirnya jumlah pengunjung dapat terus bertambah, menambah pengetahuan serta rasa ingin melestarikan dan mengembangkan seni batik. 1.5. Metode Perancangan Pengumpulan data memakai beberapa metode : Dalam menyusun perancangan ini diperlukan data-data dan informasi yang lengkap, relevan serta jelas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Dan komparatif adalah metode dengan cara membandingkan suatu fenomena (variable) dengan variable lain. 1 Adapun hal ini meliputi pengumpulan bahan-bahan dan data yang diperlukan untuk mendukung penulisan yang meliputi : Pengumpulan data, antara lain : 1. Melalui riset lapangan : 1) Observasi atau melakukan survay secara langsung ke tempat yang bersangkutan, dalam hal ini Museum Batik Pekalongan. 1 http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/sejarah-singkat-perkembanganpsikologi-sosial. posted by Dek Rizky UNIVERSITAS MERCU BUANA 5
2) Mengadakan wawancara secara langsung pada pihak terkait antara lain : (a) Staf dinas Museum Batik Pekalongan. (b) Staf dinas Museum Tekstil Jakarta. (c) Pihak-pihak terkait dalam bidang permuseuman. 2.Study Literature Study Literature yaitu dengan melakukan study pustaka dari literaturliteratur yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti, dipelajari maupun yang dikerjakan. Juga dilakukan dengan cara membaca dan mengumpulkan bahan-bahan literatur, yang berhubungan langsung dengan inti permasalahan untuk mendapatkan data-data identik dan teoritis. Yang berasal dari buku-buku panduan yang nantinya akan dijadikan sebagai study perbandingan dengan kenyataan yang ada dilapangan. 1.6. Sistem Penulisan B. Untuk mepermudah didalam penyusunan laporan tugas akhir ini, serta pengertian mengenai hubungan antara satu bab dengan bab yang lainnya. maka sistematika penulisan dan penyususnan laporan tugas akhir ini disusun dengan urutan-urutan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup, maksud dan tujuan, metode pengumpulan data, system penulisan, skema pemikiran Bab II : Landasan teori tentang museum dan penjelasan batik pekalongan Serta studi kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan perancangan interior Museum Batik Pekalongan serta data survey. Bab III : Analisa data survey pembanding Bab IV : Analisa data proyek museum batik pekalongan berisi analisa masalah yang timbul pada aspek interior Bab V Konsep perancangan berisi tentang perancangan interior museum batik pemilihan ide ide atau gagasan untuk menvisualkan konsep UNIVERSITAS MERCU BUANA 6
1.7.Skema Pemikiran ULatar belakang : Proyek : Kurangnya daya tarik museum-museum di Indonesia Kebutuhan akan fasilitas pengetahuan dan bimbingan bagi generasi muda. Persepsi akan masyarakat yang kurang menghargai museum yang merupakan warisan sejarah dan budaya bangsa Indonesia Tema : Tema yang diambil adalah Atraktif yang didukung oleh gaya Modern kolonial dengan tujuan mempengaruhi suasana ruang museum lebih imajiatif sehingga dapat menarik dan mengundang minat pengunjung yang datang Permasalahan : Bagaimana menciptakan penataan interior pada bangunan museum agar menimbulkan suasana yang menyenangkan, tidak membosankan serta memberi wawasan. Bagaimana masyarakat dapat merasa nyama ketika berada di dalam museum, sehingga museum dapat menjadi tempat rekreasi wisata budaya. Bagaimana memperkenalkan permainan tradisional kepada setiap pengunjung museum. Data : Teori pendukung Study banding Data primer Dat sekunder Masalah metode pendekatan masalah : Aspek lingkungan Aspek manusia Aspek bangunan Aspek ruang Aspek analisa : Aspek lingkungan Aspek manusia Aspek bangunan Aspek ruang KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN DESAIN SKEMATIK DESAIN UNIVERSITAS MERCU BUANA 7